Sabtu, 13 Agustus 2011

Kuku Alni

Siang-siang kulihat kuku Alni -gadis kecilku yang cantik- sudah panjang.
"Ayo sayang, ibu potong kukunya", kataku sambil nyari gunting kuku.
"Jangan ", katanya.
"Kenapa? kan sudah panjang".
"Kan buat main gitar", jawabannya membuatku ngakak, ingat dia dulu pernah mengkritik kuku kananku yang panjang-panjang, lalu kujawab bahwa aku membutuhkan kuku panjang untuk memetik gitar. Alni sendiri pernah tidak puas dengan gitar plastik mainan yang kubelikan, minta gitar sungguhan yang kecil, hingga ayahnya membelikannya okulele. Walaupun tangan Alni yang kecil belum cukup kuat menekan senar, tapi dengan pedenya dia memintaku mengajarkannya beberapa chord dan memainkannya dengan penuh penghayatan dan ......ngawur, yang penting bunyi jrang jreng jrang jreng .......hahaha.

"Memetik gitar kan pakai tangan kanan, jadi kuku tangan kirinya ibuk potong ya", kataku, akhirnya Alni mengulurkan tangan kirinya.
"Oh, kuku kanannya juga harus dibentuk oval gitu, biar enak memetik gitarnya", kataku, Alnipun mengulurkan tangan kanannya.  Akhirnya kuku kedua tangan kecil itu terpotong rapi.

Anak-anak memang diluar dugaan, kadang kita melihat potret diri kita disana. Kemampuan menirunya yang luar biasa kadang membuat berbagai suruhan dan larangan tak ada gunanya, karena yang dilakukannya hanyalah mencontoh sikap kita.

Bagaimana mungkin kita mengharapkan anak-anak melakukan sesuatu yang kita inginkan, bila kita sendiri melakukan hal sebaliknya?

Upaya kita dalam memperbaiki diri menjadi sama dengan memperbaiki anak-anak dan keluarga kita. Jangan lupa lakukan semuanya karena Allah, karena anak-anak secara ajaib juga bisa mengcopy isi hati ayah bundanya.

Selain meniru orang-orang terdekatnya, anak-anak juga mudah sekali terpengaruh teman atau tontonan yang disukainya.  Karenanya aku biasa mendampingi Alni menonton televisi.  Sambil menemaninya, aku bisa menjelaskan berbagai hal yang patut atau tidak patut dia tonton. 

Hasilnya Alni secara otomatis akan memindahkan channel televisi bila presenter atau penyanyi di dalam kotak kaca itu memakai busana yang terbuka bahunya atau penampilan yang tidak sopan semacamnya.  Begitupun dengan berbagai acara yang tidak islami, biasanya aku akan menjelaskannya kenapa tidak boleh menontonnya.  Seperti acara 'super deal' yang semarak tapi mengandung unsur judi itu, atau acara-acara yang menakutkan dan banyak menampilkan kata-kata kasar.  Aku memang harus menjadi 'satpam' untuk informasi yang membanjiri pikirannya, karena anak seusia Alni daya serap otaknya tinggi sekali.  Aku ingin hal-hal baik saja yang 'direkam'nya.

Beruntungnya, banyak acara anak-anak dan acara untuk segala umur yang disediakan televisi seperti hand made, deni manusia ikan, si bolang, dll....    

Peristiwa 'kuku Alni' siang ini menjadikanku mengoreksi diri.... apalagi ya sikap dan perbuatanku yang akan ditirukannya?   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar