Keterikatan Pada Sebuah Tempat
#innuriinspirasi
Itu pemandangan senja di belakang rumahku di Perum Graha Bandara di pinggiran Malang. Pemandangan indah disini ngangenin. Tapi aku lebih kangen pada rumah butikku yang hingar bingar karena suara kendaraan yang wang weng melintas.
Sayangnya rumah butikku tidak sehat untuk ditempati, karena terkena debu pembangunan jalan tol. Maka disinilah aku sekarang, di rumah dekat bandara yang lebih sehat udaranya, menunggu rumah butik aman ditempati.
Kecintaan pada sebuah tempat itu setiap orang punya, menghasilkan kerinduan bila jauh, apalagi bila sudah tidak berada disana.
Kedengarannya sebuah perasaan yang wajar dan tidak berbahaya bukan? Tapi itu menghalangi kedamaian di hati.
Kemelekatan atau keterikatan jenis apapun bisa menjadi dinding antara kita dengan Allah termasuk kemelekatan pada sebuah tempat. Bisa terjebak dalam rasa tidak bersyukur dan ini halus sekali perangkapnya, hanya dikenali oleh orang-orang yang lembut hatinya.
Baik. Bayangkan dulu ya. Kamu berada di tempat B sementara kerinduanmu adalah tempat A. Kerinduan yang membawa jiwamu berada di tempat A sementara ragamu berada di tempat B.
Antara jiwa dengan raga sudah tidak sinkron. Bahagiakah? Bisakah dalam situasi ini merasa tenteram dan damai?
Baik. Kamu berada di tempat B atas kehendak siapa? Ya, benar sekali, kehendak Allah. Sementara kehendakmu sendiri adalah berada di tempat A. Bila begini kejadiannya, apakah kamu termasuk orang yang patuh pada kehendak Allah? Apakah termasuk orang yang ikhlas dan bersyukur atas takdirNya? Apakah termasuk orang yang mengakui bahwa kehendakNyalah yang terendah dan terbaik?
Yups, sudah bisa difahami sekarang. Betapa pentingnya menjaga agar antara jiwa dan raga berada di sebuah tempat yang sama!
Karena kita hanya boleh terikat pada Allah saja, maka dimanapun Dia menempatkan kita, kita akan menerimanya dengan ikhlas dan bahagia.
Allah, terimakasih atas pelajaranMu hari ini.
#innuriinspirasi
Itu pemandangan senja di belakang rumahku di Perum Graha Bandara di pinggiran Malang. Pemandangan indah disini ngangenin. Tapi aku lebih kangen pada rumah butikku yang hingar bingar karena suara kendaraan yang wang weng melintas.
Sayangnya rumah butikku tidak sehat untuk ditempati, karena terkena debu pembangunan jalan tol. Maka disinilah aku sekarang, di rumah dekat bandara yang lebih sehat udaranya, menunggu rumah butik aman ditempati.
Kecintaan pada sebuah tempat itu setiap orang punya, menghasilkan kerinduan bila jauh, apalagi bila sudah tidak berada disana.
Kedengarannya sebuah perasaan yang wajar dan tidak berbahaya bukan? Tapi itu menghalangi kedamaian di hati.
Kemelekatan atau keterikatan jenis apapun bisa menjadi dinding antara kita dengan Allah termasuk kemelekatan pada sebuah tempat. Bisa terjebak dalam rasa tidak bersyukur dan ini halus sekali perangkapnya, hanya dikenali oleh orang-orang yang lembut hatinya.
Baik. Bayangkan dulu ya. Kamu berada di tempat B sementara kerinduanmu adalah tempat A. Kerinduan yang membawa jiwamu berada di tempat A sementara ragamu berada di tempat B.
Antara jiwa dengan raga sudah tidak sinkron. Bahagiakah? Bisakah dalam situasi ini merasa tenteram dan damai?
Baik. Kamu berada di tempat B atas kehendak siapa? Ya, benar sekali, kehendak Allah. Sementara kehendakmu sendiri adalah berada di tempat A. Bila begini kejadiannya, apakah kamu termasuk orang yang patuh pada kehendak Allah? Apakah termasuk orang yang ikhlas dan bersyukur atas takdirNya? Apakah termasuk orang yang mengakui bahwa kehendakNyalah yang terendah dan terbaik?
Yups, sudah bisa difahami sekarang. Betapa pentingnya menjaga agar antara jiwa dan raga berada di sebuah tempat yang sama!
Karena kita hanya boleh terikat pada Allah saja, maka dimanapun Dia menempatkan kita, kita akan menerimanya dengan ikhlas dan bahagia.
Allah, terimakasih atas pelajaranMu hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar