Senin, 24 Oktober 2011

Antara Kemiskinan dan Kemuliaan

Di dalam bis, dua orang pengamen beraksi, yang satu bernyanyi, satunya memainkan gitar sambil sesekali mengimbangi suara sang 'vokalis' dengan suara dua yang kompak.  Yang menarik bagiku bukan suara dan aksinya, tapi syair lagu yang mereka ciptakan sendiri. Kalau tidak salah syairnya ada yang berbunyi begini :

"Ngene iki rasane urip dadi wong melarat (Begini rasanya hidup sebagai orang miskin)
Nyandhang pangan tansah kangelan (Untuk membeli pakaian dan makanan selalu merasa kesulitan)
Duh Gusti muga keparingan urip mulya (Tuhan berilah hidup yang mulia)"


Menarik sekali lagunya, gambaran perasaan 'orang kebanyakan'. Hanya saja, sesuatu yang banyak orang merasakannya, bukan berarti itu sebuah kebenaran bukan?

Lihat saja caranya mempertentangkan antara kemiskinan dengan kemuliaan. Melukiskan cara pandang mereka tentang gambaran kemuliaan yang identik dengan kekayaan dan kemapanan, atau sesuatu yang serba materi, uang, kedudukan yang terpandang di masyarakat, limpahan harta benda ......

Jadi ingat kata-kata ustadz Virien padaku di suatu masa," Kadang orang miskin itu lebih matre daripada orang kaya".

Orang matre adalah orang yang menjadikan materi / dunia sebagai tujuannya. Jadi menurut ustadzku itu baik orang kaya atau orang miskin tetap disebut matre bila dalam hati dan pikirannya hanya terfokus pada materi.

Hidup mulia kalau menurutku adalah menjalani hidup sebagai manusia sesuai dengan fitrahnya.  Fitrah manusia adalah mengabdi pada Allah.  Jadi, saat kita memutuskan arah tujuan hidup kita untuk Allah, saat itulah kita telah menempuh hidup yang mulia.

Perlu diingat, dunia ini adalah tempat ujian.  Terkadang banyak hal membelokkan arah tujuan kita sehingga tak lagi murni karena Allah.  Untuk itu kita musti menyadari bahwa kita akan selalu diuji, berpegang teguhlah kepada Allah dan memohon pertolonganNya.

Hidup untuk Allah ibarat sebuah pendakian, sulit, melelahkan, banyak rintangan pula.  Anggaplah sebuah petualangan yang menarik, bayangkan saat kita tiba di puncak, keindahan demi keindahan terkuak, begitu mempesona hingga terbayar segala lelah letih selama pendakian.

Hidup untuk selain Allah ...... mudah-mudahan kita tak pernah mengalaminya. Hidup yang mengingatkanku pada sebuah film "Pirates of the Caribbean", di film itu ada bagian yang mengisahkan tentang perampok yang mendapat kutukan sehingga segala kenikmatan duniawi seperti wanita, makanan, minuman keras, emas dan permata tak lagi memberikan kenikmatan hidup kepada mereka .......

Ingatlah sahabat, dunia ini adalah tipu daya, dunia ini dijadikan indah dalam pandangan manusia.  Saat keindahannya tercerabut dalam kehendakNya, yang tertinggal hanyalah reruntuhan ....... Janganlah tertipu, temukanlah keindahan abadi dalam iman kepada Sang Pencipta, Allah swt.

Bila kita bisa selalu mengkondisikan pikiran dan perasaan kita untuk mengabdi padaNya, maka urusan sandang dan pangan bukan lagi menjadi masalah buat kita, karena Allah menjadi penjamin hidup kita, dan hanya Dialah satu satunya penjamin yang terpercaya.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar