Menyudahi Kekejian Hati
#innuriinspirasi
Bila sedang "gemes" pada perilaku seseorang, tanpa kita sadari, hati kita yang lemah lembut berubah menjadi monster yang mengerikan. Hal seperti ini gampang sekali kita jumpai di status orang-orang di sosial media , semoga tidak kita jumpai di diri sendiri. Dan kalau kita menemukannya di diri sendiri, mari disadari dan diluruskan kembali.
Yang merasa didhalimi bilang, "Tunggu azab Allah yang membalasnya". Mengharap orang yang walaupun sudah mendhalimi diri kita agar mendapatkan azab Allah, bukankah itu sebuah kekejaman hati. Apa mau punya hati yang kejam? Hati yang keji dan kejam itu hati yang sakit, dan sesuatu yang sakit itu ya pasti rasanya tidak enak dan diluar kenormalan. Makanya agama mengajarkan untuk memaafkan, membalas kejahatan dengan kebaikan, agar hati kita menjadi hati yang lemah lembut dan bukan hati yang keji.
Yang punya hati ya diri kita sendiri, silahkan memilih punya hati yang baik atau hati monster.
Yang gemas sama pembela khilafah bilang, "Coba seandainya negara ini dikuasai khilafah lalu istri dan anak perempuanmu dijadikan budak seks, bahkan dibunuh di depan matamu, apakah kamu akan tetap membela khilafah? ". Nah ini lebih monster lagi, membayangkan hal semengerikan ini terjadi pada saudara kita sebangsa dan setanah air. Aku menuliskannya saja rasanya sudah tak karuan.
Walau aku juga bukan pendukung khilafah, tapi terhadap mereka yang sedang mendukung khilafah ya tetap kasih sayang, didoakan saja agar mereka lurus lagi. Bila perlu mengingatkan ya diingatkan dengan kasih sayang. Hanya kasih sayang yang bisa membuat hati tersentuh, kebencian hanya membuat mereka menjauh. Bila hati penuh kasih, yang diproduksi oleh lisan dan tulisan kita juga kasih sayang yang tidak menyakiti siapapun. Bila ada yang merasa sakit dengan kasih sayang, ya berarti itu orang lagi butuh konsultasi ke psikiater.
Yuk ah kita sudahi kekejian di hati kita.
#innuriinspirasi
Bila sedang "gemes" pada perilaku seseorang, tanpa kita sadari, hati kita yang lemah lembut berubah menjadi monster yang mengerikan. Hal seperti ini gampang sekali kita jumpai di status orang-orang di sosial media , semoga tidak kita jumpai di diri sendiri. Dan kalau kita menemukannya di diri sendiri, mari disadari dan diluruskan kembali.
Yang merasa didhalimi bilang, "Tunggu azab Allah yang membalasnya". Mengharap orang yang walaupun sudah mendhalimi diri kita agar mendapatkan azab Allah, bukankah itu sebuah kekejaman hati. Apa mau punya hati yang kejam? Hati yang keji dan kejam itu hati yang sakit, dan sesuatu yang sakit itu ya pasti rasanya tidak enak dan diluar kenormalan. Makanya agama mengajarkan untuk memaafkan, membalas kejahatan dengan kebaikan, agar hati kita menjadi hati yang lemah lembut dan bukan hati yang keji.
Yang punya hati ya diri kita sendiri, silahkan memilih punya hati yang baik atau hati monster.
Yang gemas sama pembela khilafah bilang, "Coba seandainya negara ini dikuasai khilafah lalu istri dan anak perempuanmu dijadikan budak seks, bahkan dibunuh di depan matamu, apakah kamu akan tetap membela khilafah? ". Nah ini lebih monster lagi, membayangkan hal semengerikan ini terjadi pada saudara kita sebangsa dan setanah air. Aku menuliskannya saja rasanya sudah tak karuan.
Walau aku juga bukan pendukung khilafah, tapi terhadap mereka yang sedang mendukung khilafah ya tetap kasih sayang, didoakan saja agar mereka lurus lagi. Bila perlu mengingatkan ya diingatkan dengan kasih sayang. Hanya kasih sayang yang bisa membuat hati tersentuh, kebencian hanya membuat mereka menjauh. Bila hati penuh kasih, yang diproduksi oleh lisan dan tulisan kita juga kasih sayang yang tidak menyakiti siapapun. Bila ada yang merasa sakit dengan kasih sayang, ya berarti itu orang lagi butuh konsultasi ke psikiater.
Yuk ah kita sudahi kekejian di hati kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar