Jumat, 18 Februari 2022

Seharusnya Bahagia

 Kata yang paling sering membuat manusia menderita adalah kata  'seharusnya' atau 'semestinya', keduanya saudara kembar satu sel telur 😅.


Seharusnya anak itu nurut sama orang tua. 

Suami itu mestinya lebih mementingkan istrinya daripada orang lain 

Istri itu musti nurut sama suami. 

Teman itu mestinya gak makan teman.

Sahabat itu mestinya gak nusuk dari belakang (kalau nusuknya dari bawah itu  sate 😂).


Bahkan dirinya sendiri juga diharus haruskan begini dan begitu, lalu menyalah nyalahkan diri  sendiri. 


Kalau mau bahagia ya berhenti menuntut orang lain atau diri sendiri sempurna. Manusia memang lekat dengan  ketidaksempurnaan.  Memahami ketidaksempurnaan diri dan orang-orang yang kita sayangi, itulah penyempurnanya. 


Membiarkan orang lain apa adanya dan membiarkan mereka belajar dari kesalahan mereka, memahami hanya Allah yang bisa membuka hati mereka.  Kecerewetan atau kesewotan kita malah memperburuk keadaan kok. Itulah point-point yang mendamaikan hati kita sendiri. 


Setelah hati kita damai, ntar kan ada petunjuk Allah di hati kita, harus berbuat apa, berkata apa, ataukah hanya diam untuk menghadapi  itu semua. 


Bila Allah menyuruh kita  menjauh dari teman yang sering mengkhianati, ya lakukan saja,  tapi dengan hati yang  damai dan bahagia saja. Gak perlu nangis-nangis, karena manusia itu ya begitu, ada yang baik ada yang jahat. Ada yang suka kita, ada yang tidak suka, ada yang memanfaatkan kita, ada yang tulus. Semua itu ditonton saja, tak perlu terbawa hanyut, hanyut itu tidak enak.


#innuriinspirasi #kuliahpakHans #psikologitranspersonal #albertellis 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar