Ceritanya rumahku di pinggir jalan raya dari arah Blimbing ke Tumpang, ini jalan yang ramai, kanan kiriku warung yang laris. Aku mau buka warung juga, tinggal nyari menu yang tidak ada di warung sebelahku saja. Awalnya suami tidak setuju karena nggak mau aku kelelahan katanya, meski pakai karyawan, punya warung 'kan melelahkan. Akhirnya setelah perjuangan panjang merayu-rayu suami tercinta, beliau mengijinkan. Aku merasa muda kembali ... haha.
Aku pun lalu merencanakan segala hal dan mengontrol segala hal, seolah-olah 'mengharuskan' kejadiannya harus begini dan begitu. Aku merasa begitu tegang dan stress sampai susah tidur. Lalu apa yang terjadi dengan segala rencana yang aku buat? Tukang yang sudah bersedia membantu membenahi rumah untuk dijadikan warung malah mangkir. Mencari karyawan untuk kerja pun ketemunya sama orang-orang yang gak punya attitude. Sungguh menguras energi. Aku merasa lelah sekali.
Lalu semalam kusadari bila salah satu hal yang membuat orang stress adalah kebiasaan mengontrol segalanya. Aku merasa jauh dari Allah, karena merasa menjadi Allah yang mengendalikan segala urusan. Aku pun kembali kepadaNya, merasakan damai dipeluk kasih sayangNya, aku pasrah dalam rencanaNya, pasti itu yang terindah dan terbaik.
Aku mengganti kontrolku pada keadaaan dengan merasakan kedamaian dalam jaminan rencanaNya, dan pasrah dalam kasih sayangNya, merasakan kasih sayangNya dan percaya penuh pada kebijaksanaanNya mengatur hidupku.
Aku merasakan kedamaian, mengalir dalam rencana indahNya.
Pagi ini, dibantu seorang sahabat, aku menemukan tukang yang akan bekerja Kamis lusa. Alhamdulillah. Nanti sore akan datang seorang pelamar kerja. Aku akan mengikuti saja aliranNya.