Hidup yang sebenarnya hidup adalah saat manusia terkoneksi dengan Allah. Kenapa? Karena hanya Allahlah yang maha hidup, selain Allah pada hakekatnya tiada. Usia manusia ada batasnya, bahkan usia bumi ada batasnya.
Ketika manusia bisa merasakan hidup yang sebenarnya hidup, disitulah manusia merasakan kebahagiaan yang sebenarnya kebahagiaan. Karena kebahagiaan yang selama ini disangka kebahagiaan ternyata bukan kebahagiaan karena ada masa dan akhirnya. Sedangkan kebahagiaan sejati itu tidak ada akhirnya. Sayangnya kebahagiaan sejati itu sulit digambarkan dengan kata-kata, jadi manusia tetap punya kecenderungan mempercayai kebahagiaan semu yang sudah lama dikenalnya.
Ibarat melakukan treadmill, dia mengalami kelelahan berjalan tapi tidak kemana-mana. Bila dia tidak mau turun dari alat treadmill-nya, maka dia akan tetap jalan di tempat untuk selamanya. Maka manusia yang cerdas harusnya melangkah ke samping untuk turun dan menempuh perjalanan sejatinya menuju tempat terindah yang sudah lama menunggu.
Kebahagiaan sejati itu adalah tempat terindah yang indahnya tak bisa dilukiskan dengan apa pun. Bila ingin mendapatkannya, maka kamu harus mengubah kebiasaan. Kebiasaan terseret ke dunia luar menjadi mencoba masuk ke dalam diri dan menemui Tuhanmu. Datang saja ke dalam, maka Dia akan menyambutmu. Kebiasaanmu yang suka dengan hiruk-pikuk dunia ganti dengan suka akan keheningan. Dalam keheningan kamu akan mendengarNya, merasakan kasih sayangNya yang selama ini terus menerus mengaliri hidupmu tapi kamu hanya sedikit sekali menyadarinya.
Jangan merasa rugi meluangkan waktu untuk dirimu sendiri, untuk kebahagiaanmu sendiri. Dia selalu ada untukmu dan Dia selalu gembira menyambutmu, bagaimanapun keadaanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar