Kamis, 27 Januari 2011

Mengambil Keuntungan dari Persaingan

Ada seorang peserta pelatihan kewirausahaan yang bertanya padaku ," Apa kiat ibu dalam menghadapi persaingan? ".
Aku jawab,"Saya merasa tidak bersaing.  Karena dalam sebuah persaingan pasti ada yang kalah dan yang menang.  Sedih dong kalau kita kalah,  kalau kita menangpun, yang kalah saudara kita juga kok, mereka punya karyawan dan  keluarga yang harus dibiayai, jadi ......".

Sering juga aku mendengar kalimat ini," Karyawan itu kalau sudah pinter, biasanya keluar untuk bikin usaha seperti usaha kita, jadi pesaing kita ". Aku biasanya tersenyum saja, karena nyatanya memang demikian, tapi aku berbeda dalam cara menyikapinya.

Rasanya kita perlu menyelam ke dalam diri kita, ngapain hidup di dunia? untuk apa kita diciptakan? dan mau kemana kita setelah hidup ini berakhir?

Bila kita hidup untuk materi, silahkan repot dan pusing dengan ketatnya persaingan di dunia kerja.
Bila hidup untuk mengabdi pada Allah, sebagai rahmatan lil alamin dan khalifatul fil ardhi, silahkan berbuat baik sebanyaknya demi mengharap ridhaNya. Ijinkanlah diri kita senang melihat orang lain sukses bersama kita.  Relakan hati melihat karyawan kita maju dan bisa memperbaiki ekonomi keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Orang yang tidak suka bila usahanya disaingi orang lain, sebenarnya dia sedang memenjarakan dirinya dengan pikirannya sendiri.  Yang dia pikir rejeki itu datangnya semata-mata dari usaha yang sedang digelutinya, makanya dia bingung ketika orang lain membuka usaha serupa. Pikiran inilah yang membentuk kenyataan bahwa rejekinya  memang sebatas persangkaannya itu.  Tanpa dia sadari, dia sedang menghalangi dirinya untuk berkembang.  Untuk maju, dia musti merubah cara berpikir dan berperasaan, mengganti iri, dengki, sakit hati dengan rasa ikhlas melihat orang lain sukses, hingga tirai pandangnya tersingkap.  Bersamaan dengan terbukanya pikiran, akan terbuka pula khazanah rejeki Allah yang tak terbatas.

Saya sebelumnya tidak tahu apa arti ketinggian derajat di hadapan Allah dan semenarik apakah rasanya.  Saya hanya pernah mengalami terpuruk dan bangkit dengan perantaraan orang lain. Sebagai gantinya, saya ingin menjadi perantara kesuksesan orang lain.
Makanya saya senang melihat orang lain senang dan sukses, termasuk karyawan saya. Saya ijinkan bila karyawan saya membuka usaha sendiri, hanya dengan guyon saya bilang, asal jangan merebut pelanggan bunda saja..... Maksud saya agar mereka punya etika dan bekerja untuk Allah, bukan semata-mata mencari uang.

Saya pernah menjalin kerjasama yang manis dengan teman yang sama-sama punya usaha busana lukisan.  Pernah teman saya mau berangkat pameran, dia kekurangan barang, karena produk kami sejenis, dia meminjam barang dariku dan laku semua........ dia datang kerumah untuk membayar barang saya tepat disaat saya tidak punya uang.
Ngapain repot dengan persaingan kalau kita bisa mengambil keuntungan darinya?

Setiap orang dilahirkan unik, walaupun dia karyawan atau murid sayapun, bila membuat usaha serupa, pasti hasilnya akan berbeda dengan saya.

Ikhlas hati untuk maju bareng inilah yang membuka jalan saya untuk melihat 'pemandangan' indah khazanah ilmu Allah di alam semesta.  Banyak peluang Allah bukakan untuk saya, peluang bisnis selain busana lukis dan peluang berbuat lebih baik, lebih banyak dan lebih meluas pengaruhnya. Saya seperti berada di 'ketinggian', melihat segala peristiwa dalam hidup dari sisi hakikat.  Saya tahu rasanya....  luar biasa menakjubkan. Anda rugi bila tak mencoba 'mendakinya'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar