Kamis, 02 Mei 2013

Mengalah .... Tidak .... Mengalah ..... Ti ....

Ada beberapa ibu-ibu yang membicarakan soal hubungan mereka yang buruk dengan saudara-saudara mereka.

Ibu A memilih sikap ngeyel dan galak, ibu B memilih sikap mengalah dan memaafkan, sedang ibu C  kepingin galak, karena selama ini merasa sudah terlalu mengalah.

Dengar pembicaraan mereka :

Ibu C : Biasanya sih aku selalu menjawab dengan manis, tapi kadang membayangkan kalau seandainya aku memilih sikap galak, reaksi mereka bakal cetar membahana ...... hahaha.

Ibu B : Mengalah saja lah, kayak aku.  Sejak kecil aku dibenci mbakyuku, itu dia katakan terang terangan, aku juga dikasari secara fisik, ya dicubit sampai berdarah, ya dijambak .... Eh, sampai tua segini juga masih dimarah-marahi.  Tapi aku selalu memaafkan dan menyayanginya. Tapi jalan hidupku enak, Allah seolah berfihak padaku, rumah tanggaku tenteram dan bahagia.

Ibu C : Iya ya mbak, kurasakan juga begitu. Suatu malam anakku bilang begini ;'Teman-teman mama itu baik dan sayang sama kita, nggak kayak budhe dan pakdhe yang selalu memarahi dan menyalahkan kita'.

Ibu B : Allah mengganti dengan saudara lain yang lebih baik dan lebih banyak ya mbak.

Ibu C : Iya mbak, beneer, bukti kalau Allah sayang sama kami.

Ibu A : Kalau aku sih bukan tipe orang yang ngalah-ngalah tapi sakit hati, aku kalau gak suka bilang gak suka.

Ibu D dan ibu E yang dari tadi diam saja, ikut berkomentar

Ibu D : Kalau aku sih, sama kakak adik dan ipar iparku selalu baik, gak pernah ribut sampai tua begini.  Ibu yang ngajarin kita selalu rukun dan berbagi.

Ibu E : Di keluargaku juga gitu, kalau ada yang kurang, justru kita yang berlebih tanpa dikomando pengertian sendiri, dan gak ada yang iri.

Baiklah sahabat, mari kita bahas soal 'mengalah' .

Ada orang yang kebiasaan mengalah terus, ada orang yang mengalah tapi menimbun sakit hati yang siap diledakkan, ada orang yang kadang mau ngalah kadang nggak, lihat-lihat 'timing'nya, ada orang yang sama sekali tidak mau mengalah.

Kalian termasuk kelompok yang mana ?

Pernah dengar ungkapan 'mengalah untuk menang' ? Setujukah dengan ungkapan ini ?

Kalau Indah boleh ngingetin sih, apa saja sikap yang kita pilih, baik mengalah atau tidak mengalah, lakukan semua itu bukan dengan sikap emosional, tapi karena Allah.

Ungkapannya jadi begini 'mengalah untuk Allah'  dan 'tidak mengalah untuk Allah'.

Ciri-cirinya kalau kita mengalah untuk Allah itu tidak ada perasaan sakit hati yang terpendam, apalagi sakit hatinya sampai numpuk dan siap diledakkan.  Yang ada adalah perasaan kasih sayang, karena dalam hati memahami bila orang yang sedang mendhalimi itu sebenarnya orang yang tidak bahagia dengan dirinya sendiri, jadi munculnya malah rasa kasihan, sayang dan mendoakan.

Ciri-cirinya kalau kita tidak mengalah untuk Allah itu adalah kita tidak emosional, kita menyampaikan perasaan kita dengan tenang dan sabar dengan maksud 'mendidik' orang yang mendhalimi kita. Kita bermaksud 'menolong' orang-orang yang dhalim itu dari berbuat dhalim pada kita.  Dasar sikap kita tetaplah kasih sayang, tetap prinsip bismillah.

Sahabatku,

Apapun yang kita lakukan, bila kita bergerak karena Allah, itulah kemenangan hakiki kita.  Raih keberfihakan Allah pada kita, inilah kemenangan yang sesungguhnya.

Sebagai penutup, renungkanlah ayat ini :


QS. Fushshilat (Fussilat) [41] : ayat 34
[41:34] Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.




2 komentar:

  1. "Mengalah atau tidak mengalah niatkan karena Allah.."

    Terimakasih pengingatnya....

    BalasHapus