Selasa, 02 Agustus 2011

Berbagi Di Awal Ramadhan

Sore begitu indah.  Sudah menyelesaikan 'PR' yang datangnya sebulan sekali itu, membayangkan besok sudah bisa berpuasa saja sudah membuatku bahagia.  Bila kemarin hanya jadi 'penonton' saat mas Hary dan Insan  menikmati buka dan sahur, maka besok aku akan menjadi bagian dari orang-orang yang berpuasa. Duh bahagianya....

Sore ini suasana lengang di rumah, karyawan sudah pulang semua, suara anak tadarus Al Qur'an dari masjid di kejauhan  menghias sore yang mulai redup.
Banyak hal membuatku bahagia hari ini. 
Memang sejak sebelum puasa, aku ingin berbagi beras kepada dhuafa di awal ramadhan, dan hari ini telah kuselesaikan hajatku itu.  Biasanya masing-masing orang menerima 5 kg beras, tapi kali ini kubikin 4 kg an, tapi ditambah mie, kecap dan gula.  Aku ingin, semua orang merasakan makanan layak di bulan ramadhan ini 

Windy, karyawanku yang biasa jadi 'amil'nya Cantiq, pulang dari membagi beras dengan kisah yang mengharukan.
"Aduh bunda.....mereka seneeeng banget, mereka kirim salam dan mendoakan bunda.  Ada yang rumahnya kelihatan bagus dari luarnya, tapi.... di dalamnya dapur merangkap kamar merangkap ruang tamu, pokoknya kasihan banget bunda....".

Sebenarnya saat melihat 12 paket beras yang siap dibagi itu, hatiku jadi teriris-iris. Ingat jaman dulu, sebelum BBM naik dua kali lipat itu, Cantiq punya 28 anak yatim dan dhuafa dari Asrikaton, Bunut dan Bugis yang biasa disantuni, sekarang tinggal 12 yang mampu Cantiq berikan.  Inipun sudah bersyukur banget, karena sehabis krisis di awal kepemimpinan SBY itu, pernah lebih dari 1 tahun Cantiqku merugi dan tidak bisa mengeluarkan zakat perniagaan.

Mungkin inilah yang disebut 'dunia itu adalah tipu daya'.  Bagiku tipu daya dunia bukan hanya terletak pada gemerlapnya hingga kita tertipu lalu mengejarnya.  Krisis ekonomi juga merupakan tipu daya yang tak kalah dasyatnya, yang menyerang sendi-sendi keimanan tanpa kita menyadarinya. 

Lihatlah berapa banyak perusahaan gulung tikar, lalu pemiliknya, karyawannya, masyarakatnya sibuk menyalahkan krisis moneter sebagai penyebab kebangkrutan mereka.  Melupakan Allah Al Qabith (Maha Penyempit Hidup). Semestinya bila kita melewati kesulitan hidup, kita lari kepada Allah Al Basith (Maha Pelapang Hidup). Saat himpitan melanda, semestinya kita sibuk membenahi keimanan kita, keyakinan kita akan Allah Yang Maha Penolong.

Bagiku, kegagalan Cantiq melewati krisis selama lebih dari setahun itu adalah refleksi kegagalan iman, teristimewa imanku selaku pemilik usaha ini. Kok mau saja iman diombang ambingkan keadaan, mestinya iman itu kokoh karena terbangun dari kedalaman hati.

Saat krisis melanda, harga bahan baku produksi melonjak, harga kebutuhan hidup jadi berlipat, spontan pemikiran-pemikiran logis  bertebaran di luar diri dan menyerang kita begitu rupa.  
Pemikiran seperti :  krisis ini menyengsarakan rakyat, jumlah rakyat miskin bertambah, semakin banyak perusahaan yang gulung tikar, tidak mungkin perusahaan bertahan dengan harga bahan baku yang begini tingginya, tidak mungkin untung dengan biaya operasional yang naik dua kali lipat begini, bisa bertahan dan tidak tutup saja sudah bagus, rakyat dihimpit kesulitan diatas kesulitan , dan banyak sekali pemikiran negatif saat krisis melanda negeri ini.

Paradigma yang kadung diyakini masyarakat menginterverensi pemikiran kita begitu dasyatnya hingga kitapun 'beriman' padanya.  Lupa akan iman kita kepada Allah, bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, bahwa Allah adalah Al Wasii (Yang Maha Luas Pemberiannya). Allah bisa membuat kita berkembang dalam situasi apapun, segalanya mungkin dan mudah bagi Allah.  Ingatlah bahwa Allah seperti yang kita sangka.  Saat kita merasa bahwa krisis adalah sumber kebangkrutan kita, maka Allahpun 'mengabulkan' sangkaan kita, dan terpuruklah kita.

Begitulah kisahnya.... setelah Cantiq bisa bangkit lagi, memang masih sering bertemu dengan berbagai hambatan, tapi alhamdulillah sudah tahu cara menghadapinya. Kuncinya terletak pada iman yang terbangun dari dalam dan tidak mudah diombang ambingkan 'tipuan' kenyataan. 

Di sore yang lengang ini, aku bermohon pada Allah, agar lebih banyak dan lebih lebih banyak lagi yang bisa aku berikan kepada orang-orang yang membutuhkan. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar