Senin, 04 April 2011

Bak Berada Di Tengah Sekumpulan Bidadari

Hari ini, tgl 4 april 2011, Cantiq diliput TV One, untuk acara Tahukah Anda.
Seperti TV lain yang pernah meliput Cantiq, crew TV yang datang tugasnya hanya meliput, kapan akan ditayangkan mereka tidak tahu.  Biasanya mereka sms kalau mau tayang, tapi sering meleset juga sih.  Jadi kubilang saja ke karyawanku, kalau mau lihat mereka di TV ya setel saja TV One dari jam 16.30 sampai jam 17.00, dari Senin sampai Sabtu.

Selain meliput proses produksi di workshop Cantiq, kali ini baju dan kain-kain produksi Cantiq diperagakan oleh model dari Joko Roro Kabupaten Malang (semacam Abang None Jakarta) di taman wisata Mendit.  Ini untuk kesekian kalinya aku berhubungan dengan Joko Roro. Beberapa orang dari mereka sudah aku kenal, karena pernah memperagakan baju-bajuku sebelumnya.

Menyenangkan sekali berinteraksi dan berhubungan dengan gadis-gadis dan jejaka yang good looking ini.  Selain ganteng-ganteng  dan cantik-cantik, mereka punya tata krama yang baik sekali, tutur kata yang halus, penuh perhatian, rendah hati dan penuh penghargaan terhadap orang lain, bahkan terhadap karyawanku. Saat bergurau dengan temannya, mereka bisa tertawa dengan sopan hingga tidak membuat orang lain risih atau merasa terabaikan. Bersama gadis-gadis ini, aku seperti berada di tengah sekumpulan bidadari. Begitu bagusnya tata krama mereka, sampai bila mereka tidak setuju dengan baju yang aku tawarkan, tidak membuatku tersinggung atau jengkel.  Mereka mampu menolak, tapi fihak yang ditolak tetap merasa dihargai, susah bukan menjadi orang seperti ini?

Aku jadi ingat perjumpaanku dengan seorang mantan None Jakarta beberapa tahun lalu.  Tentu saja si none ini sudah begitu terkenal, bukan hanya di dalam negri saja tentunya, bahkan pernah menjadi model untuk majalah luar negri sana.  Tapi tahukah..... si none ini begitu lembut hati dan penuh perhatian, saat aku bicara tentang usahaku, dia menatapku dengan bahasa tubuh yang membuatku merasa menjadi orang yang penting dan begitu dihargai, padahal dia tentunya mempunyai jadwal yang sangat padat.

Bergaul dengan orang-orang luar biasa seperti itu menjadikanku teringat saudariku yang sudah mampu  menunjukkan jati dirinya sebagai seorang muslimah, maksudku yang sudah berjilbab. 
Seandainya muslimah berjilbab mampu menunjukkan tata krama setinggi dan selevel mereka, aduhai alangkah indahnya 'pemandangan'.
Harapanku seketika berubah menjadi impian, seandainya Islam dibawakan dengan cara yang elegant seperti itu, woww!!!

Sering aku jumpai muslimah berjilbab tapi maaf......kurang bisa membawakan diri dengan baik (tidak tahu tata krama maksud saya, sekali lagi maaf... ) 
Sering pula aku jumpai aktifis islam yang merasa sok benar sendiri, hingga sikap, tatapan mata dan bahasa tubuhnya terkesan meremehkan (baca; merendahkan) orang yang tidak sependapat dengan mereka.  Bagaimana Islam bisa diterima dengan baik, bila sasaran dakwahnya merasa tidak dihargai?

Rasanya sih, kita umat Islam, membutuhkan "Sekolah Kepribadian Islam", agar bisa membawakan diri (membawakan Islam maksud saya) dengan cara yang lebih enak, adem dan mengesankan.  Bukankah Islam adalah agama kasih sayang untuk semesta alam (rahmatan lil alamin)?

Baiklah, mari kita mulai dari diri sendiri.

Mari mencoba menatap orang lain dengan kacamata kasih sayang.  Seburuk apapun orang yang sedang kita hadapi, Allahlah yang sedang mengirimkannya kepada kita, terimalah dia apa adanya.   Bila kita tidak setuju dengan perilakunya yang kita anggap tidak benar, doakanlah dan bersyukurlah karena pertolongan Allahlah  kita menjadi orang yang benar. 
Jangan under estimated terhadap siapapun, karena kita tak pernah tahu hendak ke arah mana manusia berproses. Yang ahli neraka saat ini bisa menjadi ahli surga esok hari, hanya Allah yang tahu.

Pernah aku merasa jengkel terhadap beberapa orang pengemis yang datang ke rumah, karena hampir tiap hari orangnya itu itu saja dan masih muda pula, masih kuat bekerja.  Akupun ngomel dan menghibah mereka.
"Sayang, Allahlah yang mendatangkan mereka kepada kita, cobalah menerima dengan ikhlas", suamiku mengingatkan.  Akupun sadar, sikap dan ucapanku sama sekali tidak bisa merubah keadaan, mungkin hanya doa tulus dan kasih sayang plus uang yang tidak seberapa yang mereka butuhkan.  Mengapa berat menghadiahi mereka doa?

Kasih sayang adalah pekerjaan hati, dan sesuatu yang kita bangun dari hati akan memunculkan 'tampilannya' di kepribadian kita, hingga tampak saat kita bicara dan berinteraksi dengan orang lain. Tanpa kita sadari kita sudah berdakwah dengan kepribadian kita. Mudah bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar