Sabtu, 28 Desember 2024

Kiat Menemukan Oase Saat Salat

 Bayangkan kamu sedang melakukan perjalanan panjang di tengah cuaca yang panas dan alam yang gersang, langkah demi langkah kamu jalani dengan berat, sambil memikul beban yang berat pula.  Perjalanan terasa lama dan melelahkan.  Lalu di tengah perjalanan kamu menemukan danau kecil yang sejuk dikelilingi pepohonan, kamu berhenti di situ, menghirup udara sejuknya, menikmati bekal yang kamu bawa di tengah naungan pepohonan yang menari lembut oleh tiupan angin.  Bagaimana perasaanmu?

Seperti itulah perjalanan di dunia ini, panjang dan melelahkan. Aneka peristiwa musti dilalui, tanggung jawab yang musti dipikul datang dan selesai silih berganti.  Namun Allah menyediakan oase di tengah perjalanan kehidupan ini, oase itu adalah salat lima waktu.  Cara pandang yang keliru membuat oase itu terasa sebagai beban, seperti seorang pengembara yang ragu mereguk air sejuknya karena menyangka itu sebuah jebakan.

Lantas bagaimana caranya memandang salat sebagai oase dalam kehidupan sampai bisa merasakan sejuk dan nikmatnya?  Innuri akan membagikan caraku berdasarkan pengalaman pribadiku.

Aku sangat menikmati sujud, buatku sujud adalah saat aku berada sedekat-dekatnya dengan Allah.  Aku tak pernah mempersoalkan sujud awal atau sujud akhir atau sujud pertengahan, setiap kali aku sujud dan ingin mencurahkan segala perasaanku pada Allah, maka aku akan berlama-lama melakukannya.

Doa apa yang aku baca dalam sujudku yang lama?

Tidak membaca apa-apa, aku hanya diam, perasaanku juga diam, tetapi ada rasa yang mengalir, segala rasa tak perlu ditumpahkan dalam kata-kata, aku tidak mau menyibukkan diri dengan kata-kata, karena Allah pasti mengerti walau tanpa kata.

Aku tetap membaca bacaan yang wajib dibaca saat salat, tetapi selebihnya diam, hanya perasaanku yang mengalir kepadaNya.

Bagaimana perasaan yang mengalir itu? Tak perlu dipikirkan, ya mengalir saja, namanya juga mengalir, mengalir itu membiarkan saja perasaan kita bergerak kepadaNya.

Bagaimana bila ada memori tertentu muncul? Alirkan pada Allah, seolah mengadu tetapi tanpa kata, sampai perasaanmu menjadi tenang dan damai.

Teristimewa saat sujud, aku sering diam dan mengalir menuju Allah, kadangkala di saat berdiri, ruku atau duduk pun aku memerlukan diam untuk mengadu, ya aku akan diam sampai batinku merasa sejuk dan damai.

Lakukan salat sampai kamu merasakan perasaan damai dan tenang, sampai kamu menemukan oase di tengah perjalanan kehidupan ini.  

Hal terindah dalam hidup ini adalah mengalir bersama Allah.  


Rabu, 25 Desember 2024

Dari Otak Turun ke Hati

Ada beberapa tipe manusia dalam menyikapi sesuatu, ada tipe mengindra (menggunakan kelima panca indranya), tipe pemikir (dengan otaknya) dan tipe mengintuisi (menggunakan intuisinya).  Innuri mau ngomongin pengalamanku tentang mengintuisi, bagaimana cara yang mudah agar lebih intuitif.

Untuk lebih intuitif, itu bisa dilatih, dan ada banyak macam latihan meditasi untuk itu, silakan dicari di internet atau nanya AI deh.  Yang aku mau bagikan adalah caraku sendiri yang mungkin sedikit berbeda.

Intuitif versi Innuri itu adalah batin yang selalu disinari tuntunan dan petunjuk Allah, jadi menghadapi apa pun bisa menyikapinya dengan petunjuk Allah yang mengalir di hati.  Kehidupan pun mengalir bersama Allah.  Ini indah sekali.  

Lantas bagaimana caranya?

Cara Innuri ini dengan rajin-rajin mengamati diri sendiri, sedang berfokus ke kepala atau ke dada.  Kepala berhubungan dengan pemikiran, analisa, ingatan, memori, kenangan, masa depan, penilaian dan penghakiman.  Saat kepala sedang aktif, terkadang efeknya kepala jadi sakit, susah tidur, kepala rasanya berat, kadang muncul perasaan bingung, suntuk, bosan, sedih karena kenangan atau khawatir akan masa depan.  Jadi munculnya perasaan negatif atau positif itu efek dari aktifitas kepala / otak.  

Sedangkan dada / jantung itu terkoneksi dengan Tuhan, tidak negatif dan tidak positif, melampaui dualitas rasa, di sini sumber rasa bahagia yang abadi.  Perasaan ini di sebut mutmainah, perasaan damai dan tenang yang tak bertepi.

Nah, untuk bisa mengakses hati yang tenang ini, kita musti sering-sering latihan menurunkan perhatian dari kepala ke dada, dari otak ke hati.  Rajin-rajin mengamati diri sendiri, sedang di posisi mana perhatian kita, bila sedang berpikir dan sedang fokus di kepala, latihlah  menurunkannya ke dada, sampai klik dengan Allah.  Latihan ini dilakukan setiap saat dan setiap waktu, sambil melakukan aktifitas apa saja, karena aktifitas kita akan dituntun Allah saat perhatian kita fokus kepadaNya.  Fokus itu bukan tegang ya, fokus tidak sama dengan konsentrasi.  Fokus ke Allah bukan berarti kita hanya diam dan tidak melakukan apa-apa, fokus ke Allah itu mengalir bersama Allah, apa pun aktifitas yang kita lakukan.

Lama kelamaan kita akan menemukan 'tombol'nya dan pandangan batin kita menjadi jernih, seperti 'mata Allah'.

Seperti orang yang belajar main gitar, berpindah dari A minor ke D, ke G, lalu ke C, untuk terampil membutuhkan latihan dan ketekunan dan pantang menyerah atau berhenti.  Seperti orang belajar main gitar juga, pada awalnya tertatih-tatih, dan malah mengeluarkan suara yang kacau, tetapi bila dilatih terus menerus setiap hari, lama kelamaan akan terampil juga.

Untuk hasil yang luar biasa, butuh perjuangan yang luar biasa pula.  Jangan menyerah, bila jatuh, ya bangkit lagi, bila gagal, ya mencoba lagi, terus menerus sepanjang usia kita.

Barangkali ada yang bertanya, mengapa fokus ke dada, bukannya bertemu Allah, malah ketemu yang lain.  Itu berarti hatinya belum bersih, barangkali masih ada rasa marah, sakit, kecewa, iri, dengki dan sebagainya, semua itu perlu dibersihkan.  Jadi selain melatih perpindahan otak ke hati, juga perlu membersihkan hati setiap waktu.  Kotoran hati bisa menghalangi (menghijab) kita dari bertemu Allah.





Rabu, 18 Desember 2024

Kamu Makhluk Apa Bukan?

 Judulnya berupa pertanyaan.  Pertanyaan itu seperti bunyi petir yang membuatku diam terpaku karena kaget.  Pertanyaan itu terdengar saat aku membaca ayat ke dua dari Surat Al Falaq. 

"Katakanlah aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan makhlukNya. "

Di benakku aku berlindung dari kejahatan makhluk tak kasat mata, dari kejahatan manusia dan dari kejahatan binatang yang berbahaya, karena aku sedang sendirian (tapi bersama Allah) di vila di tengah kebun. Lalu pertanyaan itu pun mencuat dengan nyaringnya. "Kamu makhluk apa bukan? "

Ya, aku makhluk dan makhluk paling dekat dengan diriku adalah diriku sendiri. Gembong penjahat yang membahayakan diriku adalah diriku sendiri. 

Setiap saat pikiran ini membisikkan hal-hal yang membuat diriku khawatir sedih dan ujung ujungnya bisa sakit fisik yang disebut psikosomatis. Siapa biang keroknya? Ya diriku sendiri. 

Hawa nafsu dengan entengnya menyuruh makan makanan yang merugikan kesehatan.  Banyak manusia melakukannya karena mereka pikir yang dimakan adalah makanan halal. Padahal bahayanya melebihi santet. Orang nyantet pasti ada sebabnya dan pasti butuh proses, sedangkan diri kita sendiri tak butuh waktu lama untuk melahap makanan enak yang meracuni tubuh dan berpotensi membunuh secara perlahan-lahan, merepotkan anak cucu pula.

Kamu makhluk apa bukan? Pertanyaan itu terngiang-ngiang terus di batinku. Siapa sih yang bisa menjamin diri ini tidak jadi jahat? 

Jadi? 

Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan diriku kepada diriku sendiri dan berlindung dari menjadi jahat pada orang lain. 

Kamu makhluk apa bukan? 

Hmm.... 

Senin, 16 Desember 2024

Eudamonia

 Seorang teman keheranan ketika melihat suamiku benar-benar meninggalkanku di vila yang masih dalam proses pembangunan. 

"Aku pikir kalian bercanda. Adikmu nanti datang menemani 'kan? Memangnya kamu berani bermalam sendirian di sini? " Begitu katanya. 

Banyak lagi teman yang berkomentar semacam itu..

Banyak orang tidak mengerti tentang khalwat / uzlah / tahanuts apalagi sampai melakukannya selama 40 hari.  Banyak yang tidak memahami mengapa aku berani tinggal sendirian di rumah di tengah 'hutan'.  Banyak yang tidak tahu bila aku tidak sendirian di sini, aku bersama Allah. 

Aku jelaskan bila Nabi Muhammad sering melakukannya. Para Nabi pun melakukannya selama 40 hari, itu dikisahkan di dalam al quran, Nabi Musa di bukit Tursina, Nabi Khaidir di tepi laut, Nabi Isa di gurun. Orang-orang bijak pun melakukannya, Budha Gautama, Socrates, Laotze, dengan cara mereka masing-masing, namun intinya sama, menyendiri bersama Tuhan. 

Khalwat adalah menempuh perjalanan ke dalam, ke dalam diri sendiri untuk menjumpai Tuhan.  Ini adalah kebahagian tertinggi manusia dan inilah sejatinya yang disebut kebahagiaan itu. 

Kalian senang dengan uang / materi / harta benda / kehidupan yang tercukupi, berkumpul dengan keluarga, bergurau dengan teman, itu bukan kebahagiaan, itu rasa senang.  Kebahagiaan lebih tinggi levelnya dari itu.  

Baiklah, bila kalian tetap menyebut rasa senang itu dengan kebahagiaan, maka aku akan sebut kebahagiaan itu dengan eudamonia saja .  Eudamonia itu bahasa Yunani yang artinya kebahagiaan. Eudamonia tercapai setelah manusia berhasil mencapai kondisi batin yang tenang yang tidak dipengaruhi emosi. Kondisi batin seperti ini adalah kondisi hati yang damai yang disebut ataraksia, di dalam al quran disebut mutmainah / jiwa yang tenang.  Setelah jiwanya tenang, manusia mendapatkan eudamonia. 

Jadi di sini, di tempat sepi dan kelihatannya sendiri ini (padahal bersama Allah) aku mengalami eudamonia.  Suamiku paham yang aku butuhkan, makanya dia rela meninggalkanku di sini, padahal dia bisa saja disebut suami yang tegaan. Tapi baginya memberi ruang buat istrinya menyendiri bersama Tuhan, itulah yang terpenting. 

Jadi sekarang tak perlu bertanya-tanya lagi, saat di Ngantang, mengapa aku tinggal sendirian di sini, bukannya tinggal di rumah adikku Ida yang lebih hangat dan tidak sendirian. Itu karena aku suka berdua dengan Allah saja, di sini aku mendapatkan eudamonia yang tidak setiap orang bisa merasakannya.


Selasa, 10 Desember 2024

Bekerjasama dengan Tuhan

 Pernahkah perasaan dan pikiranmu auto menilai, mencibir, menghakimi seseorang? Walau tak terucapkan. Itu artinya kamu sedang terputus koneksimu dengan Sang Maha Kasih Sayang. Memang halus sekali sih, tapi pengaruhnya amat besar dalam tampilan layar kehidupanmu secara utuh.

Pernahkah juga kamu merasa jatuh mental dengan perlakuan orang lain? Jatuh mental pun menandakan bila kamu sedang jauh dari Tuhan, ada perasaan sakit yang merupakan sebuah bentuk halus dari penolakan.  Ingatlah semua peristiwa terjadi atas ijin dan skenarioNya. Hubungkan kembali hatimu dengan Yang Maha Kasih Sayang agar hatimu terbuka untuk menerima petunjukNya. 

Selalu memandang orang lain dengan kaca mata kasih sayang, seaneh apa pun dia, sesalah apa pun dia, jangan pernah sekali-kali hatimu menempelkan penilaian buruk terhadapnya.  Karena dia manusia dan setiap manusia ada ruh Allah di dalam dirinya, takutlah akan hal ini.  Ini bukan berarti kamu setuju dengan perilaku salah orang lain, tapi ini adalah proses ikhlas menerima. 

Orang-orang dihadirkan dalam kehidupanmu bukan secara acak dan bukan pula kebetulan. Semua sudah diskenariokan oleh Tuhan dengan penuh kebijaksanaan, untuk memberi pelajaran dan hikmah, untuk memberi pengalaman dan kesempatan melatih mentalmu menghadapi berbagai sikap dan polah tingkah manusia.  

Coba teliti hatimu, ketika sedang mencibir dan merendahkan orang lain. Bagaimana rasanya? Apakah seperti ada api di dalam dadamu yang siap menghanguskan dirimu bulat-bulat?  Kamu sudah menciptakan nerakamu sendiri. Begitu pun saat kamu jatuh mental, suram bukan? 

Orang lain dan dunia tidak akan berubah walau kamu menghujat atau membenci mereka. Bila kamu ingin mereka berubah, maka kamu harus bekerjasama dengan Tuhan.  Dan karena Tuhan Maha Kasih Sayang, maka hatimu harus selalu terisi kasih sayang penuh-penuh agar kehendakNya mewujud melalui dirimu.

Selalu dan setiap waktu, jaga hatimu dalam kasih sayang, maka kamu adalah permata di kehidupan dunia ini. Peranmu penting dan diperlukan, kamu berharga di hadapan Tuhan dan segenap makhluknya.  Kebahagiaan sudah bias karena kamulah kebahagiaan itu sendiri. 



Memaafkan di Detik Pertama

 Ingin hidupmu ringan dan bahagiakah?  Ingin kebahagiaan dan kemudahan rajin menghampirimu? Maka jadikan dirimu magnet untuk semua itu.  Caranya adalah membersihkan diri lahir dan batin, karena hanya hal baik yang bakalan menarik hal baik dalam hidupmu. 

Terkadang kotoran hati itu mengendap jauh di kedalaman batin sampai terlupakan. Walau terlupakan, energinya masih bekerja dan membuatmu terdinding atau terhalang dari hal baik yang kamu inginkan.  Bila ada peristiwa yang membuat ganjalan hati itu muncul ke permukaan, segeralah membersihkannya dengan memaafkan dan berdamai dengan peristiwa atau orang itu. 

Agar kotoran yang mengendap itu tidak bertambah dan tumpukannya semakin menggunung, maka jangan kamu tambah dengan kotoran baru. Ada satu cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah hal ini yaitu memaafkan dan berdamai di detik pertama. Bila ada orang berbuat salah dan memicu emosimu, segera sadari dan maafkan di detik pertama dia menyalahimu. Demikian pula bila ada peristiwa yang mengganggumu atau mengusik perasaanmu, terima dan berdamailah di detik pertama. 

Latihlah dirimu terus menerus, karena ini tidak mudah. Bila hatimu enggan memaafkan, katakan pada dirimu sendiri, "Aku tidak mau menyimpan sampah di dalam diriku, itu hanya menarik hal buruk dan merugikan diriku sendiri. " 

Adakalanya kamu gagal di detik pertama, segera sadari dan memaafkan di detik ke berapa pun.  Kamu harus tak kenal lelah melatih diri sampai memaafkan itu terjadi secara otomatis. 

Adakalanya kamu lupa, maka maafkanlah begitu kamu ingat.

Dengan hati yang bersih dan ringan, maka cakrawala pandangmu akan semakin luas, hatimu tercerahkan dan kamu akan merasakan apa itu eudamonia atau kebahagiaan.

Minggu, 08 Desember 2024

Hidup yang Sebenarnya Hidup

 Hidup yang sebenarnya hidup adalah saat manusia terkoneksi dengan Allah. Kenapa? Karena hanya Allahlah yang maha hidup, selain Allah pada hakekatnya tiada. Usia manusia ada batasnya, bahkan usia bumi ada batasnya. 

Ketika manusia bisa merasakan hidup yang sebenarnya hidup, disitulah manusia merasakan kebahagiaan yang sebenarnya kebahagiaan. Karena kebahagiaan yang selama ini disangka kebahagiaan ternyata bukan kebahagiaan karena ada masa dan akhirnya. Sedangkan kebahagiaan sejati itu tidak ada akhirnya. Sayangnya kebahagiaan sejati itu sulit digambarkan dengan kata-kata, jadi manusia tetap punya kecenderungan mempercayai kebahagiaan semu yang sudah lama dikenalnya. 

Ibarat melakukan treadmill, dia mengalami kelelahan berjalan tapi tidak kemana-mana. Bila dia tidak mau turun dari alat treadmill-nya, maka dia akan tetap jalan di tempat untuk selamanya. Maka manusia yang cerdas harusnya melangkah ke samping untuk turun dan menempuh perjalanan sejatinya menuju tempat terindah yang sudah lama menunggu. 

Kebahagiaan sejati itu adalah tempat terindah yang indahnya tak bisa dilukiskan dengan apa pun.  Bila ingin mendapatkannya, maka kamu harus mengubah kebiasaan.  Kebiasaan terseret ke dunia luar menjadi mencoba masuk ke dalam diri dan menemui Tuhanmu.  Datang saja ke dalam, maka Dia akan menyambutmu. Kebiasaanmu yang suka dengan  hiruk-pikuk dunia ganti dengan suka akan keheningan. Dalam keheningan kamu akan mendengarNya, merasakan kasih sayangNya yang selama ini terus menerus mengaliri hidupmu tapi kamu hanya sedikit sekali menyadarinya. 

Jangan merasa rugi meluangkan waktu untuk dirimu sendiri, untuk kebahagiaanmu sendiri. Dia selalu ada untukmu dan Dia selalu gembira menyambutmu, bagaimanapun keadaanmu.


Jebakan tergesa-gesa

 Perilaku tergesa-gesa itu sebuah jebakan, jebakan pikiran, jebakan keinginan, jebakan ego, kalau diringkas ya jebakan setan, karena setan masuk melewati semua yang aku sebutkan itu.

Tergesa-gesa dalam banyak hal, dalam mengambil keputusan, dalam bertindak, dalam berkata-kata tanpa disaring dulu.

Saringannya apa?  Petunjuk Allah, baik di al quran atau di kedalaman batin kita.

Diam beberapa saat dan menghubungkan hati dengan Allah, itu jarang dilakukan orang karena secara kasat mata hal itu kelihatannya sedang memboroskan waktu dan menunda tindakan.  Padahal diam dan tenang itu ibarat mundur satu langkah ke belakang untuk mengambil ancang-ancang guna melakukan lompatan jauh ke depan.  

Sedangkan tergesa-gesa, kelihatannya saja sedang melakukan percepatan, padahal karena tergesa-gesa jadi kurang fokus dan tak bisa melihat ada batu sandungan di depan yang mestinya dilompati, malah ditabrak dan jatuh terjengkanglah kita.  Atau gara-gara tergesa-gesa, ada yang terlupa atau ketinggalan hal yang penting.

Dalam hidup ini, pada hakekatnya kita hanya melakukan dua hal saja, yaitu melakukan sesuatu karena petunjuk Tuhan atau petunjuk selain Tuhan.  Petunjuk selain Tuhan itu silakan diisi dengan apa saja.  Orang yang melakukan sesuatu karena Tuhan itu orang bijak dan untuk bisa seperti itu tidaklah mudah.  Karena itu tidak mudah, maka latihlah dari hal yang sederhana, yaitu tidak tergesa-gesa.  Tergesa-gesa itu pun dekat dengan syetan.  Jadi pilih mana?


Jumat, 06 Desember 2024

Si Gus dan Penjual Es Teh

 Innuri jarang mengomentari kasus yang viral, tapi berkenaan dengan kasus si gus dan penjual es teh, terpaksa aku bersuara.  Aku bukan mengemukakan pendapatku, biar Allah saja yang berpendapat. Aku hanya bisa mendoakan agar kedua pihak dan kita semua senantiasa hidup dan berjalan di bawah petunjuk dan bimbinganNya. Alhamdulillah akhirnya si Gus menyadari kesalahannya dan si penjual es teh mendapat rejeki nomplok.  Tapi hujatan terhadap si Gus sampai video parodinya tetap berlangsung dan menciptakan rangkaian dosa dan kesalahan yang sambung menyambung.  Betapa pintarnya cara setan menggelincirkan manusia.  Mengomentari sebuah kesalahan dengan kesalahan baru, alangkah bodohnya manusia.  Ayolah, hentikan itu, hentikan perbuatan bodoh itu dan mari sama-sama kembali kepada Allah. 

Dan Allah berpesan untuk diriku sendiri dan kalian semua.agar jangan mengikuti / follow orang yang suka mencela di Surat Al Qalam ayat 11.

Maka sebaiknya kita sendiri pun tak usah mencela siapa pun. Mencela orang yang suka mencela ya artinya tetap mencela 'kan? Aku hanya hendak mengingatkan diriku sendiri dan kalian semua agar tak perlu menghujat siapa pun, meski mereka salah, meski menghujatnya di dalam hati, karena kita tak pernah tahu di masa depan kita bakalan seperti apa.

Perlu diingat, semua yang viral itu sudah ketentuanNya kok, dengan itu malah bapak penjual esnya dapat rejeki yang tak disangka-sangka 'kan? Ternyata begitulah cara Allah memuliakan dan menolong hambaNya, yang tak selalu lewat jalur yang menyenangkan, tapi pada ujungnya membahagiakan. Dan buat si Gus, barangkali dengan dihujat netizen se Indonesia raya, beliau tercuci dosa-dosanya, siapa tahu 'kan?

Jadi kembali ke lap top, jangan mencela peristiwa dan jangan mencela siapa pun, karena hanya Allah yang tahu hakekatnya.

Iku lampirkan 'pendapat' Allah dari Al quran ya.

وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا

Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Al Isra :53

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah424) dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk. An-Naḥl [16]:125

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik699) setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim. Al-Ḥujurāt [49]:11

Salam manis.

Minggu, 01 Desember 2024

Melihat Orang Tertipu

 Setelah melakukan khalwat selama 40 hari, perasaanku jadi lebih peka dan penglihatanku menjadi lebih jernih (semoga ini berlangsung untuk seterusnya).  Pemahaman-pemahaman baru pun seperti bermunculan walau aku sudah tidak lagi berkhalwat, ini membahagiakanku karena merasa selalu berada dalam bimbinganNya.

Ada hal yang membuatku terpana, yaitu bisa melihat dengan jernih kelakuan orang-orang di dunia ini.  Apa yang aku saksikan sungguh berbeda bila dibandingkan dengan saat sebelum khalwat.  Salah satunya adalah melihat sangat sedikit sekali manusia yang tidak tertipu, kebanyakan manusia tertipu dan kebanyakan manusia melakukan hal yang sia-sia bahkan merugikan dirinya sendiri, sementara mereka tidak menyadarinya.  Ya, sangat sedikit sekali, sudah sangat, tambah sekali, memang sangat sedikit sekali manusia yang tidak tertipu dengan penampakan luar / lahiriah / duniawi / materi.

Ironis bukan?  Manusia menyangka melakukan hal-hal yang menguntungkan bagi dirinya, padahal dia sedang menyia-nyiakan waktu dan menciptakan kerugian (bahkan bahaya) buat dirinya sendiri.  Dan aku bilang pada diriku sendiri, "Tak usah menunjuk ke luar, Innuri.  Lihat dirimu sendiri pun sering melakukannya, bahkan setelah kamu menyadari itu."

Banyak orang mengejar sesuatu yang tidak akan dimilikinya, seperti mengejar fatamorgana, ya, dunia ini fatamorgana.  Itu masih mending, kalau mengejar sesuatu yang bakalan menyiksanya, itu ironis.

Banyak orang (termasuk diriku sendiri) merasa telah melangkah jauh dan mendapatkan pencapaian-pencapaian tertentu, padahal cuma jalan di tempat atau bahkan mundur ke belakang.  Kok bisa? Karena ukuran pencapaian kebanyakan orang adalah ukuran dunia / materi.  Manusia tertipu karena dunia itu pasti lenyap dan musnah.  Manusia sering melupakan yang abadi dan lupa melakukan sesuatu yang membawanya ke sana.

Bahkan mengejar pencapaian 'awet muda' saja bisa menjerumuskan seseorang pada kegelapan.  Ceritanya ada seorang wanita rela menghabiskan banyak uang demi penampilan awet muda.  Ketika hal itu didapatkannya, di dalam hatinya muncul rasa bangga pada dirinya sendiri, lalu muncul perasaan merendahkan orang lain.  Bangga , sombong dan merendahkan orang lain itulah kegelapan yang sebenarnya.  Tak guna cantiknya, tak guna uang jutaan yang dihamburkannya, malah membuatnya terlempar ke dalam energi rendah.  Dunia telah menipunya.

Baiklah.  Lantas apa yang musti kita lakukan agar tidak tertipu?

Lakukan sesuatu karena Allah.  Sesederhana itu tapi tidak mudah.  Kamu harus bisa membedakan mana keinginan hawa nafsumu dan mana keinginan Allah.  Setelah itu biarkan keinginan Allah mengalir dalam dirimu dan lakukan segala sesuatu sesuai aliran itu.  Otomatis kamu harus selalu terkoneksi denganNya, ini tidak mudah ya, tetapi alangkah ruginya bila kesempatan hidup di dunia kali ini kamu sia-siakan, kamu merasa sudah berlari dan mendapatkan pencapaian-pencapaian yang banyak padahal aslinya kamu sedang 'ndeprok' dan merugi.