Selasa, 28 Juni 2011

Begitulah Cinta

Baru kutahu, ternyata cinta tidak perlu dibuktikan, karena dia akan membuktikan dirinya sendiri.

Sepertiku saat ini, masih di Bandung, pameran di Lembang.
Meskipun teman-teman menawariku penginapan yang murah, bersih dan cukup dengan berjalan kaki saja sudah sampai di lokasi pameran, aku memilih pulang ke asrama Aden, pulang pada cinta dan rinduku, melewati perjalanan yang macet, gerimis,  naik angkot dalam ketidaktahuanku tentang Bandung.  Untungnya ada saja orang yang menolong seorang ibu yang tidak mengenal rasa takut sepertiku....... selalu ada orang yang menunjukkan jalan dengan ramah. Bahkan di menit pertama aku menginjakkan kaki di Bandung, seorang teman dengan ketulusannya menjemput, mengantarku ke tempat pameran, lalu memulangkan aku ke asrama Aden......

Padahal, sesampai di kamar Aden di asrama Bumi Ganesha aku tidak sempat ngobrol lama dengan Aden, karena aku yang kelelahan segera pulas, sementara Aden asik dengan gamenya.  Cukup mencium baunya yang tertinggal di bantal dan selimutnya......

Rupanya cinta memang Allah berikan di hati seorang ibu kepada anaknya, cinta yang khusus hanya dirasakan oleh seorang ibu, yang membuatnya tidak takut apapun, rela melakukan hal tidak masuk akal sekalipun. Hanya seorang ibu yang mengalami 'kelainan' yang tidak bisa merasakan cinta ini, dia pasti wanita yang tidak bahagia....

Seorang ibu tetangga stand, berkata padaku ;" Aduh, putranya kuliah di ITB ya? kok pintar sekali, gimana tuh caranya punya anak pinter? "
Itu pertanyaan yang sering aku terima, dan aku selalu tidak tahu apa jawaban yang pas.

Yang kutahu, 'warna' seorang anak mulai terbentuk sejak seorang calon ibu masih gadis. Kok????........  Begini nih penjelasan singkatnya.....
Saat seorang gadis memutuskan untuk menikah, niat apakah yang ada di hatinya dengan pernikahannya itu? Saat dia melayani suaminya, niat apakah yang ada di hatinya? Saat dia mengandung, apakah amalan yang suka dilakukannya? Saat dia mendidik anak, acuan apakah yang dipakainya?
Jawabnya harus, karena Allah, karena Allah, karena Allah......berdasarkan Al Qur'an dan sunnah Nabi.

Karena Allah... sebuah kata yang sederhana dan sesederhana itu pula pelaksanaannya, yang membuatnya tidak sederhana adalah berkecamuknya berbagai penyakit hati dan nafsu nafsi yang melelahkan..... yang menutup cinta kita padaNya.

Sebenarnya aku tak banyak melakukan 'ritual' untuk memperoleh keturunan yang pintar dan shaleh. Hal sederhana yang rutin kulakukan sejak jaman aku masih gadis kecil sampai anak kecilku segede Aden, adalah rajin shalat wajib lima waktu, setelah shalat berdzikir lalu berdoa dengan doa sapu jagad ( Rabbana atiina fiddunya hasanah......dst) lalu doanya Nabi Ibrahim  Rabbana hablana min azwajinna... dst .  Cari sendiri di Al Qur'an yaaa.

Makna doa Nabi Ibrahim itu kan meminta diberi pasangan hidup dan keturunan yang menyejukkan pandangan, yang berarti menyenangkan dan memberi kita kebahagiaan. Bukankah Allah selalu mengabulkan doa? Dia sudah membuktikannya padaku... dan pada kita semua tentu saja.....

Sederhana sekali bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar