Sabtu, 05 Oktober 2013

Suatu siang di Terminal Batu

Beberapa hari yang lalu aku bertemu dia, lelaki yang menginspirasiku menulis 'Setelah Dua Puluh Tujuh Tahun',  di bukuku "Menciptakan Keajaiban Finansial".

Di suatu siang saat perjalanan pulang ke Ngantang, aku bertemu dia di terminal Batu, lelaki itu menjajakan keripik-keripiknya.  Alhamdulillah bisnya longgar, tidak banyak penumpang, jadi aku bisa memotretnya dengan imbalan beli 2 bungkus keripik  pakai uang gambar pak harto .... hehehe.

 Dan begitu sampai di rumah Ngantang, segera kutunjukkan foto lelaki itu ke bapak.

"Ini kan teman hansip bapak yang di Sisir itu?".  Bapak mengangguk.
"Bapak pernah ketemu dia dong kalau ke Malang".  Bapak memang suka naik bis kalau ke Malang.

"Iya, ketemu sih, tapi bapak malah pura-pura tidur", jawaban bapak mengejutkanku.
"Oh, bukannya malah ngobrol kangen-kangenan ?", tanyaku heran.  Aku menatap bapak yang tiba-tiba saja menampakkan ekspresi aneh, sulit ditebak.

"Bapak ini kasihan, gak tega kalau melihat dia.  Sudah setua itu, kok masih sengsara nyari uang ", akhirnya ketahuan juga isi hati bapak.

"Bapak juga kuatir kalau dia jadi malu ", kata bapak lagi.  Wah .... benar-benar susah menebak isi hati orang yaa.... Ternyata pura-pura gak kenal itu juga sebuah bentuk kasih sayang dan perlindungan terhadap teman dari rasa malu.

Padahal aku ingin sekali memajang hasil jepretanku disini, biar kalian juga mengenalnya .... Bukankah aku sudah minta ijin beliau ?  Tapi bila kupajang potretnya, apa berarti aku tidak melindunginya dari rasa malu ? Tapi benarkah dia malu dengan pekerjaannya ? .... Susah kan menebak isi hati orang ?

Yang jelas, semestinya kita tak perlu merasa malu dengan usaha halal yang kita lakukan. Bila kita ikhlas menjalankannya, malah bisa menginspirasi orang lain.




Alhamdulillah kemarin aku sempat memberinya bukuku 'Menciptakan Keajaiban Finansial', dan aku bilang padanya :"Aku menceritakan bapak di buku ini".  Beliau tersenyum, mudah-mudahan penglihatannya masih memungkinkan dia membaca, atau setidaknya ada yang membacakan buat dia.

Aaaah, tiba-tiba aku kangen padanya, seperti aku kangen ayahku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar