Minggu, 01 Desember 2024

Melihat Orang Tertipu

 Setelah melakukan khalwat selama 40 hari, perasaanku jadi lebih peka dan penglihatanku menjadi lebih jernih (semoga ini berlangsung untuk seterusnya).  Pemahaman-pemahaman baru pun seperti bermunculan walau aku sudah tidak lagi berkhalwat, ini membahagiakanku karena merasa selalu berada dalam bimbinganNya.

Ada hal yang membuatku terpana, yaitu bisa melihat dengan jernih kelakuan orang-orang di dunia ini.  Apa yang aku saksikan sungguh berbeda bila dibandingkan dengan saat sebelum khalwat.  Salah satunya adalah melihat sangat sedikit sekali manusia yang tidak tertipu, kebanyakan manusia tertipu dan kebanyakan manusia melakukan hal yang sia-sia bahkan merugikan dirinya sendiri, sementara mereka tidak menyadarinya.  Ya, sangat sedikit sekali, sudah sangat, tambah sekali, memang sangat sedikit sekali manusia yang tidak tertipu dengan penampakan luar / lahiriah / duniawi / materi.

Ironis bukan?  Manusia menyangka melakukan hal-hal yang menguntungkan bagi dirinya, padahal dia sedang menyia-nyiakan waktu dan menciptakan kerugian (bahkan bahaya) buat dirinya sendiri.  Dan aku bilang pada diriku sendiri, "Tak usah menunjuk ke luar, Innuri.  Lihat dirimu sendiri pun sering melakukannya, bahkan setelah kamu menyadari itu."

Banyak orang mengejar sesuatu yang tidak akan dimilikinya, seperti mengejar fatamorgana, ya, dunia ini fatamorgana.  Itu masih mending, kalau mengejar sesuatu yang bakalan menyiksanya, itu ironis.

Banyak orang (termasuk diriku sendiri) merasa telah melangkah jauh dan mendapatkan pencapaian-pencapaian tertentu, padahal cuma jalan di tempat atau bahkan mundur ke belakang.  Kok bisa? Karena ukuran pencapaian kebanyakan orang adalah ukuran dunia / materi.  Manusia tertipu karena dunia itu pasti lenyap dan musnah.  Manusia sering melupakan yang abadi dan lupa melakukan sesuatu yang membawanya ke sana.

Bahkan mengejar pencapaian 'awet muda' saja bisa menjerumuskan seseorang pada kegelapan.  Ceritanya ada seorang wanita rela menghabiskan banyak uang demi penampilan awet muda.  Ketika hal itu didapatkannya, di dalam hatinya muncul rasa bangga pada dirinya sendiri, lalu muncul perasaan merendahkan orang lain.  Bangga , sombong dan merendahkan orang lain itulah kegelapan yang sebenarnya.  Tak guna cantiknya, tak guna uang jutaan yang dihamburkannya, malah membuatnya terlempar ke dalam energi rendah.  Dunia telah menipunya.

Baiklah.  Lantas apa yang musti kita lakukan agar tidak tertipu?

Lakukan sesuatu karena Allah.  Sesederhana itu tapi tidak mudah.  Kamu harus bisa membedakan mana keinginan hawa nafsumu dan mana keinginan Allah.  Setelah itu biarkan keinginan Allah mengalir dalam dirimu dan lakukan segala sesuatu sesuai aliran itu.  Otomatis kamu harus selalu terkoneksi denganNya, ini tidak mudah ya, tetapi alangkah ruginya bila kesempatan hidup di dunia kali ini kamu sia-siakan, kamu merasa sudah berlari dan mendapatkan pencapaian-pencapaian yang banyak padahal aslinya kamu sedang 'ndeprok' dan merugi.