Minggu, 16 Desember 2012

Mabrur Sebelum Haji (2)

Pernah suatu waktu, cak Edy Yusuf, seorang sahabat pendakwah al qur'an, bilang padaku :"Jangan naik haji dulu sebelum tahu hakekatnya haji".  Saat itu aku tidak sempat menanyakan lebih jauh tentang maksud beliau karena sudah malam, sudah waktunya beliau pulang ke Surabaya.  Hingga ketika beliau mengadakan kajian lagi, aku tidak bisa ikut, jadi aku hanya mendengar dari mas Hary cerita tentang hakekat haji.

"Menurut beliau, haji itu hakekatnya adalah ikrar kepada Allah. Labbaika Allahuma Labbaik, Labbaika lasyarikalaka labaik. Ikrar untuk mengesakan Allah dan meninggalkan kemusyrikan.  Apakah kita sudah bisa dibilang bertauhid sementara kita masih pelit? Pelit adalah pertanda masih adanya kemusyrikan di dalam diri kita, berarti kita masih menuhankan materi ", kata mas Hary.

Aku faham akan maksud cak Edy, pas bila dihubungkan dengan kisah Sa'id bin Muhafah, tukang sol sepatu yang mendapat pahala haji mabrur sementara dia sendiri tidak naik haji.  Pas juga dengan hadits nabi yang mengatakan bahwa tanda-tandanya haji mabrur adalah memberi makan orang yang kelaparan dan berkata santun.

Ada misi yang disandang oleh masing-masing orang yang pulang haji, agar menjadi manusia yang peduli dengan sesamanya.  Jumlah haji yang banyak itu bisa menjadi kekuatan  besar dalam mengangkat kemiskinan dan memakmurkan umat. 

Sekarang coba renungkan, jumlah orang yang mampu naik haji di Indonesia ini banyaaaaak banget, sampai musti ngantri 10 tahun lebih ..... Berarti jumlah muslim kaya di Indonesia banyak juga kan? Bila misi haji benar benar berjalan, gak ada loh orang miskin di Indonesia, gak ada orang yang kelaparan, gak ada orang yang makan dari tong sampah (Indah nangis niiih ..... hiks)

Mari tengok ke dalam diri masing-masing, apa yang sudah kita perbuat untuk orang-orang miskin, pernahkah kita bergerak mencari orang yang lapar dan membantunya keluar dari penderitaan rasa lapar meski hanya dengan sesuap nasi? .... (Indah nangis lagi .... hiks hiks)

Baiklah, ada yang ngomong kalau sudah mengeluarkan zakat infaq dan sedekahnya ke lembaga amil zakat. Silahkan saja, tapi kalau ngasih lagi gimana? ngasih langsung maksudku,..tidak inginkah kita mencontoh Nabi dan para sahabat yang memberi dengan tangan beliau sendiri kepada mereka yang membutuhkan, bahkan Nabi sengaja meluangkan waktu untuk menyuapi seorang pengemis buta yang sering menghinanya?.... ( duh, betapa lembutnya hati beliau,  nangis lagi Indah .......)

Tanda lainnya haji mabrur adalah berkata santun, ekspresi dari hati yang  lembut dan menyebarkan kedamaian.  Yang ini nih , kita musti punya hati yang baiiiiik, bersih, tulus, penuh maaf, mudah memahami orang lain, lembut dan penuh kasih kepada sesama dan alam semesta.

Berkata santun kepada siapa saja, kepada anak-anak kitapun , bahkan kepada karyawan dan bawahan kita.

Sebagaimana dalam ibadah haji kita dilarang untuk berkata yang mengundang syahwat (rafats), ghibah, mencaci maki, memanggil dengan gelaran buruk dll (fusuq), dan berbantah bantahan/bertengkar  (jidal).  Seandainya kita melatihnya dari sekarang untuk berkata-kata santun dan menghindari 3 hal yang dilarang ini, setuju?

Untuk rafats ada catatannya, diperbolehkan kalau masih di Indonesia, tapi hanya diperbolehkan untuk suami istri saja loh ya, suami /istri kita sendiri , bukan suami/istri orang lain ..... hehehe.

“Mengerjakan haji adalah pada bulan yang ditetapkan, barangsiapa yang menetapkan niatnya untuk berhaji, maka janganlah berbuat rafats, fusuq dan jidal” (QS Al Baqarah 197).

Sahabat,
Indah mengajak kalian semua untuk menjadi mabrur dulu sebelum haji, bukan berarti aku ngajak orang untuk tidak pergi berhaji loh ..... iiih .... ada yang salah sangka sih .... ada yang mengira aku ngajak orang gak usah naik haji, bukan begitu lah maksud Indah yang manis ini.

Indahpun rindu ka'bah, Indahpun ingin melihat rumah ibadah yang dibangun oleh N Ibrahim dan N Ismail dengan tangannya sendiri. Indahpun suka nangis bila melihat di youtube, makam Rasul dan peninggalan beliau, kangeeeen .....

Tapi aku juga musti sadari bahwa ibadah itu bukan cuma urusan romantisme kangen kangenan yang egois, kita juga musti 'nangkep' maksud Allah dengan ibadah yang disyariatkannya.  Indah gak mau melenggang pergi haji, sementara di sekitarku masih banyak yang membutuhkan bantuan. Mudah mudahan juga Indah gak jadi orang yang terbawa kangen trus bolak balik pergi ke Mekah sementara di sekitarku masih banyak orang yang menderita.

Mudah mudahan juga Allah melindungiku dari perkataan yang melukai hati orang lain dan semoga Allah menjadikan lidahku ini lidah yang lembut tutur kata dan lembut pula makna kata yang kuucapkan,

Aku mau ngikut gerakan eyang, mabrur dulu baru haji, mau ikutan? 

Sahabat,
Eyang bilang :" Allah itu Maha Kaya, soal biaya haji itu sebenarnya tinggal ngeklik saja sama Allah".  Maksud eyang, pikirkan untuk memantaskan diri menjadi haji mabrur dulu , niatkan yang kuat, insyaAllah perkara biaya bukan persoalan, Allahlah yang akan mencukupkannya, yakinlah karena Dia Maha Kaya Raya.

Jangan pernah merasa bisa naik haji karena usaha kita, seperti usaha kita menabung, bekerja, berhemat dll .... karena tidak ada daya dan upaya melainkan dengan ijin Allah. Paling aman merasa gak mampu saja karena Allahlah yang akan memampukan kita. Soal konsep bekerja dan berusaha itu kan untuk mencari keridhaan Allah dan untuk bersyukur kepadaNya, rasanya aku sering membahas soal ini.

Yuuk aku ajak menghafal doa haji, ini kalimat talbiyah, mari kita hafal dan renungkan maknanya, sambil membayangkan sudah berada di tanah suci.

" Labbaika allaahumma labbaik. labbaika laasyariikalaka labbaik.innalhamda wanni'mata laka wal mulka laa syariikalak"   aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu,ya Allah aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah milik-Mu semata-mata. Segenap kekuasaan milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar