Dia teman masa kecilku, tentunya sudah setua aku, tapi dia sudah punya cucu, sudah dipanggil nenek, aku kan belum (.. ehm..). Habis maghrib aku melihatnya berjalan ke pasar, dia memang punya kios di pasar Ngantang yang sepi, yang kalau malam hanya beberapa toko yang buka.
"Kok malam-malam buka ?", tanyaku.
"Aduh dik, aku ini ngejar setoran .... ", katanya disusul cerita tentang anak dan cucunya yang masih harus dibantu. Mendengar ceritanya, rasanya tuh .... hidup ini kok begitu melelahkan.
"Dinikmati saja lah, disyukuri saja", kataku akhirnya.
Pernah juga aku mendengar curhatan seperti ini : "Suamiku sudah pensiun, sementara si kecil masih sekolah dasar. Kadang khawatir juga akan masa depannya, tapi aku coba pasrahkan pada Allah".
"Kebutuhan begitu banyak, pernahkan kamu merasa harus bekerja keras untuk mengejar semua itu ?", tanya sahabatku. Aku tersenyum ...
"Hmmm ..... berarti kamu musti membaca bukuku ", kataku sambil menghadiahinya buku "Menciptakan Keajaiban Finansial".
Coba kalian pikir, apa yang salah dari istilah 'mengejar setoran' atau kekhawatiran akan masa depan anak-anak kita ?
Begitulah, banyak sekali orang terjebak dalam logika yang malah membuat hidupnya begitu lelah dan tidak bahagia, sementara nikmat Allah bertaburan di sekelilingnya tapi lupa disyukuri.
Logika yang sering menjebak itu contohnya : "Semakin banyak kebutuhan, mesti diiringi kerja keras untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar ". Kedengarannya sih kalimat ini kalimat yang 100% betul, tapi coba renungkan ..... kalimat ini sebenarnya mengandung bahaya yang lebih besar daripada virus yang mematikan.
Orang yang menganggap bahwa kebutuhannya musti dipenuhi dengan kerja keras, orang ini tanpa sengaja telah meletakkan 'kerja keras' sebagai sebab terpenuhinya segala kebutuhan. Padahal Allahlah yang memenuhi kebutuhan kita, hanya Allah sebabnya.
Sekeras apapun usaha kita, bila Allah menghendaki kita tidak mendapat apa-apa, ya tidak dapat apa-apalah kita, mungkin pendapatan kita hilang digondol maling, ditipu orang atau malah hilang jatuh di jalan ..... atau sebab yang lain bisa ditambah sendiri berdasarkan pengalaman masing-masing.
Mungkin ada yang bertanya, "Memangnya tanpa kerja keras, nganggur saja.... bisa mak jleg kejatuhan rejeki dari langit? Memangnya gak boleh kerja keras ngejar setoran ? "
Orang yang bertanya seperti pertanyaan di atas berarti gak ngikuti blog innuri dan musti pesan bukuku "Menciptakan Keajaiban Finansial"..... hehehe. Kan aku sering membahasnya, bekerja itu musti sesuai dengan juklaknya di al quran, bahwa kita diperintahkan bekerja untuk mencari karunia, keridhaan Allah dan untuk bersyukur kepadaNya. Jadi jangan bekerja untuk mencari uang, untuk biaya sekolah anak-anak, atau untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
Allah itu Maha Bertanggung Jawab menghidupkan kita dan memelihara kita tetap hidup dengan nyaman sejahtera bahagia. Jadi kebutuhan hidup kita ini berada dalam jaminan Allah, titik gak pakai koma. Berangkatlah bekerja dengan mengantongi keyakinan seperti ini, maka ini pula yang akan terjadi.
Merasa bahwa yang mencukupi kebutuhan kita adalah kerja keras kita setiap hari , itupun merupakan kesombongan yang halus dan 100% bikin repot, capek dan pusing. Dipasrahkan Allah saja, karena itu memang bagiannya Allah, bagian kita adalah bekerja karenaNya dan mendekatkan diri kepadaNya.
Jangan lagi mengejar setoran, karena yang namanya setoran ya pasti disetor, gak akan jadi milik kita. Coba ubahlah jadi mengejar keridhaan Allah, karena Allah Maha Memberi, gak pernah minta setoran. Ya kan ? Ya kan ?
"Kok malam-malam buka ?", tanyaku.
"Aduh dik, aku ini ngejar setoran .... ", katanya disusul cerita tentang anak dan cucunya yang masih harus dibantu. Mendengar ceritanya, rasanya tuh .... hidup ini kok begitu melelahkan.
"Dinikmati saja lah, disyukuri saja", kataku akhirnya.
Pernah juga aku mendengar curhatan seperti ini : "Suamiku sudah pensiun, sementara si kecil masih sekolah dasar. Kadang khawatir juga akan masa depannya, tapi aku coba pasrahkan pada Allah".
"Kebutuhan begitu banyak, pernahkan kamu merasa harus bekerja keras untuk mengejar semua itu ?", tanya sahabatku. Aku tersenyum ...
"Hmmm ..... berarti kamu musti membaca bukuku ", kataku sambil menghadiahinya buku "Menciptakan Keajaiban Finansial".
Coba kalian pikir, apa yang salah dari istilah 'mengejar setoran' atau kekhawatiran akan masa depan anak-anak kita ?
Begitulah, banyak sekali orang terjebak dalam logika yang malah membuat hidupnya begitu lelah dan tidak bahagia, sementara nikmat Allah bertaburan di sekelilingnya tapi lupa disyukuri.
Logika yang sering menjebak itu contohnya : "Semakin banyak kebutuhan, mesti diiringi kerja keras untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar ". Kedengarannya sih kalimat ini kalimat yang 100% betul, tapi coba renungkan ..... kalimat ini sebenarnya mengandung bahaya yang lebih besar daripada virus yang mematikan.
Orang yang menganggap bahwa kebutuhannya musti dipenuhi dengan kerja keras, orang ini tanpa sengaja telah meletakkan 'kerja keras' sebagai sebab terpenuhinya segala kebutuhan. Padahal Allahlah yang memenuhi kebutuhan kita, hanya Allah sebabnya.
Sekeras apapun usaha kita, bila Allah menghendaki kita tidak mendapat apa-apa, ya tidak dapat apa-apalah kita, mungkin pendapatan kita hilang digondol maling, ditipu orang atau malah hilang jatuh di jalan ..... atau sebab yang lain bisa ditambah sendiri berdasarkan pengalaman masing-masing.
Mungkin ada yang bertanya, "Memangnya tanpa kerja keras, nganggur saja.... bisa mak jleg kejatuhan rejeki dari langit? Memangnya gak boleh kerja keras ngejar setoran ? "
Orang yang bertanya seperti pertanyaan di atas berarti gak ngikuti blog innuri dan musti pesan bukuku "Menciptakan Keajaiban Finansial"..... hehehe. Kan aku sering membahasnya, bekerja itu musti sesuai dengan juklaknya di al quran, bahwa kita diperintahkan bekerja untuk mencari karunia, keridhaan Allah dan untuk bersyukur kepadaNya. Jadi jangan bekerja untuk mencari uang, untuk biaya sekolah anak-anak, atau untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
Allah itu Maha Bertanggung Jawab menghidupkan kita dan memelihara kita tetap hidup dengan nyaman sejahtera bahagia. Jadi kebutuhan hidup kita ini berada dalam jaminan Allah, titik gak pakai koma. Berangkatlah bekerja dengan mengantongi keyakinan seperti ini, maka ini pula yang akan terjadi.
Merasa bahwa yang mencukupi kebutuhan kita adalah kerja keras kita setiap hari , itupun merupakan kesombongan yang halus dan 100% bikin repot, capek dan pusing. Dipasrahkan Allah saja, karena itu memang bagiannya Allah, bagian kita adalah bekerja karenaNya dan mendekatkan diri kepadaNya.
Jangan lagi mengejar setoran, karena yang namanya setoran ya pasti disetor, gak akan jadi milik kita. Coba ubahlah jadi mengejar keridhaan Allah, karena Allah Maha Memberi, gak pernah minta setoran. Ya kan ? Ya kan ?
Salam kenal
BalasHapussaya setuju, mengejar setoran menyebabkan tak ada lagi akal sehat, semua aturan ditabrak. ga peduli apapun, yang penting setoran tertutupi. Ini banyak terjadi di lingkungan kerja saya. Padahal rejeki sudah diatur ya, sudah ada porsinya masing-masing :)
makasih bunda Zahra, salam kenal kembali. Saya doakan semoga lingkungan kerjanya bisa berubah dengan ridha Allah, kasihan, mereka seperti itu karena tidak tahu.
HapusMbak Indah....saya mau donk bukunya, Alhamdullilah jika dikasih...hehehe....
BalasHapussaya bisa dapatkan dimana ya? saya tinggal di kudus........
Terimakasih
Bukunya bisa dipesan ke 081334334331 , sebutkan alamatnya ya, harganya 50 ribu sudah termasuk ongkos kirim, makasih.
Hapussaya sudah sms mba.....
Hapusmakasih...
Mbak Indah, makasih banget dah dikasih bukunya....
Hapusbenar-benar bermanfaat sekali, makasih mbak...
Subhanalloh...so sweet mba, kayaknya bakal betah nih daku berlama2...di blog ini..#Thank you...
BalasHapusmakasih mb Novita, iya , berlama - lama boleh , sini menikmati pisang goreng anget dan teh kebul kebul ..... hehehe
Hapus