Minggu, 12 Juni 2011

Ke Arah Mana Alam Berpihak

Aku punya sahabat, beliau pengusaha batik yang lumayan besar di daerah T, pak W namanya.  Dari beliau aku belajar batik dan jumputan, orangnya tidak pelit ilmu, bahkan kami sudah seperti saudara.
Kemarin aku berkunjung ke rumah beliau untuk belajar pewarnaan alam.

Istri pak W mempunyai toko sepatu di pasar yang ramai, ada 3 orang karyawan yang bekerja di toko itu.  Aku melihat mereka berdua begitu sibuk dan seperti 'terjebak' dalam pekerjaan yang tidak habis-habisnya.  Spontan aku bilang padanya ,"Dibuat sistem yang bagus saja pak, biar pak W bisa jalan-jalan kayak kita.  Kami bisa kemana-mana sementara perusahaan juga tetap jalan ".

" Aku sudah mencobanya mbak Indah.  Tiap kali aku mengajari karyawan, mereka jadi pintar, mereka lalu bikin sendiri.  Di toko istri sayapun begitu, karyawan yang sudah pintar, buka sendiri di depan toko istri saya, lalu ada yang dibina lagi, eh buka lagi di sebelahnya.  Mereka juga membanting harga, jadi repot....", demikian jawab pak W.
Sebenarnya kasus seperti yang digambarkan pak W banyak menimpa pengusaha lain juga.  Aku melihat hal seperti ini terjadi pada pelanggan-pelangganku dan juga temanku sesama pengusaha, termasuk aku juga mengalaminya.

Persoalan yang sama, dengan pengelolaan yang berbeda, hasilnya pasti berbeda juga.
Perbedaanku dengan pak W adalah ...........

Sejak dulu, bila ada karyawanku yang membuka usaha serupa, aku ikhlas saja. Aku senang mereka berkembang, aku katakan pada mereka, agar mereka mengelola pendapatannya dengan baik untuk menyekolahkan anak-anak mereka lebih tinggi dari orang tuanya.
Aku mikirin kemajuan saudaraku sesama muslim sih, inilah yang bisa aku lakukan untuk saat ini. Inilah yang bisa aku persembahkan kepada Allah. 
Aku mengajak mereka untuk saling bekerja sama, tidak menjatuhkan satu sama lain, kami buat kesepakatan harga, agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat. Aku ajari mereka untuk punya 'etika bisnis' sejauh yang bisa mereka mengerti karena pendidikan mereka rata-rata cuma SMP.  Aku berpesan agar mereka bekerja karena Allah.
Aku yakin,  rejeki sudah ditetapkan Allah, dan masing-masing kita akan mendapat jatah rejeki yang telah digariskanNya, jadi gak perlu khawatir dengan persaingan.

Apakah usaha yang aku lakukan ini berjalan mulus? ..... tidak selalu..hehehe.....

Aku pernah bercerita di postingku sebelumnya (baca : Hamba Allah atau Hamba Materi), ada seorang mantan karyawanku yang nakal.  Dia membanting harga hingga salah seorang pelangganku beralih kepadanya, dan banyak lagi 'kenakalan'nya yang lain. Lalu bagaimana reaksiku? ....Selalu memaafkan dan mendoakannya.  Orang macam begini amat membutuhkan doa dari kita, karena batinnya sedang dilanda 'tsunami', dia pikir tak ada cara lain untuk mencari rejeki selain dengan banting-bantingan harga, dia pikir rejeki bisa dikendalikan olehnya, sempit sekali kan cara berpikirnya? Kaciaaan deh...

Akupun gak mau terlibat dalam permainan banting membanting itu, gak usahlah aku 'berdendang dalam iramanya'. Aku punya 'irama' sendiri lah, aku tetap bertahan dengan hargaku dengan kualitasku yang terbaik. Lagipula aku tidak akan tega menggaji rendah karyawan bila aku turunkan harga.  Aku punya segmen pasar sendiri kok.  Dan bila ada mantan karyawan  memposisikan diri sebagai pesaingku (dengan kata lain musuhku), aku tidak perlu menyetarakan diri dengan menjadikannya musuhku juga.... aku gak perlu merendahkan diri seperti itu....  Aku masih ingin menjadi makhluk mulia yang dibanggakan Allah di hadapan malaikat. Inilah hal terpenting yang ingin kucapai, yaitu ridha Allah.  Kecintaanku pada ridha Allah musti lebih besar daripada kecintaanku pada dunia dan seisinya....

Sistim di alam semesta ini sudah diciptakan Allah sedemikian rupa, sehingga hanya kepada orang-orang yang tulus hatilah alam akan berpihak.
Buktinya, meskipun beberapa karyawanku membuka usaha sendiri, aku tidak pernah kekurangan karyawan pintar yang bisa meringankan pekerjaanku.  Diantara mantan karyawan yang sudah membuka usaha sendiripun, beberapa orang masih rela membantuku tiap kali aku membutuhkan mereka.
Masih bertambah karunia Allah padaku saat Cantiq terpilih untuk memperoleh sertifikat ISO (International Organisation of Standardisation) gratis.  Perusahaan kecilku dibimbing selama enam bulan, dibenahi seluruh sistimnya, karyawanku juga memperoleh training sehingga bisa memahami dan menjalankan ISO.

Saat kita tidak rela bila usaha kita disaingi orang, sebenarnya kita sedang menyempitkan pikiran kita. Kita pikir rejeki itu ya cuma dari usaha yang sedang kita jalankan, padahal khazanah Allah itu begitu luas dan tak terbatas.
Tapi bila kita berpikir bahwa rejeki itu di tangan Allah, maka Allah akan tunjukkan jalan rejeki lain yang lebih membuat kita heran dan kagum.
Contohnya aku lagi nih.  Dalam perjalanan bisnisku akhirnya aku 'tersandung' batik. Tersandung yang luar biasa enak, semua benar-benar sudah diskenariokan Allah untukku, mulai dari guru batik, karyawan sampai pelanggan  (baca posting: Saat Allah Bukakan Jalan).  Usaha batikku ini insyaAllah ke depannya akan aku jadikan salah satu usaha di pesantren Gubug.  Di pesantren ini, santrinya tidak dipungut biaya apapun, akupun ingin menghindari meminta-minta sumbangan sana sini, solusinya pesantren harus punya usaha yang bisa dikerjakan oleh santrinya yang kebanyakan nganggur.

Dalam perjalanan hidup dan bisnisku, alam seperti selalu menyediakan orang-orang yang loyal padaku dan juga pada Cantiq usahaku.  Mungkin rahasianya adalah, aku melakukan semua aktifitasku karena Allah, aku berjuang untukNya.  Sedangkan fitrah manusia adalah mengabdi padaNya.  Saat ada seorang pemimpin melakukan perjuangannya untuk Allah, manusia dibawah kepemimpinannya akan mengikuti dengan ikhlas dan rela.

Ingin kutegaskan lagi, Allah menciptakan sistim di alam semesta ini sedemikian rupa, sehingga alam akan berpihak kepada orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiah. Sebagaimana nilai-nilai itu telah dijabarkan dalam kitabNya yang mulia Al Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar