Anak-anak kadang menjadi 'tempat penitipan' harapan dan cita-cita orang tuanya yang belum terwujud di masa lalu.
Anak-anak kadang menjadi sumber kebanggaan orang tuanya di mata masyarakat, lalu di pundaknya 'dibebani' sesuatu yang tak peduli apakah dia menyukainya atau tidak.
Ada seorang anak yang semasa sekolah dari SD sampai SMA selalu juara, bahkan dia pernah jadi pelajar teladan se kabupaten. Sebenarnya minat si anak adalah di bidang seni, tapi karena nilai mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alamnya selalu tinggi, maka orang tua dan guru-gurunya menyarankannya menjadi dokter.
Saat itu menjadi dokter adalah profesi yang amat menjanjikan dan amat prestise, tapi anak itu tidak berminat berhadapan dengan luka dan penyakit, lagipula otaknya sudah lelah bertemu dengan pelajaran eksakta. Akhirnya anak itu menempuh jalan tengah, dia tidak menekuni seni, tidak juga kedokteran. Dia masuk di sebuah universitas negeri yang saat itu paling bergengsi di kotanya, masih di jurusan eksakta agar bisa membanggakan orang tuanya dengan gelar Insinyur.
Akhirnya anak itu lulus dengan menyandang gelar Insinyur di depan namanya, tapi juga dengan menyandang rasa berdosa karena tidak bisa menuruti orang tuanya. Selama bertahun-tahun anak itu merasa menjadi anak yang tidak berbakti ....... kasihan bukan?
Sebagai orang tua, tugas kita adalah mengarahkan mereka, bukan memaksakan kehendak. Untuk mengarahkan anak, terlebih dulu kita musti mengenal karakter mereka, minat dan kemampuan mereka. Setelah mengenal kita juga harus memahami mereka.
Perbedaan antara orang tua dan anak memang sering terjadi, karena mereka hidup dalam kurun waktu yang berbeda. Tapi yang tak pernah berbeda adalah pedoman kita yaitu Al Qur'an dan Hadits, maka jadikanlah dua hal ini sebagai aturan dalam keluarga. Berpedoman pada dua hal ini bisa menyelamatkan diri kita dan anak anak kita di dunia dan akhirat.
Ajarilah mereka mengambil keputusan dalam hidup mereka dengan melibatkan Allah, misalnya dengan istiharah. Doakanlah mereka menjadi orang-orang yang dekat dengan Allah.
Ajarilah mereka meniatkan hidupnya hanya untuk mengabdi pada Allah, termasuk urusan sekolah atau kuliah. Jadikan mengabdi pada Allah sebagai pertimbangan utama sebuah pilihan jurusan mereka di sekolah / kuliah, di bidang apakah mereka bisa memaksimalkan pengabdiannya sesuai bakat yang Allah berikan? Jauhkan mereka dari niat mendapat gelar atau profesi yang terpandang di masyarakat, gelar dan profesi hanyalah alat untuk mengabdi. Sesuatu yang bukan karena Allah hanya akan menyiksanya di dunia dan di akhirat.
Anak-anak kadang menjadi sumber kebanggaan orang tuanya di mata masyarakat, lalu di pundaknya 'dibebani' sesuatu yang tak peduli apakah dia menyukainya atau tidak.
Ada seorang anak yang semasa sekolah dari SD sampai SMA selalu juara, bahkan dia pernah jadi pelajar teladan se kabupaten. Sebenarnya minat si anak adalah di bidang seni, tapi karena nilai mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alamnya selalu tinggi, maka orang tua dan guru-gurunya menyarankannya menjadi dokter.
Saat itu menjadi dokter adalah profesi yang amat menjanjikan dan amat prestise, tapi anak itu tidak berminat berhadapan dengan luka dan penyakit, lagipula otaknya sudah lelah bertemu dengan pelajaran eksakta. Akhirnya anak itu menempuh jalan tengah, dia tidak menekuni seni, tidak juga kedokteran. Dia masuk di sebuah universitas negeri yang saat itu paling bergengsi di kotanya, masih di jurusan eksakta agar bisa membanggakan orang tuanya dengan gelar Insinyur.
Akhirnya anak itu lulus dengan menyandang gelar Insinyur di depan namanya, tapi juga dengan menyandang rasa berdosa karena tidak bisa menuruti orang tuanya. Selama bertahun-tahun anak itu merasa menjadi anak yang tidak berbakti ....... kasihan bukan?
Sebagai orang tua, tugas kita adalah mengarahkan mereka, bukan memaksakan kehendak. Untuk mengarahkan anak, terlebih dulu kita musti mengenal karakter mereka, minat dan kemampuan mereka. Setelah mengenal kita juga harus memahami mereka.
Perbedaan antara orang tua dan anak memang sering terjadi, karena mereka hidup dalam kurun waktu yang berbeda. Tapi yang tak pernah berbeda adalah pedoman kita yaitu Al Qur'an dan Hadits, maka jadikanlah dua hal ini sebagai aturan dalam keluarga. Berpedoman pada dua hal ini bisa menyelamatkan diri kita dan anak anak kita di dunia dan akhirat.
Ajarilah mereka mengambil keputusan dalam hidup mereka dengan melibatkan Allah, misalnya dengan istiharah. Doakanlah mereka menjadi orang-orang yang dekat dengan Allah.
Ajarilah mereka meniatkan hidupnya hanya untuk mengabdi pada Allah, termasuk urusan sekolah atau kuliah. Jadikan mengabdi pada Allah sebagai pertimbangan utama sebuah pilihan jurusan mereka di sekolah / kuliah, di bidang apakah mereka bisa memaksimalkan pengabdiannya sesuai bakat yang Allah berikan? Jauhkan mereka dari niat mendapat gelar atau profesi yang terpandang di masyarakat, gelar dan profesi hanyalah alat untuk mengabdi. Sesuatu yang bukan karena Allah hanya akan menyiksanya di dunia dan di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar