Senin, 07 Juli 2014

Penetrasi Al Quran

Hari ini aku tersentak, kaget.

Seorang kenalan yang amat aku kagumi karena bacaan al qurannya, karena ketelatenannya mengajar para santri, hari ini marah besar di depan banyak orang, di bulan puasa, dalam keadaaan berpuasa tentunya, padahal yang dimarahi juga tidak bersalah, cuma salah faham saja.  Akhirnya beliau minta maaf ketika tahu persoalan yang sebenarnya.

Pengalaman itu menjadikanku berpikir, apa yang salah pada diri seseorang yang bergaul dengan al quran setiap hari, tapi perilakunya malah tidak sesuai dengan al quran ?

Sebaliknya, aku mengenal dekat orang yang jarang sekali membaca al quran, bahkan bila membaca al quranpun yang dibaca hanya terjemahannya saja, tapi beliau orang yang qur'ani banget. Beliau orang yang sabar, menyejukkan hati, mudah memahami orang lain, gemar bersedekah dan berbuat baik dan tidak pernah marah (bila marah beliau diam untuk menahan marahnya).

Barangkali unsur NIAT atau kesengajaan yang membedakan keduanya.  Yang satu  mempelajari al quran dengan memfokuskan pada tajwid dan mahraj yang harus sempurna, yang satu fokus pada menjalankan tuntunannya dan merasa cukup dengan membaca terjemahannya saja.

Selain itu banyak sekali 'versi' cara mempelajari dan menjalankan al quran.  Ada yang 'mendekati' al quran dengan jalan menghafalkannya (aku salah satunya), ada yang mempelajarinya lewat seorang ahli tafsir, ada yang merasa cukup dengan menafsirkannya sendiri, ada yang mempelajarinya sendiri dari buku-buku tafsir, ada yang belajar dengan cara menyimak penuturan  para ustadz yang sering muncul di televisi, dan banyak sekali metode mempelajari al quran.

Yang menafsirkan sendiri  berfikir bahwa al quran itu telah dimudahkan Allah untuk difahami seluruh manusia.

QS. Al-Qamar [54] : ayat 17 , 22 , 32, dan 40
[54:17] Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
 
Menurutku, begitulah cara Allah (sistem Allah) dalam menjaga kemurnian al quran, hingga hamba-hambaNya mempelajari al quran dari berbagai cara dan dari berbagai sudut hingga dari masa ke massa al quran selalu terjaga. 
 
Masing-masing orang berada dalam kondisi yang berbeda satu sama lain, ada yang punya ustadz sepertiku hingga bisa mempelajari al quran dengan bimbingan ustadz, ada yang hidup terpencil atau  jadi minoritas hingga hanya bisa belajar dari buku terjemah al quran, ada yang bisa masuk pondok pesantren hingga bertahun-tahun  mempelajari berbagai ilmu agama, dan lain-lain (tambahkan sendiri yaaa ....)
 
 Karena sifatnya yang kondisional itulah, tidak perlu merasa diri lebih benar dalam mempelajari al quran, sebaliknya juga tidak perlu merasa rendah diri karena ilmu al quran yang sedikit.  Yang dinilai Allah adalah NIAT kita dalam mengejawantahkan nilai-nilai qurani dalam kehidupan kita.

Juga perlu dipikirkan, sejauh mana kita menjadikan al quran sebagai way of life dan sejauh mana 'penetrasi' al quran dalam jiwa kita.

Dalam diri orang yang beriman, al quran  kadang hanya sampai di pikirannya dan sedikit di hatinya,  hingga dia menjadi orang yang beriman karena kebenaran ayat-ayatnya secara logika ilmiah. Ini pernah aku alami di masa remaja, dan inilah yang umum terjadi pada remaja yang porsi logikanya lebih dominan.

Seiring kedewasaan (atau ketuaan ya .... hehe), jadi lebih menghayati al quran lewat ketajaman mata hati.  Ternyata disinilah letak keindahan yang amat menakjubkan itu, saat al quran sudah mendominasi hati, tumbuhnya kecintaan pada al quran, hingga segala yang dilakukan adalah berdasarkan rasa cintanya.  Ini aku sebut 'penetrasi' al quran yang berhasil, al quran sudah 'memasuki' diri orang tersebut sehingga segala sikap dan tingkah lakunya tertuntun membentuk harmoni dengan alam semesta.

Seorang yang sudah 'kerasukan' al quran, dia menikmati segala aktifitas kehidupannya dengan ringan karena dia menjalaninya dengan penuh cinta. Disinilah letak keindahan hidup itu (aku bilang 'keindahan' karena lebih bahagia dari kebahagiaan).

Bila menginginkan ini terjadi pada diri kita, cukup dengan membuka hati untuk al quran, menyediakan diri untuk al quran, bukalah hati untuk  'mengijinkan' al quran bersemayam dalam diri kita.

Semoga Allah menyampaikan kita semua dalam keindahan firmanNya.


2 komentar:

  1. Kalo menurut saya, itu ada hubungannya dengan karakter, Mba Innuri. Kalau karakternya temperamental, pemarah, ya susah disuruh jadi penyabar dan lembut. Tapi, karakter pemarah itu bisa jadi sedikit terkurangi dengan dia berinteraksi dengan Al Quran. Buktinya kan Mba Innuri baru kaget ternyata dia pemarah, padahal disebutkan bahwa dia telaten, berarti selama ini dia sudah berusaha untuk sabar, apalagi dgn kedekatannya bersama Al Quran. Sementara orang yang penyabar dan lembut itu, kalau memang karakternya sudah begitu ya begitu saja, Mbak, gak ada hubungannya dengan Al Quran. Saya percaya membaca Al Quran bisa mempengaruhi seseorang. Contohnya saya, saya ini juga cenderung temperamen. Biasanya klo lagi rajin baca Quran, tensi agak berkurang tapi bukan berarti saya jadi lembut sekali :D

    BalasHapus