Minggu, 14 Agustus 2011

Dari Apa Malam Tercipta

Malam itu badanku terasa tidak nyaman, hingga aku langsung tertidur setelah shalat isya tanpa tarawih. Makanya ketika malam-malam terbangun sekitar jam 3, tubuh yang sudah terasa lebih baik kubawa shalat tahajud.

Surat Al Lail kubaca di rekaat pertama, pelan-pelan sambil kuhayati maknanya.  Rasanya ayat demi ayat terasa lebih indah, semakin indah dan semakin dalam keindahannya.  Saat dalam hatiku mengartikan....demi malam yang menutup cahaya siang ... mulutku berhenti melafalkan ayat selanjutnya, karena hatiku seperti sedang berkomunikasi dengan malam.  Kurasakan saat malam menutup cahaya siang, kehadirannya membawa kasih sayang yang lembut... hingga seolah-olah Allah menciptakan malam terbuat dari kasih sayang.  Begitu lembut dan indahnya kasih sayang yang menghias malam hingga air mataku berjatuhan butir demi butir.

Saat kuartikan dalam hatiku ayat selanjutnya ...dan siang yang terang benderang...., aku merasakan Allah menciptakan siang dan menghiasinya dengan harapan.  Harapan yang mekar dan terus merekah, harapan  yang mewujud dari segala potensi yang diberikan Allah kepada manusia.  Harapan yang ditebarkannya langsung menyentuh setiap unsur diatas bumi tanpa kecuali....... Manusia yang tak tersentuh harapan hanyalah manusia yang menutup diri dari sampainya harapan itu ke hati dan pikirannya.

Pernah aku merasa begitu down merasakan krisis ekonomi yang ikut menerjang perusahaanku, dan tiap pagi aku melihat sinar matahari terjatuh di lantai teras rumahku,  sinarnya yang hangat membangkitkan semangat dan harapanku.  Akupun beranjak bekerja dengan penuh rasa percaya akan pertolongan Allah.

Setiap hari kita melewatkan malam dan siang dengan berbagai hal dan berbagai aktifitas, rutinitas yang kadang melalaikan. Pernahkah kita sedikit saja merenungkan, bagaimana bila kehidupan kita selalu siang, tanpa selimut kesejukan  malam?  Lalu bagaimana bila kehidupan ini selalu malam, tanpa cerah matahari yang membawa kehangatan? Tidakkah kita menyadari bahwa siang dan malam adalah wujud kasih sayang Allah pada manusia?

Manusia yang beriman adalah manusia yang memikirkan penciptaan langit dan bumi hingga berucap bahwa tidak sia-sia Allah menciptakan semua ini.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” ( Al Qur'an S Ali Imran 190-191 )

Sayangnya banyak manusia terlalu sibuk dengan kehidupan dunianya, hingga melupakan dimana dia tinggal dan siapakah yang telah menciptakan tempat tinggalnya yang bernama bumi  dan langit yang menaunginya.

Pengalaman shalatku malam itu indah sekali.  Aku seperti mendapat hadiah dari Allah sebuah hal yang teramat manis setelah aku diujinya beberapa hari yang lalu. 

Kusadari disinilah nilai manusia dan inilah titik perbedaan antara manusia dengan makhluk Allah yang lain.  Manusia dibekali dengan hati, tempat dia berkomunikasi dengan penciptanya.  Saat dia mengenal sang pencipta, disitulah letak kebahagiaannya yang tertinggi. Kebahagiaan bukan terletak pada materi yang sudah pasti lenyap dan musnah tak berbekas, namun banyak manusia tertipu karenanya.

Allah, lindungi kami dan bawalah kami dalam cinta dan ridhaMu.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar