Minggu, 10 Juli 2022

Kejamnya Keinginan

Kejamnya keinginan.  Keinginan yang terlalu besar pada pencapaian-pencapaian tertentu, bisa membuat manusia mengabaikan kenikmatan-kenikmatan yang diperolehnya hari ini, 

Ketika manusia mengabaikan kenikmatan yang diperlolehnya hari, maka hal yang semestinya membuat dia bahagia menjadi tak terlihat, yang artinya menyia-nyiakan karunia Tuhan yang berada dalam genggamannya saat ini.

Aku melihat itu di grup penulis.  Penulis yang sudah terkenal bisa mendapat puluhan juta dari satu novel saja sebulannya.  Tapi bila bonus yang berasal dari waktu baca menurun, gelisahnya bukan main.

Sementara yang masih pemula-pemula, melihatnya seperti itu tentunya jadi bagaimana ...  Yang pemula sudah senang novelnya dibeli platform (bila sudah menyelesaikan novelnya tentu saja).   

Tapi yang pemula ini bisa terseret keinginan yang lebih gede yang bisa membuatnya mengabaikan kenikmatan dari novel yang pasti dibayar itu.

Jadi, mereka yang novelnya sudah terkenal dengan yang belum terkenal sama sekali, bisa sama-sama terjebak dalam kegelisahan yang sama.  Apa bedanya coba?  Berarti terkenal itu tidak menjamin kebahagiaan dan ketenangan batin kan? 

Ya, itulah fenomena yang aku lihat di grup penulis.

Susah mencari teman yang seide, di mana menulis menjadi jalan untuk bahagia.  Di mana proses menulis dinikmati dengan penuh ketulusan, kebahagiaan, kesabaran dan mempersembahkan karya terbaik untuk Tuhan dengan inspirasi dari Tuhan.  Vibrasi bahagia yang dipancarkan penulis akan tersambung dengan karyanya dan vibrasinya akan terasa ke pembacanya.

Coba saja masuk ke dalam karyaku yang aku buat dengan rasa bahagia ini. Bisa dibaca di Fizzo.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar