Pernahkah perasaan dan pikiranmu auto menilai, mencibir, menghakimi seseorang? Walau tak terucapkan. Itu artinya kamu sedang terputus koneksimu dengan Sang Maha Kasih Sayang. Memang halus sekali sih, tapi pengaruhnya amat besar dalam tampilan layar kehidupanmu secara utuh.
Pernahkah juga kamu merasa jatuh mental dengan perlakuan orang lain? Jatuh mental pun menandakan bila kamu sedang jauh dari Tuhan, ada perasaan sakit yang merupakan sebuah bentuk halus dari penolakan. Ingatlah semua peristiwa terjadi atas ijin dan skenarioNya. Hubungkan kembali hatimu dengan Yang Maha Kasih Sayang agar hatimu terbuka untuk menerima petunjukNya.
Selalu memandang orang lain dengan kaca mata kasih sayang, seaneh apa pun dia, sesalah apa pun dia, jangan pernah sekali-kali hatimu menempelkan penilaian buruk terhadapnya. Karena dia manusia dan setiap manusia ada ruh Allah di dalam dirinya, takutlah akan hal ini. Ini bukan berarti kamu setuju dengan perilaku salah orang lain, tapi ini adalah proses ikhlas menerima.
Orang-orang dihadirkan dalam kehidupanmu bukan secara acak dan bukan pula kebetulan. Semua sudah diskenariokan oleh Tuhan dengan penuh kebijaksanaan, untuk memberi pelajaran dan hikmah, untuk memberi pengalaman dan kesempatan melatih mentalmu menghadapi berbagai sikap dan polah tingkah manusia.
Coba teliti hatimu, ketika sedang mencibir dan merendahkan orang lain. Bagaimana rasanya? Apakah seperti ada api di dalam dadamu yang siap menghanguskan dirimu bulat-bulat? Kamu sudah menciptakan nerakamu sendiri. Begitu pun saat kamu jatuh mental, suram bukan?
Orang lain dan dunia tidak akan berubah walau kamu menghujat atau membenci mereka. Bila kamu ingin mereka berubah, maka kamu harus bekerjasama dengan Tuhan. Dan karena Tuhan Maha Kasih Sayang, maka hatimu harus selalu terisi kasih sayang penuh-penuh agar kehendakNya mewujud melalui dirimu.
Selalu dan setiap waktu, jaga hatimu dalam kasih sayang, maka kamu adalah permata di kehidupan dunia ini. Peranmu penting dan diperlukan, kamu berharga di hadapan Tuhan dan segenap makhluknya. Kebahagiaan sudah bias karena kamulah kebahagiaan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar