Tentang tulisanku kemarin, aku menuai koreksi dari ustadzku . Aku harus menuliskannya disini untuk kalian, karena pandangan eyang Virien lebih luas dan lebih menjawab berbagai kondisi yang barangkali kalian hadapi.
" Bunda sudah tidak curang di tengah kecurangan, itupun jihad. Menjaga diri sendiri untuk tetap jujur itu sudah perjuangan kita di jalan Allah ", kata eyang.
" Iya ya, aku ingat sebuah hadist, bila melihat kemunkaran, maka rubahlah dengan tanganmu, bila tidak bisa, maka dengan lisanmu, bila tidak bisa, maka dengan hatimu ", kataku. Memang berada dalam sebuah kondisi kesemrawutan sistem yang membuat nurani kita tercabik, membutuhkan sikap bijaksana. Tidak harus membuat keputusan yang kaku.
" Bunda itu lebih bermanfaat buat orang banyak bila tetap memberi pelatihan-pelatihan itu. Bukankah yang bunda ajarkan adalah ilmu yang bermanfaat ", kata eyang. Dan kupikir memang eyang melihat persoalan ini secara lebih luas, bukan cuma soal 'bekerjasama dalam kecurangan' yang mengusik pikiranku, melainkan betapa banyaknya manfaat , betapa banyaknya hati-hati yang tercerahkan.
Bila berada dalam sebuah sistem yang penuh kecurangan, ada banyak pilihan yang musti kita sikapi dengan bijaksana, apakah memilih keluar dari sistem, atau tetap berada dalam sistem itu untuk membuat perbaikan, bila tidak bisa , maka tetap berada dalam sistem dengan memegang teguh kejujuran, semua itu adalah perjuangan kita di jalan Allah. Yang penting ternyata adalah NIAT nya.
Eyang melihatku sebagai orang yang bisa membawa banyak sekali orang untuk meniti jalan Allah, itulah point pentingnya. Jadi aku musti mengikhlaskan diri menerima takdirku.
" Bukankah yang mendatangkan pelatihan-pelatihan itu Allah ? ". Eyang benar, karena aku tidak pernah menyodorkan diri untuk menjadi nara sumber, tapi akulah yang diminta menjadi nara sumber.
Kemarin siang, aku di-sms seorang bapak dari dinas K di kota B, memintaku menjadi instrukur. Aku menyanggupinya, karena aku pernah diundang beliau dan beliau orang yang jujur dan amanah, tidak ada mark up anggaran sama sekali, uang hakku langsung ditransfer ke rekening dari bendahara kantor beliau. Alhamdulillah, aku masih dipertemukan dengan pejabat jujur di negaraku tercinta.
Kesimpulannya, bersikap bijaklah. Bila hidup ini sudah dipersembahkan kepada Allah, dimanapun kalian berada, pasti akan selalu dituntunNya dan dilindungiNya dari perbuatan yang membuat Allah murka.
" Bunda sudah tidak curang di tengah kecurangan, itupun jihad. Menjaga diri sendiri untuk tetap jujur itu sudah perjuangan kita di jalan Allah ", kata eyang.
" Iya ya, aku ingat sebuah hadist, bila melihat kemunkaran, maka rubahlah dengan tanganmu, bila tidak bisa, maka dengan lisanmu, bila tidak bisa, maka dengan hatimu ", kataku. Memang berada dalam sebuah kondisi kesemrawutan sistem yang membuat nurani kita tercabik, membutuhkan sikap bijaksana. Tidak harus membuat keputusan yang kaku.
" Bunda itu lebih bermanfaat buat orang banyak bila tetap memberi pelatihan-pelatihan itu. Bukankah yang bunda ajarkan adalah ilmu yang bermanfaat ", kata eyang. Dan kupikir memang eyang melihat persoalan ini secara lebih luas, bukan cuma soal 'bekerjasama dalam kecurangan' yang mengusik pikiranku, melainkan betapa banyaknya manfaat , betapa banyaknya hati-hati yang tercerahkan.
Bila berada dalam sebuah sistem yang penuh kecurangan, ada banyak pilihan yang musti kita sikapi dengan bijaksana, apakah memilih keluar dari sistem, atau tetap berada dalam sistem itu untuk membuat perbaikan, bila tidak bisa , maka tetap berada dalam sistem dengan memegang teguh kejujuran, semua itu adalah perjuangan kita di jalan Allah. Yang penting ternyata adalah NIAT nya.
Eyang melihatku sebagai orang yang bisa membawa banyak sekali orang untuk meniti jalan Allah, itulah point pentingnya. Jadi aku musti mengikhlaskan diri menerima takdirku.
" Bukankah yang mendatangkan pelatihan-pelatihan itu Allah ? ". Eyang benar, karena aku tidak pernah menyodorkan diri untuk menjadi nara sumber, tapi akulah yang diminta menjadi nara sumber.
Kemarin siang, aku di-sms seorang bapak dari dinas K di kota B, memintaku menjadi instrukur. Aku menyanggupinya, karena aku pernah diundang beliau dan beliau orang yang jujur dan amanah, tidak ada mark up anggaran sama sekali, uang hakku langsung ditransfer ke rekening dari bendahara kantor beliau. Alhamdulillah, aku masih dipertemukan dengan pejabat jujur di negaraku tercinta.
Kesimpulannya, bersikap bijaklah. Bila hidup ini sudah dipersembahkan kepada Allah, dimanapun kalian berada, pasti akan selalu dituntunNya dan dilindungiNya dari perbuatan yang membuat Allah murka.
hihihihii keputusan yang bijaksana mbk, saya memilih tidak menerima proyek pembuatan kaos dan seragam Milyaran Rupiah karena di dalamnya syarat mark up. Karena yg diajarkan oleh suamiku adalah yg memberi dan yg diberi hukumnya sama HARAM. Tetapi ngomong-ngomong tentang pelatihan... qt punya prinsip sama yaitu membantu orang lain... berapapun Honor yang qt terima "don't care" malah seringnya tidak ber "honor"
BalasHapusSaya sangat mempercayai jika ilmu yg bermanfaat itu akan melepaskanku dari panasnya api neraka... memang sudah sangat terkenal di setiap pengundangku kalau aq ini pasti akan nggak mau tanda tangan dan memilih tidak mengambil honor jika harus menanda tangani yang tidak jelas.
Tetapi akhir-akhir saya menemui berbagai kejadian jika pengundangnya adalah Instansi Pemerintah, sistem SPJ nya memang harus berbohong semisal pembelian bahan misalnya kain n pewarna batik, jika diatas sejuta harus menggunakan NPWP.. mana ada toko orang2 China ber NPWP?? tetapi jika tidak maka pembelian bahan tersebut tidak diganti.. mungkin bagi saya ya biarin toh saya nggak bohong, itu asli tanpa mark up dari Toko nya.. dan saya sudah dibayar.
Tetapi apakah tega saya melihat penanggung jawabnya para Panitia yang hanya menjalankan tugas kemudian harus bertanggung jawab terhadap hal ini??
Akhirnya kwitansi dipecah menjadi beberapa dg nominal dibawah 1juta per Toko, sehingga disini banyak sekali stempel2 palsu beredar.. dan sebenarnya KPK dan BPK tahu hal ini.. tetapi karena sistemnya mereka tutup mata, justru jika tidak bohong maka para Panitia harus mengembalikan uang atau MAsuk Penjara...
Akhirnya ada yang bisa dilakukan mereka ijin untuk menaikkan Honor pelatihanku dan saya diminta menanda tangani Uang transoort yang nota bene biasanya aq diberi tiket pesawat atau bawa mobil sendiri. Nek ngene iki piye??
Memang Sistem dinegara qt dibuat sedemikian rupa sehingga semua orang jujur menjadi tidak jujur.. nasib nasib.. tinggal di negara Koruptor.. mulai Raja hingga rakyat jelata diajarkan menjadi koruptor...
mb andri. kayaknya sistem yg musti dirubah , mudah mudahan Allah memberi pemimpin yg benar benar jujur utk Indonesia
Hapus