Rabu, 16 Oktober 2013

Zona Materi dan Zona Ilahiah (2)

Kesuksesan itu akan mengikuti kita seperti bayang bayang mengikuti tuannya, saat kita sudah terlepas dari belenggu duniawi, di saat itulah kita sudah keluar dari zona materi dan memasuki zona ilahiah.

Tak peduli apakah manusianya masih muda belia, atau sudah setu legi*) kayak aku ... ehm ... atau sudah kakek-kakek ... di saat dia sudah mampu melepaskan diri dari zona materi dan berada dalam zona ilahiah, di saat itulah dia akan diikuti oleh kesuksesan seperti bayang-bayangnya mengikuti kemanapun dia pergi ....

Kesuksesan, keajaiban, keindahan, kebahagiaan dalam hidup akan terbuka seperti tirai tersibak dalam pertunjukan wayang orang.  Atau seperti tersibaknya malam menguak keindahan pagi dengan sinar yang lembut menembus dedaunan.

Untuk sampai ke zona ilahiah lebih cepat,  kita musti berjuang melawan arus, karena arus yang deras mengalir adalah arus materialisme.  Kita musti menjadikan Allah sebagai tujuan satu-satunya dan ikhlas menjadi pribadi yang berbeda.  Ini bukan hal mudah, apalagi musti menjaga konsistensi hati sepanjang waktu ditengah godaan pola pikir materi yang berhembus di kanan kiri kita.  Namun kita akan tahu betapa indahnya saat sudah sampai pada tujuan.

Bagaimana cara mengenali apakah diri ini masih ngendon di zona materi atau sudah berada dalam keindahan  zona ilahiah ? Untuk itu mungkin kita perlu menjawab pertanyaan berikut ini :

Apakah  masih kerap merasa risau dengan materi ?
Apakah  masih nangis-nangis saat seseorang melecehkan kemiskinan kita ?
Apakah  masih suka ngiri melihat orang lain lebih berjaya secara materi ?
Apakah masih suka minder saat reuni dengan teman sekolah yang sukses secara materi ?

Bila jawabannya kebanyakan ya, berarti memang  masih jadi penduduk di zona materi. Bila jawaban tidak untuk semua pertanyaan, aku ucapkan selamat kepadamu sahabat.

Sedangkan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini tolong dijawab di dalam hati saja dan coba direnungkan sendiri.

Apa yang selama ini sering membuat galau ?
Apakah kita merasa aman dengan banyaknya uang di rekening ?
Apakah kita dalam memberi sedekah merasa ada yang terkurangi ?


Pertanyaan selanjutnya, ................ bikin pertanyaan sendiri dong , aku capek ! .... hahaha.

Terimakasih untuk pembacaku yang hari ini curhat dan merasa dilecehkan karena dipandang miskin hanya karena memakai tas bikinan UKM , hingga menginspirasiku menuliskan ini semua.


*) setu legi : setengah tua lemu ginuk ginuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar