Apa arti sebuah rumah bagi anda? Rumah seperti apakah yang pernah anda inginkan? Bagaimana standard nilai anda akan sebuah 'rumah impian'?
Beberapa hari yang lalu aku bertemu bapak X, salah seorang petinggi di instansi Y, ada kitab Al Qur'an di meja beliau, membuat sejuk yang melihatnya. Beliau orang yang amat baik dan kuhormati, beliau dengan tulus sering membantuku mempromosikan produkku. Ketika mengetahui bahwa aku sudah pindah rumah hingga rumah cantiqku khusus untuk workshop saja, beliaupun bertanya padaku dengan penuh perhatian, kemana aku pindah dan berapa putraku.
"Rumah tipe tiga enam? Itu kan hanya berukuran enam kali enam meter? ", beliau bertanya penuh keheranan. Mungkin beliau pingin tahu, apa kaki bisa selonjor di rumah sekecil itu...hehehe
Begitulah,bagi bapak X yang terbiasa hidup dalam kemewahan, rumah sekecil rumahku hanya membuatnya terbayang akan kesempitan dan ketidaknyamanan, sementara bagiku rumah mungilku merupakan kemewahan dan pemberian Allah yang luar biasa. Beliau lalu bercerita tentang dua rumahnya di Malang, salah satunya di Batu, tapi tiap kali pulang ke Malang istri beliau tidak mau menginap di rumahnya sendiri, melainkan di hotel berbintang atau di butik resort. Beliau juga bercerita tentang rumahnya di kota S yang beliau sendiri bingung mau buat usaha apa. Beliau juga bercerita tentang istri dan 2 orang putranya yang masing-masing punya mobil sendiri.
Orang seperti pak X ini tentunya orang yang kaya sekali, kan belum semua kekayaannya beliau ceritakan padaku? Tapi bahagiakah beliau?...... hmmm aku tidak mau cerita......
Nilai rumah, bagi sebagian orang merupakan investasi, sementara bagi sebagian yang lain merupakan mimpi. Ada juga orang yang bersemangat membangun rumah untuk diwariskan buat anak-anaknya, orang tuanya berpikir bahwa rumah peninggalan mereka akan memberi kebahagiaan, padahal .....
Ada dua orang bersaudara yang masing-masing mendapat sebuah rumah dari orang tuanya, rumah itu sudah dibagi ketika orang tuanya masih hidup. Orang tuanya memilih tinggal bersama si bungsu di rumah bagian si bungsu. Beberapa waktu setelah masing-masing menyepakati pembagian itu, si sulung mendatangi si bungsu dan bilang," Kamu enak, dapat rumah habis direnovasi. Sedang aku, dapat rumah yang sudah bobrok". Si bungsunpun membela diri dan bilang," Memang kamu tidak suka orang tua kita tinggal di rumah yang bagus?"
Rupanya nilai rumah bagi sebagian orang terletak pada bagus tidak bangunannya, strategis atau tidak lokasinya, bagus atau tidak feng shuinya, seberapa megah bangunan atau seberapa luas tanahnya.....
Kalau menurut 'pakar telematika' Indah Nur Qoriah ..... (hahaha.... jangan percaya ini loh ya.... gurau aja), nilai rumah terletak pada nilai kebaikan/berkah yang Allah turunkan pada rumah itu. Apakah seluruh penghuninya merasa nyaman dan bahagia, rukun dan saling menyayangi? Apakah rumah itu makin menambah kedekatan dan rasa syukurnya pada Allah? Ataukah rumah itu hanya menambah kesombongannya saja? Apakah rumah itu malah menambah rasa iri orang lain dan kesenjangan dengan orang miskin dan lemah?
Sementara Rasullullah saw mengajak seluruh keluarganya untuk hidup sederhana, beliau tak mampu hidup mewah sementara rakyatnya masih ada yang miskin dan menderita. Rasul adalah teladan, ingin mencontoh sebisanya .....
Membangun rumah membutuhkan kepekaan nurani, apakah kita mampu tinggal di rumah megah dan mewah sementara banyak saudara kita sesama muslim tinggal di gubug reyot dan kekurangan makanan?
Beberapa hari yang lalu aku bertemu bapak X, salah seorang petinggi di instansi Y, ada kitab Al Qur'an di meja beliau, membuat sejuk yang melihatnya. Beliau orang yang amat baik dan kuhormati, beliau dengan tulus sering membantuku mempromosikan produkku. Ketika mengetahui bahwa aku sudah pindah rumah hingga rumah cantiqku khusus untuk workshop saja, beliaupun bertanya padaku dengan penuh perhatian, kemana aku pindah dan berapa putraku.
"Rumah tipe tiga enam? Itu kan hanya berukuran enam kali enam meter? ", beliau bertanya penuh keheranan. Mungkin beliau pingin tahu, apa kaki bisa selonjor di rumah sekecil itu...hehehe
Begitulah,bagi bapak X yang terbiasa hidup dalam kemewahan, rumah sekecil rumahku hanya membuatnya terbayang akan kesempitan dan ketidaknyamanan, sementara bagiku rumah mungilku merupakan kemewahan dan pemberian Allah yang luar biasa. Beliau lalu bercerita tentang dua rumahnya di Malang, salah satunya di Batu, tapi tiap kali pulang ke Malang istri beliau tidak mau menginap di rumahnya sendiri, melainkan di hotel berbintang atau di butik resort. Beliau juga bercerita tentang rumahnya di kota S yang beliau sendiri bingung mau buat usaha apa. Beliau juga bercerita tentang istri dan 2 orang putranya yang masing-masing punya mobil sendiri.
Orang seperti pak X ini tentunya orang yang kaya sekali, kan belum semua kekayaannya beliau ceritakan padaku? Tapi bahagiakah beliau?...... hmmm aku tidak mau cerita......
Nilai rumah, bagi sebagian orang merupakan investasi, sementara bagi sebagian yang lain merupakan mimpi. Ada juga orang yang bersemangat membangun rumah untuk diwariskan buat anak-anaknya, orang tuanya berpikir bahwa rumah peninggalan mereka akan memberi kebahagiaan, padahal .....
Ada dua orang bersaudara yang masing-masing mendapat sebuah rumah dari orang tuanya, rumah itu sudah dibagi ketika orang tuanya masih hidup. Orang tuanya memilih tinggal bersama si bungsu di rumah bagian si bungsu. Beberapa waktu setelah masing-masing menyepakati pembagian itu, si sulung mendatangi si bungsu dan bilang," Kamu enak, dapat rumah habis direnovasi. Sedang aku, dapat rumah yang sudah bobrok". Si bungsunpun membela diri dan bilang," Memang kamu tidak suka orang tua kita tinggal di rumah yang bagus?"
Rupanya nilai rumah bagi sebagian orang terletak pada bagus tidak bangunannya, strategis atau tidak lokasinya, bagus atau tidak feng shuinya, seberapa megah bangunan atau seberapa luas tanahnya.....
Kalau menurut 'pakar telematika' Indah Nur Qoriah ..... (hahaha.... jangan percaya ini loh ya.... gurau aja), nilai rumah terletak pada nilai kebaikan/berkah yang Allah turunkan pada rumah itu. Apakah seluruh penghuninya merasa nyaman dan bahagia, rukun dan saling menyayangi? Apakah rumah itu makin menambah kedekatan dan rasa syukurnya pada Allah? Ataukah rumah itu hanya menambah kesombongannya saja? Apakah rumah itu malah menambah rasa iri orang lain dan kesenjangan dengan orang miskin dan lemah?
Sementara Rasullullah saw mengajak seluruh keluarganya untuk hidup sederhana, beliau tak mampu hidup mewah sementara rakyatnya masih ada yang miskin dan menderita. Rasul adalah teladan, ingin mencontoh sebisanya .....
Membangun rumah membutuhkan kepekaan nurani, apakah kita mampu tinggal di rumah megah dan mewah sementara banyak saudara kita sesama muslim tinggal di gubug reyot dan kekurangan makanan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar