Eyang sering bicara padaku, dalam hal rejeki manusia hanya diperintahkan untuk mengelola saja , bukan mencari. Simpel sekali, sesuatu yang sudah ada, dikelola sebaik-baiknya agar mempunyai nilai lebih, hanya itu, selanjutnya akan berjalan dengan kebijaksanaanNya.
"Gak pakai marketing ? Trus, kalau sudah terlanjur ada marketingnya, apa dong yang dikerjain ?", tanyaku. Eyang tidak langsung menjawab, malah tersenyum thok.
"Seperti yang bunda lakukan, bunda punya kebun pisang yang produksinya melimpah limpah, lalu bunda kelola pisang-pisang itu agar punya nilai lebih, jadilah brownies. Memberi nilai lebih inilah pointnya. Brownies bunda laku karena produknya atau karena marketingnya ?" tanya eyang.
"Ya, dua-duanya dong ", jawabku spontan. Eyang malah tersenyum, dan aku tahu arti senyumnya, itu berarti jawabanku salah. Lantas aku pikir, seandainya marketingnya bagus, tapi produknya gak disukai orang, terus tidak ada yang beli lagi alias tidak ada repeat order, habislah riwayatnya., kalau begini kejadiannya , eyang benar.
"Marketing itu pada hakekatnya memperkenalkan produk", kata eyang di hari lain ... hehehe, rupanya eyang memikirkannya juga . Lalu eyang bercerita tentang dua kakak beradik yang berjualan madu.
"Ada dua kakak beradik , sang kakak menjual madu hutan murni di rumah mereka dan laris. Suatu hari si kakak pindah ke tempat lain, maka diberikannya bisnis madu yang sudah berjalan itu kepada adiknya. Tapi ternyata di tangan si adik, bisnis madunya malah macet dan kemudian tutup. Padahal alamat rumah mereka sudah terkenal dengan madu murninya, pelangganpun sudah ada, tinggal meneruskan dan mengembangkan saja sebenarnya. Tapi kenapa kejadiannya bukannya berkembang, malah tutup. Ini kejadian nyata loh, bunda tahu apa sebabnya ?", cerita eyang, tanpa menunggu jawabanku eyang menjawabnya sendiri.
"Saat berbisnis madu, si kakak mencari tahu apa manfaat madu buat manusia, bagaimana cara menggunakannya dan dia merasa amat bahagia bisa menolong orang dengan pengetahuannya. Tapi bagi si adik, saat dia melihat madu, yang menarik baginya adalah keuntungan alias duitnya. Inilah yang membedakan antara keduanya, yang satu fokus pada manfaatnya, yang satu fokus pada duitnya ", kata eyang.
"Semua makhluk Allah, walau terlihat benda mati, dia punya perasaan. Sebuah benda yang merasa dirinya dieksploitasi, dia enggan menarik hal baik bagi pemiliknya ", kata eyang menyimpulkan.
Kesimpulanku, perlakukan semua hal dengan kasih sayang, apakah itu barang dagangan, ataukah cuma lap di dapur ..... Karena mereka bisa membalas kasih sayang dan kebaikan kita dengan caranya.
"Gak pakai marketing ? Trus, kalau sudah terlanjur ada marketingnya, apa dong yang dikerjain ?", tanyaku. Eyang tidak langsung menjawab, malah tersenyum thok.
"Seperti yang bunda lakukan, bunda punya kebun pisang yang produksinya melimpah limpah, lalu bunda kelola pisang-pisang itu agar punya nilai lebih, jadilah brownies. Memberi nilai lebih inilah pointnya. Brownies bunda laku karena produknya atau karena marketingnya ?" tanya eyang.
"Ya, dua-duanya dong ", jawabku spontan. Eyang malah tersenyum, dan aku tahu arti senyumnya, itu berarti jawabanku salah. Lantas aku pikir, seandainya marketingnya bagus, tapi produknya gak disukai orang, terus tidak ada yang beli lagi alias tidak ada repeat order, habislah riwayatnya., kalau begini kejadiannya , eyang benar.
"Marketing itu pada hakekatnya memperkenalkan produk", kata eyang di hari lain ... hehehe, rupanya eyang memikirkannya juga . Lalu eyang bercerita tentang dua kakak beradik yang berjualan madu.
"Ada dua kakak beradik , sang kakak menjual madu hutan murni di rumah mereka dan laris. Suatu hari si kakak pindah ke tempat lain, maka diberikannya bisnis madu yang sudah berjalan itu kepada adiknya. Tapi ternyata di tangan si adik, bisnis madunya malah macet dan kemudian tutup. Padahal alamat rumah mereka sudah terkenal dengan madu murninya, pelangganpun sudah ada, tinggal meneruskan dan mengembangkan saja sebenarnya. Tapi kenapa kejadiannya bukannya berkembang, malah tutup. Ini kejadian nyata loh, bunda tahu apa sebabnya ?", cerita eyang, tanpa menunggu jawabanku eyang menjawabnya sendiri.
"Saat berbisnis madu, si kakak mencari tahu apa manfaat madu buat manusia, bagaimana cara menggunakannya dan dia merasa amat bahagia bisa menolong orang dengan pengetahuannya. Tapi bagi si adik, saat dia melihat madu, yang menarik baginya adalah keuntungan alias duitnya. Inilah yang membedakan antara keduanya, yang satu fokus pada manfaatnya, yang satu fokus pada duitnya ", kata eyang.
"Semua makhluk Allah, walau terlihat benda mati, dia punya perasaan. Sebuah benda yang merasa dirinya dieksploitasi, dia enggan menarik hal baik bagi pemiliknya ", kata eyang menyimpulkan.
Kesimpulanku, perlakukan semua hal dengan kasih sayang, apakah itu barang dagangan, ataukah cuma lap di dapur ..... Karena mereka bisa membalas kasih sayang dan kebaikan kita dengan caranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar