Seorang temanku bilang bahwa dia mencari pahala dengan menaruh mukenanya di mushala kantor, tapi dia sendiri memakai mukena orang lain agar temannya juga mendapat pahala. Bagiku ini temuan baru .... hehehe, aku merasa aneh, tapi anehnya dimana ya ? kan bener tuh kalau ada orang memakai mukena kita, kita mendapat pahala ? dan bila kita memakai mukena orang lain, mereka juga mendapat pahala. Jadi tukar menukar pahala gitu.
Anehnya dimana ya ? Kupikir segala kebaikan mengandung pahala, bahkan sekedar menyingkirkan duri dari jalan. Bukan melulu urusan ritual yang mengandung pahala, minjami sisir saja mengandung pahala. Intinya, kalau kita bekerja sama dalam kebaikan dan taqwa, itu sudah berpahala. Dan yang namanya kebaikan itu banyak macam ragamnya, dari kebaikan kecil-kecil seperti membersihkan meja kerja kita sendiri, memungut sampah tanpa ngedumel dan memasukkannnya ke tempat sampah, mendengarkan dengan sabar curhat seorang teman, berbagi resep masakan, sampai kebaikan gede-gede seperti menyantuni ratusan anak yatim, membangun pesantren, masjid dll dll.
Di hadapan Allah semua kebaikan itu ada harganya, walau sebesar dzarah (buka surat al humazah). Allah selalu menghargai segala kebaikan yang dilakukan karenaNya.
Apakah menjadi orang tua asuh ribuan anak itu nilainya lebih besar daripada memberi makan seorang miskin yang kelaparan ? Tidak selalu ! karena Allah menilai berdasarkan NIATnya. Kalau menjadi orang tua asuh itu niatnya karena ingin mendapat pujian dan penghargaaan dari masyarakat, kebaikannya itu menjadi tidak berarti di hadapan Allah. Jadi segala kebaikan yang kita lakukan musti diniatkan karena Allah dan mengharap ridhaNya saja.
Tapi ada loh orang yang berbuat baik yang mengatakan itu karena Allah, tapi di hatinya tidak. Tempatnya niat itu di HATI, apakah niatnya itu hanya tersimpan di hati atau sempat terucapkan, tidak menjadi soal, karena Allah Maha Mengetahui Isi Hati.
Barangkali kita sendiri pernah merasa kurang tulus dan kurang murni niatnya. Biasanya Allah akan menguji niat kita. Mungkin ada orang yang kita tolong malah tidak tahu berterimakasih, dan hati kita merasa terganggu, itu tandanya kita musti memperbaiki niat kita. Bila niat kita murni karena Allah, kita tidak akan merasa sakit hati dengan reaksi model apapun. Itulah tandanya niat kita sudah murni, apapun kejadiannya kita bisa menghadapinya dengan kasih sayang (prinsip bismillah).
Oke sahabat, hari ini kita belajar dua hal yaitu :
- Kebaikan itu menyangkut aspek yang luas, bukan melulu persoalan ritual
- Kebaikan itu baru bernilai bila diniatkan karena Allah.
Besok insyaAllah aku mau membahas , sebenarnya pahala itu apa sih ? ....
(bersambung)
Anehnya dimana ya ? Kupikir segala kebaikan mengandung pahala, bahkan sekedar menyingkirkan duri dari jalan. Bukan melulu urusan ritual yang mengandung pahala, minjami sisir saja mengandung pahala. Intinya, kalau kita bekerja sama dalam kebaikan dan taqwa, itu sudah berpahala. Dan yang namanya kebaikan itu banyak macam ragamnya, dari kebaikan kecil-kecil seperti membersihkan meja kerja kita sendiri, memungut sampah tanpa ngedumel dan memasukkannnya ke tempat sampah, mendengarkan dengan sabar curhat seorang teman, berbagi resep masakan, sampai kebaikan gede-gede seperti menyantuni ratusan anak yatim, membangun pesantren, masjid dll dll.
Di hadapan Allah semua kebaikan itu ada harganya, walau sebesar dzarah (buka surat al humazah). Allah selalu menghargai segala kebaikan yang dilakukan karenaNya.
Apakah menjadi orang tua asuh ribuan anak itu nilainya lebih besar daripada memberi makan seorang miskin yang kelaparan ? Tidak selalu ! karena Allah menilai berdasarkan NIATnya. Kalau menjadi orang tua asuh itu niatnya karena ingin mendapat pujian dan penghargaaan dari masyarakat, kebaikannya itu menjadi tidak berarti di hadapan Allah. Jadi segala kebaikan yang kita lakukan musti diniatkan karena Allah dan mengharap ridhaNya saja.
Tapi ada loh orang yang berbuat baik yang mengatakan itu karena Allah, tapi di hatinya tidak. Tempatnya niat itu di HATI, apakah niatnya itu hanya tersimpan di hati atau sempat terucapkan, tidak menjadi soal, karena Allah Maha Mengetahui Isi Hati.
Barangkali kita sendiri pernah merasa kurang tulus dan kurang murni niatnya. Biasanya Allah akan menguji niat kita. Mungkin ada orang yang kita tolong malah tidak tahu berterimakasih, dan hati kita merasa terganggu, itu tandanya kita musti memperbaiki niat kita. Bila niat kita murni karena Allah, kita tidak akan merasa sakit hati dengan reaksi model apapun. Itulah tandanya niat kita sudah murni, apapun kejadiannya kita bisa menghadapinya dengan kasih sayang (prinsip bismillah).
Oke sahabat, hari ini kita belajar dua hal yaitu :
- Kebaikan itu menyangkut aspek yang luas, bukan melulu persoalan ritual
- Kebaikan itu baru bernilai bila diniatkan karena Allah.
Besok insyaAllah aku mau membahas , sebenarnya pahala itu apa sih ? ....
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar