Senin, 13 Mei 2013

Dari Mana Memulai Berbuat Baik ?

Akhir-akhir ini aku sering sekali mendengar sahabatku ngomong begini :"Aku pingin deh kayak mbak Indah, banyak berbuat baik".

Mbak Yayuk, istri mas Saidi -penanggung jawab kebunku- malah bilang begini :"Aku jadi ingin kayak ibuk, tapi dari mana memulainya ?"

Indah jawabnya begini :

Mulailah dari yang paling simpel, paling dekat, paling terjangkau dan tidak selalu dengan materi, maksudku lakukan kebaikan dengan memberi yang berupa materi dan bukan materi.  Memberi yang bukan materi itu ternyata lebih sulit mempraktekkannya, seperti memaafkan, mendoakan, menahan marah, mengikhlaskan .... dll.

Jangan lupa niatnya karena Allah, untuk mempersembahkan hidup dan seluruh aktifitas kehidupan ini kepada Allah.

Sering aku lihat, orang bisa mengerjakan hal besar dan 'monumental' tapi dia mengabaikan hal-hal kecil yang penting. Misalnya saja, punya ratusan anak asuh, jutaan rupiah dia keluarkan setiap bulan untuk membiayai pendidikan mereka.  Tapi dia bisa marah besar dan tidak bisa memaafkan anak pembantunya yang memecahkan keramik kesayangannya.  Padahal menahan marah dan memaafkan itu perintah Allah juga dalam al quran.

Salah satu tujuan berbuat baik adalah untuk melembutkan hati, jadi saat perbuatan baik yang kita lakukan tak bisa membuat hati kita jadi lembut, yaaa .... musti mengoreksi diri lagi, sudah luruskah niat kita berbuat kebaikan karena Allah ?

Kembali ke topik bagaimana mengawali berbuat baik ?

Setelah memulai dengan hal yang paling simpel, paling dekat, paling terjangkau, dengan materi dan dengan bukan materi.  Point selanjutnya adalah lakukan dengan konsisten, setiap hari, setiap ada kesempatan, bahasa agamanya lakukan dengan 'istiqamah'.

Setelah melakukan dengan istiqamah, nanti akan ada 'peluang-peluang' baru dalam berbuat baik, tangkap peluang itu dan niatkan melakukannya karena Allah, jangan berpikir soal kendala, misalnya kendala uang / dana dll dll, tapi pikirkan solusinya / cari jurusnya dan pasrahkan pada Allah.

Manusia dikaruniai akal pikiran biar bisa menghandle kendala dalam hidup.  Jadi tetap fokus pada tujuan, segala kendala bisa diatasi kok, gunakan akal pikiran.  Aku punya sebuah kisah manis berkenaan dengan kendala dan bagaimana mengatasinya, ini kisah tentang ibuku.

Dulu ibuku adalah seorang kepala sekolah di Ngantang, Ngantang itu sebuah kecamatan di pinggir kabupaten Malang, kebayang betapa ndesitnya yaaa .... tapi Ngantang tidak terpencil loh, karena dilewati bis jurusan Kediri Malang dan Jombang Malang.

Ibu amat ingin sekolahnya punya mushala, tapi tidak mungkin menarik iuran yang berupa uang kepada wali murid.  Ibu lalu menggunakan jurus 'jimpitan' beras, seminggu sekali seluruh siswa membawa sejumput beras ke sekolah (benar benar sejumput / segenggam).  Beras yang terkumpul lalu dijual, hasil penjualannya ditabung dan terwujudlah mushala idaman.

Berkaca pada ibuku, kita sebenarnya bisa kok melakukan kebaikan besar yang 'tersusun' dari hal-hal kecil.  Segala kebaikan selalu bisa terwujud dengan ijin Allah.

Aku sendiri pernah punya kendala berkenaan dengan perbuatan baik membagi-bagi beras. Dari waktu ke waktu kok makin nambah saja 'daftar nama'  yang memerlukan beras. Lalu aku mikir, gimana kalau aku juga bikin jimpitan beras untukku sendiri ?  Tapi jimpitannya nggak sejumput, ntar lamaaaa dong ngumpulnya dan biar seimbang dengan jumlah orang yang musti disantuni , jadi jimpitan berasku aku canangkan 5 kg setiap hari.  Hmmmm ..... terus terang aku 'mencuri'nya dari uang belanja harian ....hehehe, aku cerdik yaaa dan ahli irit. Ternyata kami sekeluarga masih bisa makan enak dan kenyang walau jatah belanjanya dikurangi 5 kg beras dan juga beberapa nasi bungkus setiap pagi.

Nah kan ? kalau mikirnya cukup ya dikasih cukuplah sama Allah, cukup is the best .... hahaha.

Setiap keluarga punya anggaran sendiri-sendiri untuk kebutuhan dapurnya, kalau mau ngikut aliran 'jimpitan' beras seperti yang kulakukan, sesuaikan saja dengan budget masing-masing, bisa sejumput tiap hari, setengah kilo, sekilo atau sekarung setiap hari juga gak dilarang , intinya disesuaikan saja dengan kemampuan, sambil terus berusaha meningkatkan kemampuan. 

Berusaha melakukan kebaikan dengan istiqamah itu juga adaaaa saja ujiannya, yang lupa lah, sakit lah, capek lah, kadang anak-anak mendadak butuh dana besar untuk sekolah mereka .... dsb dsb.Musti kreatif mencari jalan keluar agar tetap bisa istiqamah.

Bila menghadapi kendala finansial ya harus dengan sikap yakin dan pasrah, yakin Allah bakalan mencukupi semuanya dan pasrahkan saja segala persolan kepada Allah. Yakinnya diperkuat lagi dan jangan berhitung, ikhlas itu tidak menghitung, dan tetap bersedekah dalam lapang dan sempit.

Akan halnya jimpitan beras yang aku contohkan itu, jangan berpikir dengan berkurangnya uang belanja, efeknya musti mengencangkan ikat pinggang.  Pada kenyataannya malah Allah melancarkan semua perniagaan dan segala urusan, plus tetap bisa makan enak kok.  Jadi keep giving ....

Sebagai penutup, ada sebuah email dari mb Wahyu, teman kuliahku, bagus sekali cara dia menangkap peluang berbuat baik, mulai dari yang terdekat, simpel dan bermanfaat. Yuuk kita simak kisahnya :

Aku ini tinggal di perumahan, sudah 2 tahun ini gaji bapak-bapak satpam belum dinaikkan, padahal kebutuhan hidup selalu naik sewaktu-waktu. Sebetulnya gampang saja, tinggal menaikkan iuran RT, pasti uang kas bertambah dan bisa untuk menambah gaji bapak-bapak satpam. Tetapi masalahnya tidak semudah itu, untuk menaikkan iuran ada yang pro dan kontra, rapat berkali-kali akhirnya ya….tetep saja
belum ada penyelesaian. 


Ditengah2 kebingungan ini aku melihat setiap siang bapak2 satpam itu makan di warung dekat perumahan, maka terpikirlah olehku untuk mengirim makan siang secara gratis, dengan begitu agak berkurang beban mereka, paling tidak dapat berhemat beberapa ribu. Uang untuk makan siang bisa dipakai keperluan lain.
 

Kebetulan tetanggaku ada yang berjualan nasi bungkus, jadi tinggal pesan. Mungkin ini yang dinamakan
menyelesaikan masalah tanpa masalah. Kelihatanya belum seberapa pemberianku ini, masih dikalangan bapak2 satpam, belum ke duafa2 lainnya. Aku berharap pemberian yang tidak seberapa ini bisa membersihkan hati, menenangkan hati, membahagiakan hati.
 

Karena kita selalu belajar untuk berbagi, dan aku berharap bisa bertahan terus bahkan bertambah. Sejak saat itu aku merasakan betapa sesuatu yang kecil itu kalau dilakukan dengan tulus dan sungguh-sungguh akan menjadi sangat berarti. Aku selalu optimis akan banyak nasi bungkus-nasi bungkus yang mengalir pada saudara-saudara kita yang kurang beruntung, tidak saja pada pagi hari, tapi siang hari dan bahkan malam hari, dengan begitu ikatan batin diantara kita akan selalu tersambung. Terimakasih mbak Indah telah
menginspirasi banyak orang untuk tetap berbagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar