20 september 2011
Ini malam pertama nginap di rumah mungilku di Graha Bandara Blok D 18, rumah yang bernuansa hijau, untuk mengingatkanku akan rumah masa kecilku di Ngantang yang bercat hijau. Beberapa hari sebelum pindah kesini, aku sering bilang pada Allah bahwa aku ingin punya rumah yang memudahkanku melihat rembulan dan bintang gemintang di langit, matahari pagi dan matahari sore yang indah.
Aku suka gak rela menginggalkan rumah cantiqku yang crowded dan amburadul ini, karena di rumah ini aku bisa melihat rembulan dari ruang keluarga yang terbuka menghadap taman (taman ini berubah jadi tempat ngelorod batik, tanamannya rusak, daun bunga-bunganya 'mbrindili' semua)
Maghrib menjelang, Windy menelepon, katanya karyawan Mantren (karyawan yang mengerjakan proses nyanting batik) akan datang untuk berhalal bihalal, sekarang mereka takziah ke rumah Windy atas meninggalnya nenek Windy, sekalian mau mampir ke rumahku.
Listrik prabayar yang diterima suamiku rupanya salah nama, jadi tidak bisa dimasuki pulsa listrik. Jadilah aku menerima rombongan tamu pertamaku dalam keadaan temaram, hanya diterangi cahaya lilin. Mereka semua shalat berjamaah maghrib di rumah dengan diimami mas Hary. Alhamdulillah, hari pertama di rumah baru, sudah dibasahi oleh kalimat-kalimat doa dari karyawan-karyawanku.
Aku sudah punya dapur, tapi belum ada peralatan dapurnya, jadi belum bisa bikin teh untuk tamu-tamuku, mereka hanya kusuguh air minum kemasan dan aneka gorengan yang panas. Kami bergurau dan bicara tentang keluarga mereka, baru kutahu karyawan disana banyak yang sudah menikah, hanya ada dua orang yang masih lajang.
Saat membaringkan tubuh di kamar, baru kusadari Allah mengabulkan doaku melebihi yang kuharap. Jendela kamar yang besar membuatku tidak saja bisa menatap langit, tapi juga pepohonan dan hutan kecil di kejauhan. Tengah malam kuterjaga, kulihat bulan di penghujung syawal menghias langit cerah, indah sekali. Aku sapa bulan cantik itu, kuucapkan terimakasih akan syawal yang penuh rahmat yang telah dia bawa dan akan segera berakhir.
Aku suka rumah kecilku ini, tak capek membersihkannya, bahkan rasanya seperti di cottage sebuah hotel......
21 september 2011
Sore aku bagi-bagi nasi kotak ke tetangga-tetangga, kebanyakan tetanggaku tentara AURI, ibu-ibunya kebanyakan ibu rumah tangga saja, hanya beberapa yang wanita bekerja. Dengan diantar bu Sri, tetangga terdekatku, aku keliling membagikan makanan 'selamatan'. Diantara mereka semua, mungkin hanya pak RT yang tahu kalau aku "pengusaha keren" .... hehehe..... Rata-rata mereka mengira ini rumah pertamaku, jadi ada yang bilang gini ," Dah rumah sendiri sekarang....". Akupun hanya tersenyum....., mereka tak tahu kalau ini rumah untuk 'melarikan diri' dari pusingnya melihat tumpukan pekerjaan di rumah cantiqku.
Ini malam pertama nginap di rumah mungilku di Graha Bandara Blok D 18, rumah yang bernuansa hijau, untuk mengingatkanku akan rumah masa kecilku di Ngantang yang bercat hijau. Beberapa hari sebelum pindah kesini, aku sering bilang pada Allah bahwa aku ingin punya rumah yang memudahkanku melihat rembulan dan bintang gemintang di langit, matahari pagi dan matahari sore yang indah.
Aku suka gak rela menginggalkan rumah cantiqku yang crowded dan amburadul ini, karena di rumah ini aku bisa melihat rembulan dari ruang keluarga yang terbuka menghadap taman (taman ini berubah jadi tempat ngelorod batik, tanamannya rusak, daun bunga-bunganya 'mbrindili' semua)
Maghrib menjelang, Windy menelepon, katanya karyawan Mantren (karyawan yang mengerjakan proses nyanting batik) akan datang untuk berhalal bihalal, sekarang mereka takziah ke rumah Windy atas meninggalnya nenek Windy, sekalian mau mampir ke rumahku.
Listrik prabayar yang diterima suamiku rupanya salah nama, jadi tidak bisa dimasuki pulsa listrik. Jadilah aku menerima rombongan tamu pertamaku dalam keadaan temaram, hanya diterangi cahaya lilin. Mereka semua shalat berjamaah maghrib di rumah dengan diimami mas Hary. Alhamdulillah, hari pertama di rumah baru, sudah dibasahi oleh kalimat-kalimat doa dari karyawan-karyawanku.
Aku sudah punya dapur, tapi belum ada peralatan dapurnya, jadi belum bisa bikin teh untuk tamu-tamuku, mereka hanya kusuguh air minum kemasan dan aneka gorengan yang panas. Kami bergurau dan bicara tentang keluarga mereka, baru kutahu karyawan disana banyak yang sudah menikah, hanya ada dua orang yang masih lajang.
Saat membaringkan tubuh di kamar, baru kusadari Allah mengabulkan doaku melebihi yang kuharap. Jendela kamar yang besar membuatku tidak saja bisa menatap langit, tapi juga pepohonan dan hutan kecil di kejauhan. Tengah malam kuterjaga, kulihat bulan di penghujung syawal menghias langit cerah, indah sekali. Aku sapa bulan cantik itu, kuucapkan terimakasih akan syawal yang penuh rahmat yang telah dia bawa dan akan segera berakhir.
Aku suka rumah kecilku ini, tak capek membersihkannya, bahkan rasanya seperti di cottage sebuah hotel......
21 september 2011
Sore aku bagi-bagi nasi kotak ke tetangga-tetangga, kebanyakan tetanggaku tentara AURI, ibu-ibunya kebanyakan ibu rumah tangga saja, hanya beberapa yang wanita bekerja. Dengan diantar bu Sri, tetangga terdekatku, aku keliling membagikan makanan 'selamatan'. Diantara mereka semua, mungkin hanya pak RT yang tahu kalau aku "pengusaha keren" .... hehehe..... Rata-rata mereka mengira ini rumah pertamaku, jadi ada yang bilang gini ," Dah rumah sendiri sekarang....". Akupun hanya tersenyum....., mereka tak tahu kalau ini rumah untuk 'melarikan diri' dari pusingnya melihat tumpukan pekerjaan di rumah cantiqku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar