Ada yang menarik saat aku dengar lagunya NOAH 'Hidup Untukmu Mati Tanpamu' .....suka sih sama melodinya yang manis, suka sama suara penyanyinya, tapi ini kayaknya lagu 'terngenes' (ternelangsa) yang pernah kudengar..... tapi menurutku ini juga lagu islami, karena jujur mengungkapkan sebuah kenyataan yang banyak terjadi di masyarakat terutama muda mudi.
Lagu yang 'mendakwahkan' kepedihan karena mencintai makhluk ..... bagus banget kan kalau kita bisa ngerti bahwa mencintai makhluk hanya bikin sengsara, biar kita kembali mencintai Allah, Sang Pemilik makhluk, biar kita ingat bahwa ada Allah dibalik segala hal yang kita cintai. Barangkali loh yaaa, pesan inilah yang secara implisit dibawa oleh lagu ini.
Tak pernah ku mengerti aku segila ini
Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu
Tak pernah ku sadari aku sebodoh ini
Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu
Air mata ini menyadarkanku oooh
Kau takkan pernah menjadi milikku ooo
Tuh kan? bodoh dan gila deh orang yang selama hidupnya mengejar sesuatu yang tidak dia bawa mati, contohnya mengejar harta, jabatan, kekayaan, wanita lain ...... dll
Tuntunan agama membatasi cinta kita pada makhluk tidak boleh melebihi cinta kita pada Allah. Nah ini dia yang sulit ..... kalau saja cinta ada alat ukurnya ..... Tapi mungkin ceritaku tentang Alni bisa jadi gambaran.
Si cantikku Alni paling sewot kalau mainannya rusak, bisa nangis kencang-kencang dan susah dihentikan. Pernah suatu hari Alni begitu mencemaskan mainan kesayangannya.
"Ibuuuk, jangan ditaruh disitu, nanti ketahuan mas Insan, nanti dirusak", gitu kata Alni saat melihatku menaruh mainannya di sebelah meja belajar Insan.
"Sayang, yang namanya mainan kan bikinan manusia, pasti bisa rusak. Makanya kita gak boleh mencintai barang, cintanya harus sama Allah. Manusia yang bikinan Allah saja bisa sakit dan bisa mati kok, apalagi benda bikinan manusia ", kataku.
"Oh begitu yaaa, iya ya .... cuma Allah ya yang gak bisa mati", katanya memutar 'rekaman kuliahku' padanya.
Sejak itu Alni lebih mudah mengikhlaskan mainannya, rusak ya beli lagi, hilang ya biarin ...... Ternyata anak-anak lebih mudah diajari dan lebih mudah menyerap pelajaran. Malah sekarang aku yang harus belajar dari Alni.
Kekecewaan yang mendalam saat kita kehilangan sesuatu, atau air mata yang tumpah karena sesuatu ...... inilah alat ukur yang menunjukkan betapa kita masih mencintai makhluk melebihi cinta kita pada Allah.
Allahlah yang memberikan peristiwa-peristiwa itu pada kita, semestinya kita ikhlas saja karena diberi oleh yang kita cintai pasti membuat hati kita bahagia.
Boleh lah kita menangis karena kehilangan sesuatu yang kita cintai, tapi nangisnya karena kasih sayang, bukan menangisi kehilangannya atau tangis kekecewaan ..... ini beda tipis sih .... Seperti Nabi yang menitikkan air mata saat puteranya meninggal dunia, air mata beliau adalah air mata kasih sayang.
Sahabat,
mari kita ajak diri dan keluarga kita untuk meletakkan cinta kita pada Allah di atas cinta kita pada makhluk.
Lagu yang 'mendakwahkan' kepedihan karena mencintai makhluk ..... bagus banget kan kalau kita bisa ngerti bahwa mencintai makhluk hanya bikin sengsara, biar kita kembali mencintai Allah, Sang Pemilik makhluk, biar kita ingat bahwa ada Allah dibalik segala hal yang kita cintai. Barangkali loh yaaa, pesan inilah yang secara implisit dibawa oleh lagu ini.
Tak pernah ku mengerti aku segila ini
Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu
Tak pernah ku sadari aku sebodoh ini
Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu
Air mata ini menyadarkanku oooh
Kau takkan pernah menjadi milikku ooo
Tuh kan? bodoh dan gila deh orang yang selama hidupnya mengejar sesuatu yang tidak dia bawa mati, contohnya mengejar harta, jabatan, kekayaan, wanita lain ...... dll
Tuntunan agama membatasi cinta kita pada makhluk tidak boleh melebihi cinta kita pada Allah. Nah ini dia yang sulit ..... kalau saja cinta ada alat ukurnya ..... Tapi mungkin ceritaku tentang Alni bisa jadi gambaran.
Si cantikku Alni paling sewot kalau mainannya rusak, bisa nangis kencang-kencang dan susah dihentikan. Pernah suatu hari Alni begitu mencemaskan mainan kesayangannya.
"Ibuuuk, jangan ditaruh disitu, nanti ketahuan mas Insan, nanti dirusak", gitu kata Alni saat melihatku menaruh mainannya di sebelah meja belajar Insan.
"Sayang, yang namanya mainan kan bikinan manusia, pasti bisa rusak. Makanya kita gak boleh mencintai barang, cintanya harus sama Allah. Manusia yang bikinan Allah saja bisa sakit dan bisa mati kok, apalagi benda bikinan manusia ", kataku.
"Oh begitu yaaa, iya ya .... cuma Allah ya yang gak bisa mati", katanya memutar 'rekaman kuliahku' padanya.
Sejak itu Alni lebih mudah mengikhlaskan mainannya, rusak ya beli lagi, hilang ya biarin ...... Ternyata anak-anak lebih mudah diajari dan lebih mudah menyerap pelajaran. Malah sekarang aku yang harus belajar dari Alni.
Kekecewaan yang mendalam saat kita kehilangan sesuatu, atau air mata yang tumpah karena sesuatu ...... inilah alat ukur yang menunjukkan betapa kita masih mencintai makhluk melebihi cinta kita pada Allah.
Allahlah yang memberikan peristiwa-peristiwa itu pada kita, semestinya kita ikhlas saja karena diberi oleh yang kita cintai pasti membuat hati kita bahagia.
Boleh lah kita menangis karena kehilangan sesuatu yang kita cintai, tapi nangisnya karena kasih sayang, bukan menangisi kehilangannya atau tangis kekecewaan ..... ini beda tipis sih .... Seperti Nabi yang menitikkan air mata saat puteranya meninggal dunia, air mata beliau adalah air mata kasih sayang.
Sahabat,
mari kita ajak diri dan keluarga kita untuk meletakkan cinta kita pada Allah di atas cinta kita pada makhluk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar