Sabtu, 24 Oktober 2015

Tangan Yang Tertuntun

Dear Allah lovers,

Kusapa pagi dengan mata yang pedih ... karena kebanyakan mendeliki lap top ... hahaha ... Bagaimana pagimu sahabat ?

Dan mata pedihku tertuju pada berbagai komentar atas postingan temanku yang membagikan lelang kebaikan dari wall warung ikhlas Malang.

Semalam aku share di lelang kebaikan tentang rumah banner pak Marwan , sebuah rumah yang didominasi banner , dari dindingnya sampai alas tempat tidurnya ! Rumah banner itupun hasil sumbangan warga sekitar karena pak Marwan adalah pendatang yang tidak punya apa-apa disana, berdiri di atas tanah yang dipinjami pak Nur.  Dan status tanah itu adalah milik perhutani yang 'disewa' warga untuk selama lamanya ... hehe.

Pak Marwan pendatang dari Palembang, ke Jawa berharap kehidupan yang lebih baik , dan terdampar di seputar pantai gua Cina Malang selatan.  Pekerjaannya serabutan , dari bersihkan kebun , macul , buruh tani , nganterin tour menyusuri gua dan sungai, dll.

Nah, kami team warung ikhlas Malang ingin membantu pak Marwan memperbaiki kualitas tempat tinggalnya, makanya kita share di lelang kebaikan. Tak tega banget melihat gubug pak Marwan, yang tempat tidurnya gak pakai kasur dan spreinya dari banner pula. Aku sampai mbrebes mili sepulang dari rumah pak Marwan , mbrebes mili karena kasihan , juga terharu karena Allah telah mengirimku untuk menjadi penghubung bagi orang-orang yang ingin berbuat baik. Sudah setahun aku bertetanggakan pak Marwan dan aku tidak tahu ternyata sebegitu memelas kondisinya , betapa parahnya aku ! (nih aku mulai nangis lagi)

Dan begitulah ceritanya, cerita orang-orang yang ingin berbuat baik dan mengajak orang untuk berbuat kebaikan , mereka akan mendapatkan ujiannya , ujian sabar dan ikhlasnya ... Duh, huruf-hurufnya kok jadi memburam , mataku basah lagi rupanya.

Jadi di komunitas tempat temanku mas Prayono membagi cerita ini, banyak komentar negatif, yang kalau dirangkum, kesimpulannya begini :

- mengapa tidak membantu orang yang asli malang saja ?
- di pantai gua Cina itu banyak gubug, tapi pemiliknya kaya-kaya karena itu hanya rumah singgah.
- mengapa tidak konfirmasi ke pak RT dulu agar tahu kondisi yang sebenarnya ? takutnya salah sasaran.

Untungnya , aku sudah terbiasa dengan komentar seperti itu sejak aku membuka warung ikhlas Malang, jadi sudah siap dengan resikonya , dan ada yang sudah menyediakan tangannya untuk memeluk dan membelaiku saat aku berada dalam perasaan down , itu tuh orangnya , suamiku !

Ketahuilah sahabat,
Aku berjalan dengan hati yang aku hubungkan dengan Allah. Allahlah yang menggerakkan raga dan jiwaku dan kepadaNya saja aku mempersembahkan semua yang aku lakukan, kubiarkan tangan ini tangan yang tertuntun olehNya. Hingga  Allah pulalah yang mengirimi aku sahabat-sahabat dalam irama dan ritme yang sama , dalam kerja sama yang manis.

Hanya sekedar like, share , komentar positif negatif , bagi kami itu sudah merupakan kerja sama yang menawan.  Dan Allah pulalah yang menggerakkan tangan-tangan kalian untuk merogoh kartu atm dan mentransfer sejumlah dana untuk kegiatan kami.  Kami salurkan 112 % lebih .... haha, karena selalu ditambahi sama team kami.

Dalam kasus pak Marwan, aku ini punya kebun disana sudah 3 tahun, dan aku faham siapa yang kaya siapa yang memelas. Tidak semua pemilik kebun disana kaya dan punya rumah di desa yang mboiz , dan menfungsikan gubug disana hanya sebagai rumah singgah.  'Mama tahu sendiri' ... hehehe. Hanya beberapa orang saja yang kaya, salah satunya aku ...ehm , dan biasanya orang yang kaya tidak menunggui sendiri kebunnya, mereka membangun gubug untuk karyawannya.  Dan yang merawat kebunnya sendiri , biasanya juga tidak kaya kaya amat, aku juga tahu sendiri, karena nyemplung sendiri.

Pak RT dan para tetangga sudah berusaha membantu pak Marwan dengan membangun gubug dan seperti itulah hasil maksimalnya, maklum masyarakat sana juga masyarakat yang sederhana pakai banget (baca: sama miskinnya). Jadi kita ini sebenarnya cuma mau membantu perbaiki rumahnya dikiiiit aja biar mereka sekeluarga ga kehujanan, bukan mau bikin rumah gedong magrong magrong buat dia ... Kok gini aja diprotes ya ? Padahal donaturnya yo ikhlas loh , yang membantu dia juga ikhlas , ada relawan yang gak mau dibayar juga ikhlas , kok penontonnya gak ikhlas ya ? Hahahaha .... muaaaf banget , guyon.

Jadi yang mau membantu silahkan , yang tidak juga silahkan, kita cuma tukang ngajakin orang untuk berbuat baik , itulah pilihan 'profesi' kita diantara berbagai pilihan profesi 'tukang-tukang' lainnya.  Yaaa , pengalaman kami yang baru sekali ndandani rumah fakir miskin, memang kita butuh tukang kayu, tukang batu , tukang gergaji , tukang ndelok , tukang nyuruh (nunjuk diri sendiri) , tukang maido , dll .... Anda pilih jadi tukang apa?

Akan halnya pertanyaan , mengapa tidak membantu orang yang asli Malang saja ? bukannya pendatang.  Nah ini nih , aku harus jelaskan bila dalam berbuat baik, dalam setiap pergerakan kami, panduan kami adalah al quran .

Kami ingin menjadi rahmatan lil alamiin, kasih sayang bagi alam semesta.  Jadi kami tidak membatasi apakah penduduk Malang atau bukan , yang penting dia adalah bagian dari alam semesta dan makhluk ciptaan Allah. Lihat saja kegiatan kami di page Warung Ikhlas Malang , kegiatan kecil kami pernah sampai ke Mojokerto, pernah bantu orang Pasuruan, mukena kami sudah nyampai ke Aceh .... yaa , masih sedikit ya yang kami lakukan ? Ampuni kami ya Allah dan beri kami kesempatan menjadi kepanjangan tanganMu yang Agung dan penuh kasih.

Maafkan Innuri ya, bila ada yang tersinggung dengan tulisan ini.

Salam manis,

Innuri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar