Minggu, 17 April 2011

Aku, Gitar dan Al Qur'an

Berawal dari saat pameran sebulan yang lalu di JCC, aku tertarik lagi untuk menyentuh gitarku.  Aku kesengsem dengan permainan gitar akustik di lobby hall A yang performe setiap hari, begitu manis... menghanyutkan dan menenangkan, membawa perasaan terbang ke suatu tempat yang indah...... Semangatku bermain gitar seolah terbangkitkan lagi.

Jadilah hari-hariku diwarnai dengan tang ting tang ting... belajar lagi dari awal, menghafalkan lagi dari nol letak not di senar gitar, belajar lagi membaca partitur.  Berat sih untuk otak orang seusiaku yang sudah  low connection, tapi cuek aja, pantang menyerah, biarpun untuk menghafalkan melody saja membutuhkan waktu berabad-abad , apalagi saat belajar menggunakan melody sekaligus pengiring... wuih, untuk bisa memainkan satu baris lagu saja perlu waktu berhari-hari dan sakit yang lumayan di jari-jariku.

Jerih payahku terobati saat sudah bisa kumainkan (meskipun belum bersih dan gak hafal-hafal) beberapa etude klasik karya musisi jadul seperti Antonio Cano (1811), Fernando Sor (1778-1839), juga Love Me Tender dan beberapa lagu daerah.  Kupamerkan permainanku  yang masih tertatih-tatih pada suamiku yang menghadiahiku ... senyuman dan ciuman manis..hehehe. Aku benar-benar gak tau apakah arti senyumnya, mengagumi permainanku ataukah........

Aku jadi teringat akan ulasan beberapa situs Islam di internet yang mengharamkan alat musik, katanya bisa melalaikan dari mengingat Allah dan melupakan Al Qur'an.
Untungnya aku tidak harus setuju dengan pendapat ini, karena masih banyak pendapat lain yang membolehkannya. Biarlah Allah yang tahu tujuanku bermain musik.  Allahpun Sang Maha Komposer, dengarlah nyanyian burung, gemercik aliran air, merdu titik air hujan, suara ret nong saat sore tiba di  pegunungan.

Bila moodku sedang tidak menentu, aku suka mendengar musik lembut yang kusimpan di hpku, biasanya musik instrumentalia.  Musik ini bisa menenangkan dan mengantarkan gelombang otakku yang sedang tinggi dari gelombang otak beta menuju gelombang otak alfa yang lebih damai dan ikhlas.  Lebih cepat menyampaikanku pada Allah, menyatukaan diri dengan kehendakNya.  Aku juga menyimpan rekaman nyanyianku dengan dentingan gitar di hp, saat mendengarnya aku begitu tenang dan nyaman.  Sungguh musik bagiku merupakan alat bantu untuk membuat hidupku lebih seimbang dan sekaligus lebih indah dan bahagia.

Musik memang bisa melalaikan kita dari mengingat Allah ataupun malah mendekatkan kita pada Allah, tergantung manusianya.  Ibarat sebuah alat, tergantung siapa yang memegangnya.  Sebilah pisau ditangan seorang ibu rumah tangga bisa menghasilkan bermacam masakan enak untuk dinikmati seluruh anggota keluarga, tapi sebilah pisau yang berada di tangan orang stress atau depresi, bisa menakutkan orang sekampung.

Bagi seorang yang melatih dirinya untuk selalu mengingat dan mencintai Allah, apapun yang dilihat, dirasa, atau dipegangnya akan membuatnya mengingat Allah.  Seperti itulah yang kurasakan, bahkan saat kunyanyikan lagu cinta, Allahlah yang kutuju dan hanya kepada Dialah kupersemahkan lagu cintaku.

Pernah pula kualami, saat kunyanyikan lagu lama 'Diwajahmu Kulihat Bulan' karya Muchtar Embut, yang kuingat malah Nabi Muhammad. Rasaku di dunia ini yang wajahnya bersinar seperti rembulan hanyalah Nabi Muhammad, hanya beliau pula yang layak disebut seperti dalam penggalan lagu itu....  menerangi hati gelap rawan... Aku suka menangis bila menyanyikan lagu itu karena rinduku pada Nabi.

Rasakan juga saat kita mendengar lagu-lagu qasidah Bimbo, kita akan terbenam dalam kesyahduan dan keindahan dekat dengan Allah, bahkan syairnya mengingatkan kita untuk memperbaiki diri di hadapan Allah. Ada lagu Bimbo yang membuatku suka menangis merindukan Nabi, yaitu  'Rindu kami padamu ya Rasul'. Suara Iin Parlina yang lembut menambah syahdu lagu ini.

Sejak tergerak lagi untuk menyentuh gitarku, pagiku akan diwarnai dengan mengaji beberapa ayat Al Qur'an, setelah itu memainkan satu dua buah melodi dengan gitarku. Akupun beraktifitas berbekal hati riang dan penuh semangat di hari itu.

Siapapun tak bisa mengingkari kemuliaan Al Qur'an, kitab suci yang amat mulia dan agung, kemu'jijatannya tak terbantahkan.  Namun sayangnya,  ada saja orang yang menggunakannya untuk mencari uang!!!
Mungkin anda pernah melihat orang yang berdoa menggunakan ayat-ayat Al Qur'an di atas bis, lalu kemudian mengedarkan kantung plastik ke seluruh penumpang untuk meminta uang recehan sebagai bayaran atas doa-doanya. Atau adakah di tempat anda orang yang melantunkan bacaan dzikir dan shalawat dari dalam mobil yang berjalan pelan, sementara temannya yang bersarung dan berkopyah mengedarkan kotak sumbangan ke seluruh rumah yang mereka lewati?

Aku tidak bermaksud menghina atau menyalahkan mereka, mungkin memang masih sedemikian itu pemahaman mereka tentang Al Qur'an. Mudah-mudahan Allah akan membuka hati mereka suatu saat.
Aku hanya ingin mengatakan, betapa sebuah kitab suci yang berada di tangan orang yang tidak tepat malah menciptakan image yang kurang baik tentang Islam. Dan sebuah alat musik yang dituduh bisa memalingkan dari mengingat Allah malah berbuat sebaliknya.  Semua tergantung manusianya bukan???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar