Senin, 15 Juli 2024

Membaca Kematian

 Dear Allah lovers.

Innuri pernah mendengar cerita teman, tentang ayahnya yang sudah tahu kapan hari meninggalnya, sampai beliau sudah menyiapkan segalanya termasuk uang untuk selamatan setelah beliau meninggal.

Kisah seperti itu bukan hanya sekali aku dengar, tetapi beberapa kali, bahkan di channelnya Pak Hans, Eling lan Awas, ada video seorang guru Budhis yang meninggal dalam keadaan segar bugar dikelilingi oleh para muridnya.  Itu video keren banget, orang meninggal 'mapan' sendiri dan menunggu beberapa menit kemudian nyawanya diambil Tuhan, disaksikan orang banyak pula.  Itu upacara kematian terindah yang sempat didokumentasikan kukira.

Nah, pertanyaannya adalah, bagaimana sih orang-orang itu bisa tahu kapan hari kematiannya tiba?  Bahkan tahu persih tanggal hingga jamnya loh!  Rasanya ngiri gitu loh, kepingin juga mati kayak gitu, mapan sendiri.

Btw, dulu Innuri pernah mengalami mau mati dengan mapan sendiri, sudah baca kalimat syahadat, sudah menangkupkan tangan ke dada, nyawa sudah mulai berjalan meninggalkan tubuh dari kaki naik ke atas dan naik terus, eeh, dia mentog berhenti di dada (saat itu dadaku bergetar hebat kata suamiku), setelah itu nyawaku dikembalikan.  Aku kembali bisa merasakan punya kaki padahal sebelumnya aku merasa kakiku kehilangan energinya dan kayak nggak punya kaki.

Kayaknya waktu itu Innuri lagi dikasih 'percobaan mati' sama Allah.  Tugas hidup masih menantiku, wong saat itu Aden dan Zeli masih balita.  Allah yang Maha Kasih Sayang masih menghendaki aku membesarkan anak-anakku dulu, bahkan nambah anak jadi 4, Insan dan Alni lahir kemudian.

Ceritanya saat aku 'percobaan mati' itu dulu, aku tahunya dadakan, mendadak kayak ada malaikat maut datang dan tiba-tiba aku mengerti bila itu waktuku.  Lalu aku bilang Mas Hary, suamiku, kalau aku udah waktunya mati.  Eh doi malah bilang, "Dek, tunggu aku panggil tetangga dulu." ... Hahaha, aku bilang, "Nggak bisa Mas, ini sudah waktunya."

Pertanyaannya sekarang, kenapa ada orang yang tahunya dari jauh-jauh hari, nggak dadakan?

Jadi jawabannya yang aku pahami begini.

Setiap kejadian di alam semesta itu sudah tertulis di lauhul mahfudz 'kan?

Bayanganku dulu lauhul mahfudz itu kitab tertulis yang disimpan di langit yang memuat segala-galanya.  Di langitnya langit gitu loh, pokoknya tempatnya tinggi gak terjangkau sama manusia.  

Ternyata setelah tua ini baru kupahami, tulisan takdir itu tidak terpisah dengan obyeknya, nempel gitu loh, nempel dengan caranya sendiri dan dengan caranya masing-masing, 'tulisan' itupun bukan tulisan yang terdiri dari huruf-huruf seperti aku menulis ini, tulisan yang semacam 'informasi' ... susah Innuri menjelaskannya.

Aku akan persempit lagi pembahasan ini ke dalam diri manusia.

Jadi di dalam diri manusia itu sudah ada 'tulisan' takdirnya masing-masing yang tersimpan di dalam jiwa, termasuk takdir kematiannya.

Orang-orang yang tahu kapan dia bakanan mati, bahkan sampai detail hingga jam dan detiknya itu adalah orang-orang yang bisa membaca tulisan di jiwanya.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana caranya membaca tulisan di jiwa kita sendiri?

Kalau ditanya bagaimana? Aku tak tahu jawabannya, karena itu nanti Allah yang bakal menunjukkan caranya dan cara tiap orang beda-beda.

Tetapi yang bisa aku bagikan sekarang adalah mengapa orang-orang tertentu bisa dengan mudahnya membaca tulisan di jiwa mereka?

Salah satu jawabannya adalah mereka sudah tidak melekat dengan apa pun di dunia ini.

Tidak melekat adalah poin pentingnya.

Jadi lepaskan kemelekatanmu pada apa pun dan siapa pun di dunia ini, maka pandanganmu akan menjadi jernih hingga tembus ke dalam jiwamu.

Sesederhana itu. 





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar