Jumat, 24 Oktober 2014

Jangan Ingin Terlepas Dari Hutang

 Dear Allah lovers ,

Aku mengusung cerita soal hutang lagi niiih, kalau bosan, teruskan membaca yaaa ..... hehehe.

Jadi ceritanya beberapa sahabat fb curhat soal hutang yang bertumpuk  yang tidak sebanding dengan pendapatan. Yang membuat hari-harinya dilalui dalam tekanan dan keinginan yang begitu kuat akan terlepasnya dari hutang.

Maka aku bilang padanya , "Jangan punya keinginan terlepas dari hutang" . Loh kok , memangnya orang tidak boleh ingin terbebas dari hutang ? Yaaah, boleh boleh , tapi .....

Banyak orang ingin terbebas dari hutang, tapi kenyataannya malah semakin dalam terpuruk dalam hutang.  Makanya aku bilang jangan ingin terlepas dari hutang, karena keinginan seperti ini tidak menolong. Lantas ?
Hehehe .... sabar yaaa, aku mau cerita dulu.

Aku punya teman yang hutangnya bejibun dan tiap kali bertemu dia, selalu saja aku dengar keluhannya tentang besarnya beban cicilan yang musti dia bayar tiap bulan. Lalu dia menjual sebidang tanahnya yang laku kira-kira 1 M untuk dia pakai menutup semua hutangnya.  Saat aku bertemu dia lagi , dia bilang leganya seperti terlepas dari lubang jarum.

Tapi rasa leganya tidak berumur panjang, karena tidak berapa lama sesudah cerita bahagia itu, bisnisnya  merugi dan tutup, buntutnya dia malah bingung mencari pekerjaan.  Padahal semasih hutangnya menumpuk, bisnis itu berjalan dan turut andil membantunya mencicil hutangnya, tapi dia selalu saja mengeluh  karena bisnisnya terbebani hutang.

Dia tidak sadar telah tertipu dengan logikanya sendiri, dia pikir setelah hutang lunas, masalah akan selesai.  Dia pikir setelah bisnis tidak terbebani hutang , maka bisnis itu akan semakin berkembang dan semakin lancar jaya, kenyataannya  malah mandeg jaya.  Betapa sempit pikiran manusia.

Makanya aku bilang jangan menginginkan hutang lunas, ntar kejadiannya mirip-mirip temanku ini.  Karena sebenarnya masalah yang kita hadapi bukanlah soal hutang, tapi soal pola pikir alias mind set.

Sejauh manusia masih berpola pikir materi, maka dia akan selalu berputar-putar dalam jeratan persoalan finansial dan susah menikmati kehidupan yang indah dan luar biasa ini. Kasihan bukan ?

Manusia itu sempit sekali cara berpikirnya, saat dia nganggur tidak punya pekerjaan, dia berpikir satu-satunya masalah besar yang dihadapi manusia adalah  soal pekerjaan, bila mendapat pekerjaan maka masalah akan selesai, padahal tidak juga kan ?

Demikian juga saat dia sedang terlilit hutang, dia kira masalah besar yang dihadapinya cuman hutang, dan menganggap masalah akan selesai bila hutangnya lunas.  Padahal Allah Maha Kuasa menurunkan seribu masalah lainnya yang tak kalah merepotkannya bila dibandingkan dengan hutang.

Jadi sebenarnya masalah itu jangan diselesaikan cuma dari permukaannya saja, tapi juga musti diselesaikan akar permasalahannya.  Nah akar permasalahannya ini nih yang musti dicari.

Begini sahabat,

Allah itu Maha Satu. Sudah satu dan satu satunya Tuhan, masih Maha lagi, jadi jangan main-main gitu loh dalam menomor satukan Allah.

Bagi kalian yang punya hutang, coba dipikir, manakah yang lebih melegakan dan membahagiakanmu antara bertemu orang yang mau ngasih duit sak brankas sama bertemu Allah dalam shalat ?

Apa jawabmu dan apakah buktinya ?  Jawaban harus jujur dan disertai bukti yang disyahkan oleh KPK .... eits ... kok jadi ngelantur nih Indah ? .... hehehe.

Bayangkan kalian habis berwudhu dan bersiap hendak shalat, lalu kedatangan tamu yang hendak memberi uang sak tak kresek (karena gak jadi sak brankas).  Mana yang didahulukan ? menemui tamu itu dulu karena waktu shalat masih panjang, atau bergegas shalat dulu untuk bersyukur karena Allah telah mendatangkan orang yang membawa uang untuk kita ?

Yang aku ceritakan hanyalah sebuah contoh yang sederhana.  Tapi yang kita alami setiap hari kadang tidak sesederhana itu, melainkan kejadian-kejadian yang perlu dimaknai dengan kehalusan perasaan yang menuntut kita untuk berpegang kuat pada tali Allah.

Pernah pada suatu hari aku sedang butuh-butuhnya uang, pokoknya kepepet pakai banget.  Pelanggan yang aku harap membayar dengan uang tunai, ternyata tidak membawa uang tunai, tidak juga membawa kartu atm, karena bermaksud membayar dengan mobile banking.  Eh, hpnya tidak bisa dipakai mobile banking, mau tidak mau, aku musti bersabar menunggu transferan besok, padahal kebutuhan sedang mendesak pakai banget.

Tiba-tiba aku mikir begini , wah, beginilah kalau berharap pada manusia, sekarang aku berharap pada Allah saja, pasti hasilnya lebih banyak.  Dan tak kusangka tak kuduga, pelangganku itu membayar cash.  "Oh, ternyata ada jeng ", katanya sambil mengeluarkan amplop tebal dari dalam tasnya.

Allah itu mintanya dinomor satukan, maka segala pengharapan, segala tujuan, segala niat, segala galanya kehidupan ini hanyalah untuk Allah.

Makanya jangan menginginkan terlepas dari hutang, tapi inginkanlah Allah, rindukanlah Dia melebihi rindunya kita pada cahaya saat terbenam dalam kegelapan, inginkanlah Dia melebihi inginnya kita pada udara segar saat terjebak dalam ruangan sempit dan pengap,  inginkanlah Dia melebihi inginnya kita pada duniaNya, berjalanlah padaNya, bergegaslah padaNya.

Perjalanan hidup ini adalah perjalanan jiwa menuju Allah, semakin mendekatiNya, satu-satu ikatan dunia terlepas, bila semakin banyak ikatan dunia terlepas, maka Allah semakin melimpahi kita dengan kenikmatan spiritual dan sekaligus kenikmatan dunia.

Inginkanlah Allah melebihi inginnya kalian terlepas dari hutang, maka hutang tidak akan lagi mengikatmu.

Salam manis.

4 komentar:

  1. Inspiratif banget ini mbak, kdg supaya tetap pada jalur saya buka2 blog mb Innuri. Thanks for sharing ya mb ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama sama mb Rani. Senang bila tulisan tulisanku bermanfaat.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus