Minggu, 10 November 2024

Menolong ala Cak Siaman

Ini ceritaku kemarin sewaktu mengunjungi kebunku di daerah Gua Cina Malang Selatan.

Kebunku itu luasnya 1,8 ha, memanjang ke belakang dan batas antara kebunku dengan kebun tetangga ditandai dengan tanaman tertentu (selain patok), jadi pagarnya ya tanaman-tanaman itu.

Ada seorang tetangga, pemilik sawah di belakang kebunku (selanjutnya aku sebut 'Beliau'), yang suka banget melakukan 'ekspansi' ke kebunku dengan berbagai cara. Bahkan Cak Siaman (karyawan kebunku) yang menanam pohon dengan jarak 3 meter dari perbatasan pun Beliau pindahin tuh tanamannya, demikian juga Cak Saidi yang menanam pohon kelapa, dipindahin juga.  Ada pohon yang semula berada di dalam kebun, jadinya mepet pagar.  Juga pohon kelapa berderet yang semula berada di pematang di dalam kebunku sendiri, pematangnya jadi tergerus sawahnya Beliau, sampai Cak Siaman khawatir kelapanya bisa roboh. 

Lantas Cak Siaman berinisiatif menanam pohon kelor yang biasa untuk makanan kambing di perbatasan sebagai  pagar agar Beliau tidak terus menerus melakukan ekspansi.  Dan alasan Cak Siaman melakukan hal itu cukup mencengangkan.  Coba tebak dulu apa alasan Cak Siaman sebelum aku tulis di sini.

Cak Siaman bilang, "Saya tuh sekedar mencegah Beliau agar tidak terus menerus berbuat zalim."

Jadi mengalah dan membiarkan orang lain berbuat aniaya kepada diri kita (ini gaya suamiku banget), itu pun bukan sesuatu  yang baik.  Bila dengan tangan kita, kita bisa mencegah orang lain berbuat aniaya itulah kebajikan yang besar, sejatinya kita sudah menolong orang lain.

Bagiku menakjubkan niat yang mendasari Cak Siaman melakukan tindakannya, karena bisa saja orang melakukan perbuatan yang sama tetapi dilandasi rasa kesal pada tetangga yang hobinya ekspansi alias nyorok tanahnya orang.  Perbuatannya bisa jadi sama, tetapi niat itulah yang membedakannya.  Makanya ada hadist yang mengatakan segala sesuatu tergantung niatnya.

Kamis, 07 November 2024

Hidupmu Terbuat dari Rasa Syukurmu

 Berhati-hatilah dengan perasaanmu, sungguh.  Karena hidupmu terbuat dari rasa syukurmu.

Pagi tadi aku mengupas bawang merah, bawang merahnya kecil-kecil pembelian suami, spontan hati ini mengeluh,"Beli bawang merah kok kecil-kecil, nyusahin saja."

Lalu ada teguran dari dalam, sekecil apa pun protes yang kamu lakukan, sebesar atom pun keluhanmu, semua itu diinput dan diproses alam mewujudkan kenyataan-kenyataan dalam hidupmu.  Karena semua itu adalah hidangan dari Tuhan yang dihadirkan dengan sepenuh kasih sayangNya.  MembuatNya tersinggung dengan pemberianNya adalah tindakan bodoh yang membuatmu melesat mundur ke belakang dan terjauhkan dari kasih sayangNya.  Terjauhkan dari kasih sayangNya adalah bencana besar bagi kehidupanmu.

Bersyukurlah, cintai pemberianNya, karena hidupmu terbuat dari rasa syukurmu.

Allah, terimakasih atas pemahaman yang halus yang Engkau anugerahkan ke kedalaman hatiku.

Rabu, 06 November 2024

Pengalaman Khalwat 40 Hari

 Dear sahabat Innuri.

Maafkan aku, karena niatnya menulis setiap hari apa yang aku lakukan saat khalwat, nyatanya Allah tidak mengijinkan.  Di hari pertama khalwat, handphone mendadak kena serangan jantung dan wafat untuk selama-lamanya.  Suami khawatir dong, karena kodenya kan tulisan di blog yang menandakan aku baik-baik saja berada di tempat terpencil di tengah kebun di atas bukit dikelilingi gunung dengan pemandangan indah saat matahari terbit dan terbenamnya, berteman kicau burung dan tupai yang melompat dari pohon ke pohon, juga tarian kupu-kupu, bunga-bunga liar bermekaran, juga purnama menggantung di langit ... Nah, kalau diterusin bisa jadi cerpen dan menyimpang dari topik 'kan ... haha, tapi memang benar aku khalwat di tempat seindah itu.

Lanjut ceritanya ya.  Karena suami khawatir, lalu menyuruh adikku untuk ngintip keadaanku yang baik-baik saja.  Tak cukup mendapat laporan dari adikku, suami akhirnya datang sendiri dan menanyakan kenapa dan begitu tahu penyebabnya, beberapa hari kemudian datang lagi membawakan aku handphone baru tapi yang beliin si anak ganteng Aden (makasih ya, Sayang).  Karena sinyal di sana juga menjadi guru sabar, ya akhirnya tetap tidak bisa menulis di blog. 

Baiklah, sekarang cerita tentang khalwatnya ya.

Sebelum khalwat, aku menulis banyak rencana, misal mau melakukan semua salat sunah, mau zikir yang ribuan kali, mau sealu dalam keadaan suci terus, mau makan real and healthy food sekaligus vegetarian saja, khatam al quran arab dan terjemahannya, puasa setiap hari.  Nah dalam perjalanannya satu demi satu semua dikoreksi dan dilurusin sama Allah, tapi ada yang sudah benar dan tetap lanjut sampai selesai.  Cara Allah ngelurusin itu macam-macam dan semuanya begitu berkesan dan membuatku terharu sampai nangis.

Untuk soal makan, dilurusin lewat al qur'an, beberapa kali ketemu ayat, 'mengapa mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah?'  Aku merasa tersindir berat.  Akhirnya aku wa adikku dan minta dikirimi rawon dong ... hahaha.  Jadi soal makan itu rencana awalnya aku mau memasak sendiri dengan bahan makanan yang sudah aku siapkan dari awal dan sayur mayur yang sudah aku tanam di kebun, tapi akhirnya berubah haluan, aku cuma masak nasi, lauknya dikirim adikku beberapa hari sekali sesuai dengan permintaanku, cara ngirimnya dicantolin di pintu ... hehe.  Nah di sinilah aku menyadari betapa besarnya kasih sayang Allah, karena pada intinya, Allah menciptakan semua makanan itu untuk dinikmati manusia, sebagai tanda cintaNya pada kita.  Jadi Allah itu senang bila kita menikmati hasil karyaNya.  Khusus yang berupa makanan, Allahlah sebenarnya yang mengilhamkan manusia cara mengolah makanan sampai jadi soto, rawon, gule, sate dan sebagainya.  Semua itu bukan kreasi manusia, tapi Allahlah yang punya ide dan mengalirkan ide itu ke kepala manusia yang dipilihNya.  Allahlah dibalik semua chef di resto dan di warung dan ibu rumah tangga di dunia ini dalam menghidangkan sajian terenak kepada semua hamba-hambaNya ini.  Innuri benar-benar terharu dan menangis ketika memahami hal ini.  Padahal baru makanan loh, Allah sudah sebegitu care-nya dengan kita, Allah bukan hanya memperhitungkan soal manfaat untuk memelihara kehidupan,  tapi Allah juga mikirin rasanya yang harus enak dan semua itu agar hambaNya bersyukur.  Speechless deh kalau kita benar-benar merenungkan hal ini.

Untuk zikir, yang penting itu bukan jumlahnya, tapi khusyu'nya, jadi akhirnya aku tidak menargetkan jumlah, tapi khusyu' dan terkoneksi dengan Allah, itulah yang terpenting.  Begitu juga soal salat, tidak penting jumlah rekaatnya, tapi khusyu'nya. Jadi aku fokus di salat wajib, salat duha hanya dua rekaat dan salat malam 11 rekaat, yang salat rawatib jarang sekali aku lakukan.   Yang aku fokuskan adalah hati yang selalu terkoneksi dengan Allah baik di saat salat dan di luar salat.  Maka zikir aku lakukan sambil melakukan apa saja, sambil nyapu rumah, sambil merajut, sambil memasak, sambil menikmati pemandangan yang sangat indah itu, sambil jalan-jalan pagi, sambil yoga, sambil menyiram tanaman, sambil mandi, sambil cuci baju, jemur pakaian, sambil apa saja deh.

Puasanya full 40 hari alhamdulillah terselesaikan semua.  Padahal aku ini bukan tipe orang yang rajin puasa sunah, aku tidak puasa senin kamis, apalagi puasa daud, bagiku yang penting puasa ramadhan, selebihnya jarang sekali.  Benar-benar ajaib aku bisa menyelesaikan puasa 40 hari, hanya Allah yang membuatku mampu.

Untuk selalu dalam keadaan berwudhu/suci, ini hanya di 4 hari awal, seterusnya wudhu kalau mau salat saja.  Pelajarannya, Allah itu tidak mau memberatkan hambaNya, jadi mengapa memperberat diri sendiri?  Allah itu Maha Kasih Sayang, nggak tegaan lah melihat hambaNya repot bolak balik kentut-wudhu-kentut-wudhu forever sampai ubanan, lah memang sudah ubanan dari lama, kan sudah lansia aku iniiiih ... haha.  Membaca al quran pun tidak perlu berwudu karena tidak ada syarat seperti itu di dalam al quran.  Ketika pemahaman ini turun di hatiku, rasanya adeeemmmm sekali.  Sebegitunya Allah dalam menyayangi hambaNya, Allah itu tidak tegaan aslinya, Maha tidak tegaan.

40 hari bersama Allah itu sesuatu yang luar biasa, segala pertanyaanku tentang kehidupanku sendiri terjawab semuanya, setiap hari ada pelajarannya sampai aku jadi nunggu-nunggu besok ada pelajaran apa lagi ya? Kayak nunggu kelanjutan sinetron atau drama korea atau turkish series gitu deh rasanya, bikin penasaran.  Allah pun Maha bikin penasaran orang kok.  

Setiap hari pun aku selalu ada momen menangis terharu karena kasih sayangNya atau menangis saat membaca al quran sampai tisu satu pak habis tak bersisa di hari ke empat puluh.  Setiap membaca al quran, aku harus berdampingan dengan tisu, karena Allah memberi pemahaman yang amat mendalam di setiap katanya, sampai hati ini bergetar merasakan setiap kata di dalam al quran itu difirmankan Allah dengan muatan kasih sayangNya yang tak terdefinisikan.

Aku pun sering mengalami hal yang disebut 'sincronicity'.  Misal pagi-pagi jalan-jalan ketemu bunga kuning nggak terjangkau, padahal hati kepingin petik untuk dibawa pulang dan ditaruh di vas, pas berangkat sama sekali nggak ada tuh bunga kuning yang bisa terjangkau tanganku, eh pas pulangnya, tiba-tiba saja ada bunga kuning nyembul tepat di samping bahuku, kayak menyapa gitu deh, padahal di jalan yang sama yang tadinya pas berangkat nggak ada.

Di tempat ini banyak sekali burung dan warna-warni pula, terbang dari satu pohon ke pohon lain dengan tingkahnya yang menggemaskan. Favoritku burung gede  yang berwarna biru dengan paruh merah, tapi dia jarang sekali nongol.  Pas aku membatin kepingin lihat burung itu, eh, dianya menclok alias hinggap di dahan di depan rumah dan memamerkan paruhnya yang seksi itu.

Ada pertanyaanku yang terjawab, yaitu soal mengapa hatiku tidak tergerak untuk umroh/haji, seperti tidak punya cita-cita sama sekali untuk itu, padahal normalnya sebagai muslim ya pasti kepingin lah menjalaninya. Aku merasa 'tidak normal' apalagi teman-teman selalu mengusikku dan memengaruhiku.  Mungkin mereka menilai aku mampu secara finansial, ya maklum saja, aku memaafkan mereka kok.  Nah jawabannya adalah:

Haji dan umrah itu hanyalah salah satu jalan/sistem/kurikulum yang disediakan Allah untuk menemukan Allah / menemukan diri sejati.  Allah menyediakan banyak jalan dan banyak cara, misal dalam Islam ada salat, puasa, i'tikaf/uzlah/khalwat/tahanuts, di dalam kepercayaan lain pun Allah menyediakan banyak cara seperti meditasi atau hal lain yang Innuri nggak paham.  Terserah manusia mau pilih jalan yang mana.  Jalan setiap orang berbeda-beda, orang lain nggak bisa maksa Innuri pilih jalan umrah, sebaliknya Innuri juga nggak bisa memaksa orang lain pilih jalan khalwat. Yang penting itu menemukan Allah di dalam dirimu.

Baiklah, untuk mempersingkat pembahasan, aku rangkum pengalaman 40 hariku ini dalam beberapa kesimpulan:

1.  Semula aku kira pelajarannya adalah untuk 'merasa selalu bersama Allah' dan semua pertanyaanku tentang beberapa hal terjawab.  Merasa selalu bersama Allahnya itu sampai merasakan kebesaran Allah yang Maha Sempurna dan merasakan diri kita begitu kecilnya dan tak berarti, setiap melihat segala sesuatu ya seperti melihat Allah.  Hati sudah nggak bisa sombong lagi, apalagi merasa lebih baik dari orang lain.  Tapi ternyata masih berlanjut dengan pengalaman yang lebih indah lagi.

2.  Setiap hari memori sakit di bawah sadarku seperti dibongkar, setiap hari memori itu bermunculan, ada rasa marah, kecewa dan sedih dari masa lalu yang sudah aku lupakan, bangkit seperti hidup lagi dan aku harus menyelesaikannya dengan cara berdamai, memaafkan dan juga memaafkan diri sendiri.  Kukira perlajarannya ya poin 1 dan 2 saja, ternyata ...

3.  Setelah poin 1 dan 2, aku tersadarkan inilah makna 'mensucikan jiwa' lalu aku merasa hatiku bolong, plong, ringan sekali, setelah itu hatiku menjadi luas dan aku terjebur masuk ke dalamnya.  Ini pengalaman yang amat indah memasuki dunia mikrokosmos di kedalaman batin kita sendiri, indah sekali dan luasnya tak terperi.   Setelah mendapat pengalaman ini, setiap aku memandang langit luas dan gunung yang membentang, aku seperti merasa berada di dalam batinku sendiri.  Batas makro dan mikrokosmos seperti tiada / tersingkap, semuanya satu dan itu indah sekali.

4.  Yang menakjubkan lagi adalah munculnya perasaan mencintai Allah, perasaan itu hadir tanpa dibuat-buat (sebelumnya 'kan aku suka 'menciptakan' sendiri perasaan cintaku pada Allah).  Nah, ketika salat dan mengucap setiap kata dan gerakan dalam salat, itu aku lakukan dengan lembut dan penuh cinta.  Ternyata mencintai Allah itu seindah ini, pantesan para sufi menyebut Allah 'kekasih' , panggilan ini pun muncul tanpa dibuat-buat, secara alami keluar dari hati kita, Allah juga yang menghadirkannya.

5.  Yang ini tidak bisa aku ceritakan, karena tidak bisa diceritakan, harus dialami sendiri.  Seandainya aku cerita pun tak akan bisa dipahami, karena ini hanya bisa dipahami oleh orang yang mengalaminya sendiri.  Tak terkatakan alias tidak ada kata-kata yang bisa mewakilinya.

Sudah ya, Innuri sudah capek ngetik dan mataku sudah butuh istirahat nih, kalau ada tambahan, ntar tulisan ini aku edit lagi.

Salam manis.