Jumat, 30 Mei 2014

Memilih Presiden Dengan Hati ( 2 )


Semula aku ogah memilih presiden yang baru saja meninggalkan rakyat Jakarta, melupakan ucapannya bahwa akan tetap memimpin Jakarta hingga 5 tahun.  Lalu seorang teman membeberkan fakta-fakta  tentang jendral yang terbuang. Logikaku berjalan, manakah yang lebih berat dosanya , mengingkari janji ataukah pelanggaran HAM  ? Lalu temanku mengajak berpikir lewat jalur analisa berdasarkan data dan fakta, manakah kemungkinan Indonesia bakalan membaik diantara kedua capres ?
 
 Bukan cuma itu, suamiku juga berusaha menjelaskan padaku tentang pilihannya yang tidak sama denganku, walau aku yakin dia pasti tidak akan memaksaku memilih seperti yang dia pilih. Tapi situasi unggul-unggulan jagoan masing-masing amat terasa sampai di rumah, terlebih di postingan teman-teman fb.

Jujur semua itu membuatku jengah.  Kutinggalkan logika,  berpindah  menggunakan saluran petunjuk Allah seperti yang aku tulis di tulisanku sebelumnya.  Sehari setelah mmperoleh petunjuk, tanpa sengaja aku menonton televisi, melihat seorang tokoh yang sedang diwawancara, kenapa memilih di kubu X ? Jawaban beliau, itu berdasarkan petunjuk Allah.  Dan petunjuknya sama dengan petunjuk yang aku terima. 

Tapi aku tidak akan mempengaruhi kalian dengan pilihanku, biarlah itu buatku sendiri.  Aku hanya ingin kalian merenungkan suatu hal.

Coba renungkan pertanyaanku dibawah ini :

- Apakah yang rakyat inginkan untuk Indonesia di masa depan ?  Menjadi lebih baik bukan ?

- Untuk meraih sesuatu yang lebih baik, bukankah musti menggunakan cara-cara yang baik ? Setuju atau setuju banget ?

- Agar Allah berikan seorang pemimpin yang benar-benar terbaik menurut versi Allah, semestinya kita juga bersikap dengan sikap yang Allah ridhai bukan ?

- Bila rakyat Indonesia terbenam dalam perselisihan, kebencian dan permusuhan gara-gara fanatiknya dengan capres pilihan mereka, apakah Allah sudi menurunkan pemimpin terbaiknya ?

Sungguh kita tidak tahu apa yang bakal terjadi esok hari, dan sungguh tidak ada yang bisa menjamin bahwa Indonesia bakalan menjadi lebih baik di tangan pemimpin idola kita.  Tapi Allah menjamin bahwa keberkahan akan diturunkan pada suatu kaum jika kaum itu bertakwa, dan seorang pemimpin yang baik adalah bagian dari keberkahan itu.

Sementara bagian dari takwa itu adalah memaafkan dan meminta maaf, menahan amarah, berkasih sayang, banyak-banyak berbuat kebaikan , bersedekah (baik dengan harta maupun dengan sikap yang baik), tidak menyakiti orang lain, membalas kejahatan dengan kebaikan.

Kesimpulannya :  bila menginginkan Indonesia lebih baik di masa depan, maka carilah ridhaNya, ambillah sikap terbaik dalam acara pesta demokrasi ini.

 Diantara sikap terbaik itu adalah mengawalinya dengan basmallah, yaitu bertindak atas nama Allah dengan hati yang penuh kasih sayang, dan menjaga ketakwaan dalam arti yang aku uraikan di atas.

Memilih presiden itu bukanlah saat kita berdiri di bilik TPS, tapi saat inilah saat yang sebenarnya  kita sedang memilih pemimpin. Bila kita tetap saja bersikukuh dengan sikap saling menyerang, saling menyakiti hingga menyebarkan fitnah, maka itu berarti kita telah memilih pemimpin yang pantas untuk bangsa 'jenis' ini.

Jadilah bangsa yang pantas punya pemimpin yang dibanggakan para malaikatNya. Marilah memantaskan diri untuk itu dan ijinkanlah Allah menjatuhkan pemimpin yang benar-benar bisa membawa rakyat Indonesia menjadi lebih baik dengan sikap kita yang diridhaiNya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar