Minggu, 14 Februari 2016

Kesombongan Yang Halus

"Sudah sedekah dan sudah menjalankan  shalat sunah macam-macam , sudah berusaha ikhlas, berpasrah diri pada Allah, tapi kok masalah semakin membesar ya mbak Indah", kata pembacaku.

"Apakah sudah banyak-banyak beristighfar memohon ampun pada Allah ?", tanyaku.
"Ya tiap sehabis shalat kan selalu beristighfar", jawabnya dan aku menangkap keraguan dalam kalimatnya.

Sahabatku sayang,
Ada sebuah perasaan yang jarang sekali terdeteksi oleh diri kita sediri, perasaan sombong yang halus sekali, tapi efeknya bisa sangat menghancurkan. Dan perasaan ini biasanya ketemunya saat diri sengaja menyempatkan waktu untuk memohon ampunan pada Allah di waktu sahur. Itu adalah saat-saat hening yang memperlancar 'koneksi' kita dengan Allah.

Memohon ampun di waktu sahur adalah waktu yang tertulis di al quran yang merupakan salah satu kebiasaan orang-orang yang bertakwa.  Coba buka surat adz Dzariyat, dan jangan hanya dibaca saja yaa, tapi juga dilakukan.  Setelah dilakukan secara rutin, insyaAllah keluar itu berbagai penyakit hati yang menjadi sumber masalah yang tidak selesai selesai.

Setiap orang barangkali punya 'temuan' yang berbeda-beda . Buatku sendiri salah satu temuanku adalah perasaan sombong yang super duper halusnya.

Kesombogan itu menghancurkan, seperti kesombongan iblis atas Adam, yang mengantarnya sukses menjadi makhluk yang terkutuk. Padahal kesombongannya 'cuma' merasa dirinya lebih baik dari Adam.

Jadi perasaan merasa diri lebih baik dari orang lain itu sebuah perasaan yang harus diwaspadai.  Dari sinilah tumbuh berbagai perasaan lainnya yang mengantar kita sukses menuju kehancuran. Diantaranya adalah perasaan lebih berhak untuk mendapatkan karunia / rejeki tertentu dibandingkan dengan orang lain dan merasa orang lain tidak pantas .

"Dia cuma berpendidikan S1 , masak memimpin orang yang berpendidikan S2 ? ", begitu pernah kudengar, dan dia merasa lebih berhak menjadi kepala dibandingkan dengan rekannya.

Merendahkan orang lain , mengatakan hal buruk tentang orang lain , memberi julukan yang menghinakan , itu adalah bagian dari kesombongan.

Merasa diri mampu , itu juga bagian dari kesombongan.

Buat kalian yang sedang terjebak dalam hutang bank , coba renungkan , bukankah dulu saat memutuskan meminjam , kalian merasa mampu membayar cicilannya ? Merasa dengan kemampuan yang dimiliki bisa menyelesaikan hutang itu ?  Perasaan mampu itupun kesombongan yang super halus.

Bahkan dulu aku saat memutuskan meminjam bank , telah merasa bahwa yag aku lakukan adalah untuk mempertahankan usaha hingga bisa melindungi karyawan dari kehilangan pekerjaan. Betapa sombongnya .... merasa seolah-olah telah jadi pahlawan. Padahal Allahlah yang menggenggam nasib semua orang termasuk karyawanku. Aku secara tersamar telah merasa bahwa di tangankulah rejeki mereka.

"Bila usahaku tutup atau aku kurangi karyawan , maka bagaimana nasib mereka ?", ini adalah kalimat kesombongan yang terselubung. Dan semuanya pasti berbalas.

Maka akupun banyak-banyak beristighfar sebelum kesombongan itu menghancurkanku.

Bagaimana dengan kalian sahabat ?






2 komentar: