Pembohong dan penipu paling besar dalam sejarah umat manusia adalah angan-angan, lebih tepatnya panjang angan-angan, makanya ada hadits yang melarang ini. Selain pembohong paling besar, angan-angan juga perusak kehidupan.
Angan-angan itu selalu kosong, tak pernah terjadi. Coba saja diteliti di kehidupan kalian sendiri, apa pernah angan-angan menjadi kenyataan? Tidak pernah.
Angan-angan itu berbeda dengan rencana loh ya. Yang namanya rencana itu misalnya begini, besok aku mau bikin roti manis untuk anak-anakku, maka hari ini aku membeli margarine ke minimarket sebelah rumah. Aku melaksanakan rencanaku dan itu terwujud. Atau rencana jangka panjang misalnya, nanti setelah selesai khalwat, aku mau mengunjungi ibu mertua di Ngawi dan anakku di Yogya. Rencana itu pun terwujud dengan manis.
Sedangkan angan-angan itu sifatnya khayalan, misalnya, suatu hari apabila aku bertemu lagi dengan dia, aku akan bilang padanya. bla bla bla. Selain bersifat khayalan, angan-angan itu tidak bisa diprediksi kapan terjadi dan selalu mengandung kata 'seandainya'. Maka teliti saja setiap rencana yang mengandung kata 'seandainya'. Bisa jadi itu bukan rencana, melainkan angan-angan kosong.
Seandainya ini, maka aku akan begini. Seandainya ini terjadi, aku harus bagaimana. Seandainya aku bertemu dia, apa yang harus aku katakan? Lalu pikiran mulai merancang segala sesuatu yang masih bersifat seandainya. Itulah angan-angan, dan angan-angan selalu kosong.
Sayangnya manusia sering sekali berkosong ria seperti ini, padahal angan-angan kosong bekerja seperti virus, melakukan penetrasi ke pikiran dengan cara yang halus dan tiba-tiba, melemahkan jiwa dan tubuh fisik dengan cara yang tidak kita sadari. Kalau kosong dalam arti spiritual seperti kekosongan dalam budhis, ya bagus, tapi ini kekososngan dalam angan-angan, yang malah membuat pikiran jadi penuh dan keinginan untuk mengendalikan semuanya semakin kuat saja.
Jadi bagaimana solusinya?
Lemahkan keiinginan, caranya dengan disadari saja dan dipasrahkan kepada Allah.
Lepaskan kendali atas hidup ini dengan mengatakan pada diri sendiri, "Allahlah yang mengendalikan segala urusan, bukan diriku. Maka aku pasrahkan dan percayakan segala urusanku kepada Allah." Dengan melepaskan kendali atas kehidupan kita sendiri, sejatinya kita sedang mempercayakan kehidupan kita kepada Allah, mempersilakan rencana besarNya mewujud melalui diri kita. Ini indah dan mendamaikan hati, perasaan kita seperti berada di ketinggian, putih dan penuh energi.
Dengan melepaskan kendali, maka angan-angan kosong bisa lekas ketahuan dan lekas menghilang, aktifitas kita secara fisik dan psikhis pun dalam tuntunan dan kendali Allah. Tubuh dan jiwa kita seperti 'diluruskan' , dibenerin posisinya. Di sinilah manusia-manusia mulia berada, di zona ilahiyah, zona ketakberhinggaan. Jangan tanya bagaimana rasanya, kalian harus mengalaminya sendiri.
Sudah aku tempuh perjalananku, semoga perjalananmu indah dan mendamaikan.