Rabu, 24 Agustus 2011

Jangan Pernah Merasa Selamat Dari Perbuatan Dosa

Sebelum hatimu selalu mengingatNya, tak mencela skenarioNya, tak mencela makhlukNya, tak mencela perbuatan makhlukNya. Sebelum hatimu merasa bahwa Allahlah yang membuatmu mampu melakukan hal baik dan ketaatan.

Merasa diri sudah baik dan sudah benar merupakan kesombongan yang halus, bila Allah sayang sama kita maka kita akan ditegurNya.  Tapi bila hati kita sudah tertutup dosa, teguran Allah tak akan tertangkap maknanya, dan kitapun akan semakin larut dalam dosa hingga waktu yang tak tertentu.

Pada suatu ketika beberapa tahun yang lalu, aku pameran bersama beberapa teman mewakili propinsi Jawa Timur.  Salah seorang temanku, sebut saja ibu S, standnya tepat berada di samping standku.  Selama lima hari pameran, aku lihat wanita cantik ini sering sekali bicara dengan seseorang lewat ponselnya dengan pembicaraan yang lama sekali dan kelihatan intim banget. Saking seringnya melihat ibu S bertelepon ria dengan gaya seperti ini, aku jadi mengambil kesimpulan, pastilah lawan bicaranya bukan suami atau pelanggannya, bisa jadi selingkuhannya. 

Sebelum ramadhan ini, aku kedatangan seorang teman yang setua aku umurnya.  Dia bercerita, sekarang dia mau nyari teman wanita saja, karena sudah kapok berteman dengan lelaki.  Aku mengerti maksudnya, karena aku tahu dia memang sering kena godaan lelaki.  
" Emang sudah setua ini masih ada yang mau? ", kataku bergurau.
" Tambah banyak mbak ", katanya sambil tertawa.  Dalam hati aku merasa, betapa beruntungnya diriku, aku bebas dari godaan lelaki, karena pekerjaanku lebih banyak berinteraksi dengan wanita.  Rasanya saat itu, aku tak akan bisa kena godaan lelaki, apalagi aku tak punya masalah dengan suamiku.

Merasa diri bebas dari sebuah dosa, dan pengalaman pernah menilai rendah seseorang karena kesalahannya, membuatku harus 'berurusan' dengan dosa yang hampir sama. Bahasa jawanya 'kualat'. Nyata sekali bagiku, betapa sebuah perasaan sehalus apapun, akan menuai akibat yang setimpal.

Kejadiannya di hari kelima ramadhan tahun ini, aku bermaksud pulang ke rumah ibu di Ngantang untuk menggantikan adik menjaga ibu.  Sayangnya mas Hary tidak bisa mengantarku, jadi aku pergi naik bis sendirian.

Duduk sebangku denganku seorang lelaki yang masih muda, yang saat aku melihatnya aku berpikir : wah pasti Aden akan sekeren ini bila sudah lulus dan bekerja.  Begitulah, dia menanyakan apa pekerjaanku, kujawab dengan memberikan dia kartu nama, siapa tahu suatu saat dia membutuhkan batik-batikku.

Aku turun di Ngantang, sementara pemuda itu meneruskan perjalanan ke Jombang. Pertemuan yang singkat dan pembicaraan yang singkat pula, tapi ternyata telah membuatnya terpesona padaku.
Dia membanjiri aku dengan telepon dan sms.  Saat menerima telepon atau sms darinya aku berpikir, setiap hal yang Allah hadirkan padaku, termasuk pemuda ini, aku akan menerimanya dan akan membawanya pada Allah.  Sebisanya aku balas smsnya dengan mengingatkannya untuk bekerja karena Allah dan beberapa hal yang aku rasa dia butuhkan.
Dengan sabar aku dengarkan cerita-ceritanya tentang ibunya, tentang budhenya....  saat itu aku hanya bermaksud untuk lebih mengenalnya sehingga aku bisa tahu dari mana aku mulai 'dakwah'ku.

Tapi lama-lama dia jadi begitu mesra..... dan aku mulai berpikir harus mengakhiri semuanya, bila tidak, bukan diriku yang akan membawanya pada Allah, tapi dialah yang akan membawaku jauh dari Allah.

Saat aku mengakhiri semua itu , aku teringat pada ibu S, teman pameranku dulu.  Aku telah kualat, beberapa hari aku telepon berlama-lama dengan seorang lelaki, persis yang dilakukan ibu S, hanya Allah yang tahu niatku atau niat ibu S, tapi 'tampilan'nya sama saja, mengundang orang berpikir negatif.

Siapa bilang punya pekerjaan di butik yang hampir selalu berurusan dengan wanita, tak membuat kita digoda lelaki? Hmmm... dulu aku bilang begitu ya, dan aku merasa aman dari perbuatan dosa. Padahal Allahlah yang telah melindungiku dari semuanya, bukan diriku atau usahaku sendiri.  Kasih sayang Allahlah yang telah menjagaku, aku telah melupakan hal satu ini.  Ampuni aku ya Allah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar