Rabu, 01 Desember 2010

Tangan Kekar Itu

Tangan kekar itu tergolek lemah, selang infus terpasang.  Itu tangan bapak, begitulah aku memanggil ayahku.
Dulu tangan itulah yang menggendongku, membelai, bahkan kuingat saat kecil dulu, pernah cacingan, dan sepanjang malam tangan itu pula yang menggaruknya sedang aku dalam posisi nungging. Geli mengingatnya.

Tangan itu  dulu hampir tiap habis maghrib memeluk aku dalam pangkuannya, sedang anak-anak kecil yang beberapa tahun diatas usiaku mengelilinginya, mengaji.
Tangan itu pula yang menurunkan aku dari gendongannya, meletakkanku berdiri tepat disampingnya, lalu bertakbir Allahu Akbar, orang-orang di belakangku mengikutinya ruku dan sujud.  Lalu setelah salam, tangan itu meraihku dalam pangkuannya, bahkan aku masih ingat dzikir yang biasa dilantunkannya.

Tangan itu pernah menenteng kanvas dari rumah tukang, untuk menyenangkan aku yang hobby melukis. Dan pernah, saking bangganya pada anak cantiknya yang diterima di fakultas perikanan , membeli kaca aquarium besar yang dibelinya dari kota, naik bis berjarak 40 km an, dan kaca itu kupecahkan, hingga jadi aquarium kecil.

Pernah kubertemu seseorang di angkutan umum, mengatakan padaku ," Untung lo ada bapak, beliau salah seorang yang merintis kehidupan beragama di desa Sumberagung ".

Aku suka bertanya pada diriku, bila orang tuaku telah memberiku masa kecil yang indah,  masa kecil seperti apakah yang telah kuberikan pada anak-anakku?  Apakah yang mereka kenang tentang ibunya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar