Selasa, 18 Januari 2011

Bila Maksud Baik Diterima Sebagai Sebuah Kesalahan

Pagi-pagi seorang bapak yang sudah tua datang padaku,dari wajahnya terlihat sedang marah dan kesal.
" Nduk, aku dengar J datang kesini kemarin ", katanya mengintrogasi, dan belum sempat aku menjawab dia melanjutkan bicaranya.
" Kalau dia pinjam uang, jangan dikasih.  Dia berhutang kemana-mana, dan tidak bayar.  Aku yang kena nduk ", katanya, lalu dia mengulang-ulang ucapannya plus menjelek-jelekkan si J dengan penuh amarah. Rasanya aku sedang menerima surat peringatan di pagi yang sibuk ini.
" Tidak kok pak de, dia tidak pinjam uang ", kataku, memang aku tidak meminjaminya uang, tapi aku memberinya uang ... hehehe.

J adalah tetanggaku dan bapak tua itu adalah mertuanya.  Suami J hanyalah seorang cleaning service di sebuah rumah sakit swasta, J sendiri menambah pendapatan dengan berjualan kue di sekolah dasar dekat rumah. J datang padaku untuk meminjam uang buat membeli obat, dia datang dalam keadaan lemah dan kesakitan.  Katanya dia sakit ginjal dan harus diopname, karena tidak punya uang dia memilih berobat jalan, tapi tetap saja harus membeli obat yang harganya mahal.  Dan malangnya pula, anaknya sakit disaat yang bersamaan.

Esoknya aku mengajak J dan anaknya terapi accupressure di Mojosari.  Alhamdulillah dia merasa banyak kemajuan, kalau kencing sudah lancar dan tidak sakit lagi. Demikian pula anaknya, sudah mau makan dan bisa tidur nyenyak.
Aku sempat ge er sewaktu bapak tua itu datang, kukira dia mau berterimakasih padaku karena sudah mengajak menantu dan cucunya berobat.  Ternyata...

Dunia ini mengherankan, mengejutkan dan begitu diluar dugaan.
Untungnya masa kecilku disuguhi banyak pengalaman indah tentang ketulusan hati dari ibuku yang luar biasa.
Ibu punya saudara yang sering pinjam uang tapi tidak membayar, tapi ibu selalu saja meminjami dan meminjami.  Saat aku protes, ibu bilang ," Oalah nduk nduk, mana tega ibu melihat dia tidak bisa makan karena tidak punya uang ".  Ibu ibu...
Untungnya pula, aku telah memudahkan diriku untuk memaafkan orang lain, jadi ketika bapak tua itu memarahiku untuk sebuah kebaikan yang aku buat, aku bisa tersenyum dan menatapnya penuh kasih, plus mendoakannya agar Allah membukakan hatinya.  Ini nikmat banget.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar