Sabtu, 04 Desember 2010

Mengapa Ibadah Tidak Membuat Orang Menjadi Baik

Pernah pada suatu ketika, aku bertemu dengan seorang ibu yang rajin sekali berpuasa dan sholat tahajud.  Sebenarnya beliau ini mempunyai wajah yang lembut dan tutur kata yang halus pula.  Tapi, sungguh betapa menjengkelkannya dia.  Sempat membuatku berpikir dan bertanya ,"Allah, mengapa ibadah tidak membuat orang menjadi baik dan mengerti orang lain?"  Aku  gelisah dalam beberapa hari.

Pertemuan itu terjadi dalam sebuah pameran di gedung yang cukup bergengsi di Jakarta.  Kami diajak oleh sebuah institusi pemerintah, didampingi 3 orang dari dinas terkait.  Sebuah stand pameran berukuran 3 x 4 m  dibagi bertiga, aku,  ibu itu,  dan dinas yang menjual informasi.

Sebagai seorang pengusaha yang nunut, semestinya kita bisa memposisikan diri, harus rela diatur oleh si empunya stand.  Tapi tidak halnya dengan si ibu ini,  dengan ringan dia memajang barang dagangannya sehingga brosur-brosur dari dinas kehilangan tempat, bahkan sebagian menutupi daganganku juga.  Aduh, ibu-ibu pendamping sempat dongkol dan hanya bisa bisik-bisik di belakang

Tapi ketika si ibu mendatangkan sanak familinya yang dengan enjoy duduk-duduk menenuhi stand, terpaksa ibu-ibu dari dinas melarang dan membatasi satu orang saja yang menunggu stand.  Tapi dia masih maksa juga, menunggu stand dengan saudaranya, jadi dua orang.  Jadilah stand yang yang berukuran 12 m persegi itu dijaga oleh enam orang.  Ibu-ibu dari dinas sampai mengalah,  bergantian mereka jalan-jalan, biar standnya tidak terkesan penuh.
Yang lebih menjengkelkan lagi, dia pernah membeli kerudung lukisku, tapi dia memaksaku menambahkan lukisan (aku membawa cat saat pameran), disaat semua mau pulang.  Dia ini tidak tahu atau tidak mengerti atau tidak peduli melihat kami semua kelelahan, dan begitu merindukan kasur empuk. Kuingat 3 orang ibu dari dinas berdiri menungguku, terkantuk-kantuk dengan mendekap tas, bersiap pulang. Aku yang enggan berdebat  menurutinya, seperti seorang hamba patuh pada tuannya ,oh.

Tiap hari sepulang pameran aku bertanya pada Allah," Mengapa ibadah yang sangat intensif tidak membuat hatinya lembut untuk memahami orang lain?"

Allah menjawabku.  Dalam kesempatan mengobrol dengannya, dia bercerita, betapa takutnya dia melihat pergaulan remaja sekarang, merokok, minuman keras, narkoba dan banyak kenakalan lain.  Dia berpuasa dan bertahajud untuk memohon pada Allah agar anaknya dijauhkan dari semua itu. Dan anaknya memang jauh dari semua yang dikhawatirkannya.

Akupun mengambil kesimpulan, inilah jawaban Allah, bahwa seseorang akan mendapat apa yang diniatkannya.  Saat dia beribadah demi anaknya, Allah penuhi permintaannya, hanya yang diniatkannya, tidak mendapat yang lain.  Tapi bila seseorang beribadah demi cintanya pada Allah, maka dia akan mendapat semuanya, bagusnya dia di hadapan Allah sekaligus bagusnya dia di hadapan manusia dan terjauhkannya dia dari apa-apa yang dikhawatirkannya.

Di penglihatan mata kelihatannya sama, berpuasa dengan menahan lapar dan haus, bertahajud 11 rekaat, lelahnya juga sama, tapi sungguh besar perbedaan dalam perolehannya,  hanya karena perbedaan dalam meniatkannya.

Allah,  tuntunlah hatiku dalam menata niatku, agar selalu karenaMu saja. Engkaulah yang membolak balikkan hati manusia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar