Jumat, 13 April 2018

Diskusi Tentang Damai

[4/12, 12:05] Innuri Sulamono: Setuju ma mba Resty. Perang di dalam lebih seru dan lebih susah didamaikan 😃.
Makanya kita harus bisa berdamai dengan diri sendiri.
Pertama berdamai dengan masa lalu lalu dan lalu kita ... entah berapa ratus kehidupan ... ya yang penting sudah niat berdamai dg masa lalu, pasti Allah bantu.
Kedua berdamai dg pikiran dan hati. Berdamai itu ternyata lebih mudah dibanding dipasrahkan . Coba saja buktikan sendiri.
Ketiga berdamai dengan ego. Nah ini juga lebih mudah
 dibanding memasrahkan karena ego nanti malah membatu kita pulang dalam kasih sayang Allah.
Keempat berdamai dengan kegelapan. Kegelapan disenyumin aja, yuuk kita berdamai aja deh , pulang sama sama ke Allah.. Gitu. Lalu cahayaNya akan membimbing kita dan kegelapan, jadi sama sama terang akhirnya.
Berdamai dengan orang orang yang suka mengganggu hati, dimintain maaf dan dikasih sayangi saja.
Berdamai dengan tubuh ... merasakan kasih sayang Allah di tubuh kita.
Berdamai dengan manusia seluruhnya.
Berdamai dengan alam semesta ...
Sudah aku coba hal tersebut di atas dan hasilnya perasaan seringan kapas ... dan kasih sayangNya selalu melingkupi.
Semoga menjadi masukan yang berharga buat kita semua.
[4/12, 12:42] Innuri Sulamono: Bahkan aku sudah berdamai dengan kegemukan mba Rini.
jadi kegemukan itu ternyata sebuah pembelajaran dan baru bisa kita tangkap materi pelajarannya ketika sudah berdamai dengannya.
[4/12, 17:22] Innuri Sulamono: Islam itu artinya damai. Kedamaian itu dimulai dari diri sendiri. Ya berdamai dg diri sendiri dulu.
Damai itu di atasnya pasrah , lebih mudah kok.
Kalau dibayangkan kayaknya mudahan 'memasrahkan' . Tapi kalau dilakukan jauh lebih mudah berdamai.
Banyak pembacaku susah melakukan pasrah.
Ini ilmu baru buatku sih .... dari seorang guru spiritualku dan ternyata memang lebih mudah berdamai.  Tapi ya memang harus dilakukan dan dibuktikan sendiri.
Kalau gak dilakukan ya gak akan tahu bedanya.
[4/12, 17:26] Innuri Sulamono: Contohnya : aku pernah cerita kalau pikiranku suka mengarahkan pada hal yang mengerikan. Seperti kalau berada di ketinggian suka kuatir jangan jangan ntar aku didorong orang dan terjatuh.
Sudah aku pasrahkan dan ternyata perasaan itu balik lagi dan lagi.
Aku takut ketinggian takut jalan sendiri dan takut takut yang lain.
Sudah aku pasrahkan dan tetap mbalik lagi rasa itu.
Ketika aku tahu ilmunya, ilmu berdamai dg kegelapan di dalam diri, maka rasa itu aku ajak ngobrol saja. Aku ajak damai dan kembali kepada Allah bersama sama.
Sejak berdamai itulah perasaan negatif itu hilang.
[4/13, 01:24] Innuri Sulamono: Mba Mely sayang. Kalau menolak itu ya memang tidak damai. Tapi damai itu lebih dari menerima ... ketikba kita berdamai kita menerima dengan kasih sayang lalu membawa 'sesuatu' itu untuk bersama sama kita kembali kepada Allah.
[4/13, 01:39] Innuri Sulamono: Aku sendiri berdamai dengan diri sendiri dengan dibimbing guru.
Jadi begini ... 'gembolan' yang banyak itu diajak ngobrol ... diajak berdamai.
Gembolanku banyak sekali. Termasuk dengan suami yang suka usil (usilnya sih karena sayang) tapi aku suka marah diusilin.  Ya contohnya pas masak... tiba tiba dia cium dari belakang... ketoke romantis tapi kan aku kaget dan kacau tuh masakan ....
Aku suka komplain dg hal kecil kecil itu.
Lalu dalam hati aku damai dengan suami, ternyata dg berdamai dia jadi pengertian.
Bersama sama direngkuh Allah... jalan kita ke Allah gak sendiri.
Begitupun dg kegelapan. Aku ini termasuk parah banget ketakutannya ... aku takut pergi ke mall karena ketinggian dan begitulah ... takut ada yg dorong , bahkan takut diriku sendiri terjuny bebas ... tuh.. parah kan.
Kegelapan ketika diajak berdamai, kita bisa membantunya dengan cahaya . Dan dia akan menjadi  teman sperjalanan kembali ke Allah.
Semua itu karena kasih sayang Allah saja. Meskipun ada proses ngajak ngajak dan memberi cahaya , kita sebenarnya gak berusaha , kita hanya digerakkan Allah.
Kegelapan bukan buat diusir usir ... atau ditolak ... atau ditekan ... karena dia makhluk juga, kalau disayang ya nurut.
Dia hadir untuk membuat kita semakin dekat dg Allah ... jadi selain disayang ya kita ucap terimakasih.  Bila sudah berdamai dia tidak lagi mengganggu.
[4/13, 05:14] Innuri Sulamono: Pagiii sahabat SOL.

Ralat: kegelapan itu wujud non fisik yang tercipta dari keinginan (ego) yang tidak sesuai kehendak Allah.
Tapi dia bisa menyerupai makhluk bila Allah menghendaki.
[4/13, 06:21] Innuri Sulamono: Dan mengajaknya berdamai untuk bersama sama meraih cahaya dan kasih sayangNya.
[4/13, 07:18] Innuri Sulamono: Mba Ati sayang.
Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Termasuk ketika kita ingin ngajak damai dengan kegelapan ... mungkin tidak semua orang bisa, hanya yang diijinkanNya saja, maka kita terlebih dahulu ya mohon ijin pada Allah agar bisa ngajak 'ngobrol' membuat perjanjian damai dg kegelapan.
Benar bahwa kegelapan itu tidak adanya cahaya, maka nanti Allah akan menunjuki hati kita untuk bisa memberi cahaya pada kegelapan.
Setelah itu hati akan terasa terang dan ringan sekali.
Memang segala proses hanya bisa dengan bantuan kasih sayangNya saja. Cukup niat di hati untuk berdamai, Allah akan tunjukkan caranya.
[4/13, 07:47] Innuri Sulamono: Kenapa pasrah kurang tepat ?
#innuriinspirasi

Bahkan hingga selesainya buku EMAS ku, aku hanya menulis soal pasrah dan ikhlas.

Sampai aku sadari bila ternyata aku sering mendapat ujian yang itu lagi dan itu lagi.

Ujian finansial datang lagi dan datang lagi. Disikapi dengan sikap yang sama, pasrah dan ikhlas. Selesai dan datang lagi.

Tapi yang paling berat adalah dorongan dari 'kegelapan' yang suka membisikkan pikiran ngawur dan mengerikan buatku.

Sampai aku bertemu guru yang mengajariku untuk berdamai dengan semua itu.  Dan sejak itulah perasaanku seringan kapas dan aku bisa kembali seutuhnya kepada Allah.

Pasrah itu ibarat dikasih soal ujian sama Allah, tapi kita kembalikan ke Allah. Hingga Allah suatu saat akan memberikan soal ujian yang sama karena kita belum selesai mendapatkan pembelajaran darinya.

Damai itu ibarat dikasih soal ujian sama Allah, kita kerjakan soal ujian tersebut dengan bimbingan Allah hingga mendapat pembelajaran darinya, setelah itu kita simpan baik² soal ujian beserta jawabannya untuk pengingat kita. Hingga Allah tidak akan memberikan soal ujian yang sama.

Begitu penjelasan "ilmiah"nya. Semoga bisa difahami dan membantu sahabat semua untuk tidak kembali menerima ujian yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar