Ini ceritaku kemarin sewaktu mengunjungi kebunku di daerah Gua Cina Malang Selatan.
Kebunku itu luasnya 1,8 ha, memanjang ke belakang dan batas antara kebunku dengan kebun tetangga ditandai dengan tanaman tertentu (selain patok), jadi pagarnya ya tanaman-tanaman itu.
Ada seorang tetangga, pemilik sawah di belakang kebunku (selanjutnya aku sebut 'Beliau'), yang suka banget melakukan 'ekspansi' ke kebunku dengan berbagai cara. Bahkan Cak Siaman (karyawan kebunku) yang menanam pohon dengan jarak 3 meter dari perbatasan pun Beliau pindahin tuh tanamannya, demikian juga Cak Saidi yang menanam pohon kelapa, dipindahin juga. Ada pohon yang semula berada di dalam kebun, jadinya mepet pagar. Juga pohon kelapa berderet yang semula berada di pematang di dalam kebunku sendiri, pematangnya jadi tergerus sawahnya Beliau, sampai Cak Siaman khawatir kelapanya bisa roboh.
Lantas Cak Siaman berinisiatif menanam pohon kelor yang biasa untuk makanan kambing di perbatasan sebagai pagar agar Beliau tidak terus menerus melakukan ekspansi. Dan alasan Cak Siaman melakukan hal itu cukup mencengangkan. Coba tebak dulu apa alasan Cak Siaman sebelum aku tulis di sini.
Cak Siaman bilang, "Saya tuh sekedar mencegah Beliau agar tidak terus menerus berbuat zalim."
Jadi mengalah dan membiarkan orang lain berbuat aniaya kepada diri kita (ini gaya suamiku banget), itu pun bukan sesuatu yang baik. Bila dengan tangan kita, kita bisa mencegah orang lain berbuat aniaya itulah kebajikan yang besar, sejatinya kita sudah menolong orang lain.
Bagiku menakjubkan niat yang mendasari Cak Siaman melakukan tindakannya, karena bisa saja orang melakukan perbuatan yang sama tetapi dilandasi rasa kesal pada tetangga yang hobinya ekspansi alias nyorok tanahnya orang. Perbuatannya bisa jadi sama, tetapi niat itulah yang membedakannya. Makanya ada hadist yang mengatakan segala sesuatu tergantung niatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar