(Tulisan ini kutulis sebagai kelanjutan tulisanku 'Merasa Lebih Baik')
Ketika aku memutuskan untuk mengambil sikap untuk 'merasa tidak lebih baik' dari orang lain, sebenarnya rasanya agak aneh juga. Masak sih aku gak lebih baik dari karyawanku yang .., ... dan ... ? masak sih aku tidak lebih baik dari tetanggaku yang ... ? Masak sih aku gak lebih baik dari anak-anakku? Bagiamana jadinya seorang ibu yang tidak lebih baik dari anaknya mendidik mereka?
Tapi keanehan-keanehan itu berusaha aku hilangkan, bila disebutkan bahwa salah satu hal yang menggelincirkan iblis adalah karena dia merasa lebih baik dari Adam, maka aku harus terima ini sebagai sebuah pelajaran Allah dari al qur'an.
Dan inilah ceritaku, saat aku menjalankan sebuah perbuatan hati 'merasa tidak lebih baik dari orang lain'.
KARYAWANKU.
Dulu aku memandang karyawanku sebagai remaja-remaja putri yang perlu diajari dalam segala hal, dari masalah agama, bertingkah laku sampai ketidak mampuan mereka memahami intruksi kerja. Makanya dimataku mereka ini orang yang banyak salahnya dan aku harus ngotot, bahkan marah untuk memberikan mereka pemahaman tentang sesuatu.
Setelah aku putuskan untuk bersikap merasa tidak lebih baik dari orang lain, maka akupun menanggalkan segala 'cap' yang aku berikan pada mereka selama ini. Saat datang ke butik, aku memandangi mereka sebagai orang-orang yang setara denganku, kupikir hanya Allah yang tahu siapa sih yang lebih baik diantara manusia, aku tidak mau tergelincir dalam sikap iblis yang merasa dirinya lebih baik dari Adam.
Ajaibnya, setelah perasaanku terampil menjalani sikap itu, aku dan karyawanku jadi berubah. Perubahan itu dimulai dari diriku, aku menjadi orang yang lebih menghargai mereka, lebih memahami mereka dan juga tidak pernah marah-marah lagi. Perihal tidak pernah marah-marah lagi ini bahkan membuat karyawanku heran semua ... hahaha.
Perubahan selanjutnya adalah perubahan pandanganku tentang mereka, bila dulu aku melihat mereka sebagai orang yang banyak salah dan banyak kekurangan, hingga perlu dimarah-marahi. Sekarang pandanganku mulai terbuka, malah kelebihan-kelebihan mereka yang kelihatan, kekurangan-kekurangan mereka jadi tertutup.
Contohnya, ada seorang karyawanku yang bila bicara berisik dan mengganggu, bila tertawa gak enak dilihat apalagi didengerin saking ngakaknya dan dia sering kutegur soal caranya berpakaian. Tapi belakangan aku ketahui, ternyata anak ini berhati emas. Dia menjadi juru damai bila ada temannya berselisih atau tidak saling tegur, dan dia melakukannya sampai temannya berdamai dan saling sapa. Aku sendiri tidak pernah lo melakukan seperti yang dilakukan karyawanku yang satu ini, jadi aku masih perlu belajar darinya soal ketulusannya mendamaikan teman.
Itu baru pelajaran dari seorang karyawan lo, karyawan-karyawanku yang lain tak kalah hebatnya, ada yang tiap kali mendengar adzan langsung melaksanakan shalat tanpa menunda-nundanya, ada yang hatinya begitu tulus dan lembut.
Karena aku lebih menghargai dan memahami mereka, maka aku bisa berbicara lebih lembut dan dengan kalimat-kalimat yang mereka mengerti. Hasilnya.... mereka bisa merespon dengan baik apa yang aku mau dari mereka dan mereka mendukungku dengan sepenuh hati.
TEMAN YANG MENCELA
Aku pernah lo diinbox oleh seorang teman fbku sebagai orang yang tidak bisa menempatkan ayat ayat Al Qur'an pada tempat yang semestinya, dll. Menyakitkan sih dituduh seperti ini. Untungnya saat menjadi seorang 'tertuduh', aku sudah memutuskan sikap untuk merasa tidak lebih baik dari orang lain.
Aku merasa tidak lebih baik dari si teman yang mencelaku itu.... Hasilnya, aku tidak marah, tidak kesal, bisa memaafkan dengan spontan, muncul kasih sayang padanya, ujung-ujungnya Allah membukakan pemahaman untukku, bahwa dia mengatakan aku orang yang begini dan begitu adalah karena cintanya pada Al Qur'an !!! Aku menghargainya, walaupun menghargai itu bukan berarti aku setuju dengan pendapatnya yang mengatakan bahwa aku menempatkan ayat-ayat bukan pada tempat yang semestinya. Yang terjadi padaku dan dia adalah perbedaan pemahaman saja.
Ada hal lain lagi yang Allah bukakan pintu pemahamannya untukku, yaitu tentang Al Qur'an. Saat Al Qur'an 'turun' pada diri seseorang, maka yang muncul adalah keharmonisan dengan lingkungannya. Contohnya: saat aku menghadapi 'tuduhan' itu, sebuah tuduhan yang dilakukan dengan emosional, jadi yang perlu kulakukan adalah 'mendinginkannya' dengan sikap memaafkan dan menghargainya.
Al Qur'an bila turun pada diri seseorang, maka akan membuatnya menjadi damai dan mendamaikan lingkungannya, karena damai itu adalah keharmonisan. Damai, harmonis dan sejuk seperti Nabi Muhammad saw, beliau selalu sejuk, kata-kata beliau adalah kata-kata yang terpilih, tak menyakitkan hati....
KESIMPULAN
Selain 2 hal yang aku ceritakan diatas, aku mengalami banyak pengalaman yang penuh hikmah tentang sikap batin "merasa tidak lebih baik". Semua itu membuat aku bisa mengatakan bahwa "merasa diri lebih baik dari orang lain" itu memang sikap batin yang harus diwaspadai, karena rasa itulah yang pernah membuat iblis tergelincir.
Merasa lebih baik dari orang lain, bisa membuat kita:
- sombong
- merasa sok tahu sehingga mudah menyalahkan orang lain, mudah memaksa orang lain mengikuti pendapatnya dan memicu sikap emosional
- merasa paling benar sehingga kurang menghargai pendapat orang lain
- dan banyak hal yang merupakan pekerjaan setan (lihat artikelku yang berjudul 'Pekerjaan Setan')
Merasa tidak lebih baik dari orang lain ternyata membuat kita :
- tidak mudah dimasuki setan, yang membangkitkan rasa marah, emosional, permusuhan, perselisihan dan pada puncaknya adalah memasukkan manusia pada kehancuran, penderitaan dan neraka.
- dibukakan Allah pintu ilmu dan hikmah
- di anugerahi Allah perasaan luhur seperti kasih sayang, pemaaf, mudah memahami dan mengerti orang lain
Barangkali akan lebih banyak hal lagi yang bisa kita peroleh dengan sikap rendah hati dan merasa tidak lebih baik dari orang lain, tapi itu semua hanya bisa dibuktikan dengan 'praktek lapangan'. Jadi ya lakukan saja sikap batin ini karena Allah, rasakanlah, maka anda akan lebih bahagia .
Ada sih orang yang mengatakan bahwa merasa lebih baik dari orang lain itu sah sah saja bila konteksnya adalah untuk bersyukur. Tapi kalau kita telaah lebih lanjut, sikap ini masih ada bahayanya juga, karena bisa-bisa kita tidak bersyukur saat kita merasa lebih buruk dari orang lain, ya kan? Lagipula bila kita buka Al Qur'an, bersyukur itu harus selalu kita lakukan dalam keadaan apa saja, karena karunia Allah yang amat besar yang selalu diberikanNya kepada kita, bukan karena merasa lebih baik dari orang lain.
(Semua yang aku uraikan diatas adalah hasil pengalamanku. Aku membagikan pengalamanku ini agar bisa diambil manfaatnya dan membuat kita lebih dekat dengan Allah dan menjauhkan diri dari setan. Bila anda tidak setuju dengan itu semua, maaf bila aku tidak bersedia diajak berdebat)
Ketika aku memutuskan untuk mengambil sikap untuk 'merasa tidak lebih baik' dari orang lain, sebenarnya rasanya agak aneh juga. Masak sih aku gak lebih baik dari karyawanku yang .., ... dan ... ? masak sih aku tidak lebih baik dari tetanggaku yang ... ? Masak sih aku gak lebih baik dari anak-anakku? Bagiamana jadinya seorang ibu yang tidak lebih baik dari anaknya mendidik mereka?
Tapi keanehan-keanehan itu berusaha aku hilangkan, bila disebutkan bahwa salah satu hal yang menggelincirkan iblis adalah karena dia merasa lebih baik dari Adam, maka aku harus terima ini sebagai sebuah pelajaran Allah dari al qur'an.
Dan inilah ceritaku, saat aku menjalankan sebuah perbuatan hati 'merasa tidak lebih baik dari orang lain'.
KARYAWANKU.
Dulu aku memandang karyawanku sebagai remaja-remaja putri yang perlu diajari dalam segala hal, dari masalah agama, bertingkah laku sampai ketidak mampuan mereka memahami intruksi kerja. Makanya dimataku mereka ini orang yang banyak salahnya dan aku harus ngotot, bahkan marah untuk memberikan mereka pemahaman tentang sesuatu.
Setelah aku putuskan untuk bersikap merasa tidak lebih baik dari orang lain, maka akupun menanggalkan segala 'cap' yang aku berikan pada mereka selama ini. Saat datang ke butik, aku memandangi mereka sebagai orang-orang yang setara denganku, kupikir hanya Allah yang tahu siapa sih yang lebih baik diantara manusia, aku tidak mau tergelincir dalam sikap iblis yang merasa dirinya lebih baik dari Adam.
Ajaibnya, setelah perasaanku terampil menjalani sikap itu, aku dan karyawanku jadi berubah. Perubahan itu dimulai dari diriku, aku menjadi orang yang lebih menghargai mereka, lebih memahami mereka dan juga tidak pernah marah-marah lagi. Perihal tidak pernah marah-marah lagi ini bahkan membuat karyawanku heran semua ... hahaha.
Perubahan selanjutnya adalah perubahan pandanganku tentang mereka, bila dulu aku melihat mereka sebagai orang yang banyak salah dan banyak kekurangan, hingga perlu dimarah-marahi. Sekarang pandanganku mulai terbuka, malah kelebihan-kelebihan mereka yang kelihatan, kekurangan-kekurangan mereka jadi tertutup.
Contohnya, ada seorang karyawanku yang bila bicara berisik dan mengganggu, bila tertawa gak enak dilihat apalagi didengerin saking ngakaknya dan dia sering kutegur soal caranya berpakaian. Tapi belakangan aku ketahui, ternyata anak ini berhati emas. Dia menjadi juru damai bila ada temannya berselisih atau tidak saling tegur, dan dia melakukannya sampai temannya berdamai dan saling sapa. Aku sendiri tidak pernah lo melakukan seperti yang dilakukan karyawanku yang satu ini, jadi aku masih perlu belajar darinya soal ketulusannya mendamaikan teman.
Itu baru pelajaran dari seorang karyawan lo, karyawan-karyawanku yang lain tak kalah hebatnya, ada yang tiap kali mendengar adzan langsung melaksanakan shalat tanpa menunda-nundanya, ada yang hatinya begitu tulus dan lembut.
Karena aku lebih menghargai dan memahami mereka, maka aku bisa berbicara lebih lembut dan dengan kalimat-kalimat yang mereka mengerti. Hasilnya.... mereka bisa merespon dengan baik apa yang aku mau dari mereka dan mereka mendukungku dengan sepenuh hati.
TEMAN YANG MENCELA
Aku pernah lo diinbox oleh seorang teman fbku sebagai orang yang tidak bisa menempatkan ayat ayat Al Qur'an pada tempat yang semestinya, dll. Menyakitkan sih dituduh seperti ini. Untungnya saat menjadi seorang 'tertuduh', aku sudah memutuskan sikap untuk merasa tidak lebih baik dari orang lain.
Aku merasa tidak lebih baik dari si teman yang mencelaku itu.... Hasilnya, aku tidak marah, tidak kesal, bisa memaafkan dengan spontan, muncul kasih sayang padanya, ujung-ujungnya Allah membukakan pemahaman untukku, bahwa dia mengatakan aku orang yang begini dan begitu adalah karena cintanya pada Al Qur'an !!! Aku menghargainya, walaupun menghargai itu bukan berarti aku setuju dengan pendapatnya yang mengatakan bahwa aku menempatkan ayat-ayat bukan pada tempat yang semestinya. Yang terjadi padaku dan dia adalah perbedaan pemahaman saja.
Ada hal lain lagi yang Allah bukakan pintu pemahamannya untukku, yaitu tentang Al Qur'an. Saat Al Qur'an 'turun' pada diri seseorang, maka yang muncul adalah keharmonisan dengan lingkungannya. Contohnya: saat aku menghadapi 'tuduhan' itu, sebuah tuduhan yang dilakukan dengan emosional, jadi yang perlu kulakukan adalah 'mendinginkannya' dengan sikap memaafkan dan menghargainya.
Al Qur'an bila turun pada diri seseorang, maka akan membuatnya menjadi damai dan mendamaikan lingkungannya, karena damai itu adalah keharmonisan. Damai, harmonis dan sejuk seperti Nabi Muhammad saw, beliau selalu sejuk, kata-kata beliau adalah kata-kata yang terpilih, tak menyakitkan hati....
KESIMPULAN
Selain 2 hal yang aku ceritakan diatas, aku mengalami banyak pengalaman yang penuh hikmah tentang sikap batin "merasa tidak lebih baik". Semua itu membuat aku bisa mengatakan bahwa "merasa diri lebih baik dari orang lain" itu memang sikap batin yang harus diwaspadai, karena rasa itulah yang pernah membuat iblis tergelincir.
Merasa lebih baik dari orang lain, bisa membuat kita:
- sombong
- merasa sok tahu sehingga mudah menyalahkan orang lain, mudah memaksa orang lain mengikuti pendapatnya dan memicu sikap emosional
- merasa paling benar sehingga kurang menghargai pendapat orang lain
- dan banyak hal yang merupakan pekerjaan setan (lihat artikelku yang berjudul 'Pekerjaan Setan')
Merasa tidak lebih baik dari orang lain ternyata membuat kita :
- tidak mudah dimasuki setan, yang membangkitkan rasa marah, emosional, permusuhan, perselisihan dan pada puncaknya adalah memasukkan manusia pada kehancuran, penderitaan dan neraka.
- dibukakan Allah pintu ilmu dan hikmah
- di anugerahi Allah perasaan luhur seperti kasih sayang, pemaaf, mudah memahami dan mengerti orang lain
Barangkali akan lebih banyak hal lagi yang bisa kita peroleh dengan sikap rendah hati dan merasa tidak lebih baik dari orang lain, tapi itu semua hanya bisa dibuktikan dengan 'praktek lapangan'. Jadi ya lakukan saja sikap batin ini karena Allah, rasakanlah, maka anda akan lebih bahagia .
Ada sih orang yang mengatakan bahwa merasa lebih baik dari orang lain itu sah sah saja bila konteksnya adalah untuk bersyukur. Tapi kalau kita telaah lebih lanjut, sikap ini masih ada bahayanya juga, karena bisa-bisa kita tidak bersyukur saat kita merasa lebih buruk dari orang lain, ya kan? Lagipula bila kita buka Al Qur'an, bersyukur itu harus selalu kita lakukan dalam keadaan apa saja, karena karunia Allah yang amat besar yang selalu diberikanNya kepada kita, bukan karena merasa lebih baik dari orang lain.
(Semua yang aku uraikan diatas adalah hasil pengalamanku. Aku membagikan pengalamanku ini agar bisa diambil manfaatnya dan membuat kita lebih dekat dengan Allah dan menjauhkan diri dari setan. Bila anda tidak setuju dengan itu semua, maaf bila aku tidak bersedia diajak berdebat)