Sabtu, 20 Agustus 2011

Musafir dan Sebongkah Batu Besar

Ini kisah tentang seorang musafir yang sedang menyiapkan sebuah perjalanan ke negeri SELAMAT.  Dia membawa bermacam bekal yang tersimpan di ranselnya, ada makanan awet, pakaian, alas tidur, uang, perlengkapan mandi dan lain-lain. Tapi ada yang aneh dari sesuatu yang dibawanya, yaitu sebongkah batu, katanya batu itu adalah batu kenangan dari negeri DOSA, kenangan tentang kekasihnya yang suka duduk di batu itu dan bercengkerama dengannya tentang kebahagiaan.  Kekasihnya telah pergi, tapi kenangan itu membuatnya bersemangat menempuh perjalanannya kali ini, karena itulah dia membawa serta batu itu.

Tentu saja pada akhirnya batu itu malah menghambat perjalanannya, selain karena berat sehingga menambah beban di punggungnya, kadang batu itu malah membuatnya terpaku pada kenangan, hati dan pikirannya tidak lagi fokus pada tujuan semula.  Negeri SELAMAT itu akhirnya semakin jauh saja dari  jangkauannya, padahal disana sedang menunggu berbagai macam kebahagiaan yang disediakan oleh MAHARAJA dari negeri SELAMAT, termasuk seorang kekasih yang amat menawan yang bisa membuatnya melupakan kekasih lamanya.

Kisah itu hanya karangan Indah saja.....hehehe...... tapi coba renungkan, barangkali kita adalah musafir itu.  Semua orang tahu, kita akan menuju MATI dan arah perjalanan kita adalah AKHIRAT.  Setiap kita membutuhkan bekal yang bisa menyampaikan kita ke tujuan dengan selamat, yaitu IMAN dan AMAL SALEH.

Tapi sadarkah bila sering sekali kita mengikutkan bekal yang tidak kita butuhkan dalam perjalanan suci kita, mungkin berupa kerikil DOSA-DOSA yang terus menerus kita lakukan.  Bila dosa-dosa itu kecil, mungkin hanya berupa kerikil, tapi bila dosa kecil itu kita lakukan dengan 'konsisten' dan penuh 'kesetiaan' akhirnya akan memberatkan punggung kita juga dan menghambat perjalanan kita menuju selamat di dunia dan akhirat.  Bila dosa yang kita lakukan adalah dosa besar, seumpama batu gunung yang bukan hanya membebani punggung kita, tapi juga bisa jatuh menimpa kita dan meremukkan tulang belulang kita, hingga belum lagi sampai ke tujuan kita sudah tidak selamat duluan.

KERIKIL itu bisa jadi bukan dosa, tapi sesuatu yang sia-sia atau sesuatu yang melalaikan kita dari perintah dan larangan Allah, barangkali sekedar 'katalisator' yang mempercepat proses kita dalam mengerjakan dosa.  Apapun itu, manusia yang cerdas adalah manusia yang bisa menyiapkan bekal yang tepat dalam perjalanan hidup ini menuju kepastian yaitu MATI.

Agar sesuatu yang kita lakukan dalam aktiitas hidup ini bisa menjadi BEKAL kita, maka biasakanlah untuk melibatkan Allah dalam segala urusan kita.  Hanya kepadaNya jua kita akan kembali.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar