Senin, 09 Desember 2013

Hidup Adalah Sebuah Perjalanan

Sahabat, tulisanku di bawah  ini hanya bisa  difahami dengan hati.Bila kalian masih menggunakan logika, pasti ada yang ingin kalian perdebatkan denganku. Tulisanku ini juga hasil interaksi dengan al quran, bila kalian kurang memahaminya, akrabilah al quran.

 Entahlah, aku merasa aneh dengan istilah, keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, maksudnya apa ya? Apa maksudnya kita bekerja untuk dunia 50% dan bekerja untuk akhirat 50% ..... berat dong ah, kenyataannya kita shalat lima waktu ditambah dzikir  paling 5 x 10 menit setiap hari yang berarti cuma 50 menit, sedang kita bekerja 7-8 jam sehari, ditambah amalan sunnah pun kita amat berat mencapai ibadah 7 jam sehari.

Aku sering bicara soal MENIATKAN HIDUP UNTUK ALLAH.  Segala aktifitas hidup kita adalah ibadah, dari shalat , bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bercengkerama dengan anak , sampai bercinta dengan suami / istri masing-masing (bukan istri orang lain maksudku ... hehehe).


foto : Innuri   lokasi : jalan ke bandara Abd Saleh Malang 

Hidup ini adalah sebuah perjalanan menuju Allah.  Titik akhir perjalanan kita bukanlah saat kita mati,  tapi saat kita bisa totalitas menyerahkan seluruh kehidupan kita padaNya, total, 100%, tidak ada satu sel pun di tubuh kita mendurhakainya, tidak ada sepercik perasaanpun menodai hati yang dikuasai olehNya, penyerahan diri seutuhnya mempersembahkan kehidupan kita kepadaNya, menjadi manusia seutuhnya. Jadi bukan mati khusnul khatimah, melainkan hidup khusnul khatimah.  Ini adalah titik akhir dari sebuah perjalanan penyucian diri manusia, yang merupakan titik awal dari sebuah perjalanan manusia yang benar-benar disebut manusia secara fisik dan jiwa.

Sebelum manusia bisa menyerahkan diri secara total kepada Tuhannya, manusia masih disebut orang (sebut saja begitu), yang fisiknya saja sama dengan manusia, tetapi di dalamnya masih terkotori banyak hal dan terpenjara pula dengan berbagai hal.  Kekotoran dan penjara apa, sudah sering aku bahas dalam tulisan-tulisanku sebelumnya, silahkan dibuka-buka lagi.

Jadi begini sahabat.
Manusia lahir sebagai bayi, tumbuh menjadi anak-anak hingga baligh/dewasa.  Masa anak-anak adalah masa persiapan untuk menjadi orang.

Perjalanan selanjutnya dihitung sejak dia baligh. Saat awal-awal usia baligh , unsur orang dan unsur manusianya masih banyak unsur orangnya, katakanlah 1 % manusia 99% orang.  Seiring banyaknya pengalaman dan semakin bijaknya dia menyikapi hidup, kadar kemanusiaanya naik , katakanlah menjadi 50% orang dan 50% manusia.  Saat usia 40 th-an, kadar manusianya semakin naik dan kadar orangnya turun ..... dengan tuntunan dan ijin Allah, hingga bisa mencapai 100 % manusia.  Saat inilah dia disebut khalifah Allah (wakil Allah) di muka bumi, yang disebut manusia seutuhnya.

Tidak semua orang bisa berhasil melewati perjalanan ini, bahkan hanya sedikit sekali orang yang berhasil sampai menjadi manusia.  Maka perlulah menyengajakan niat hidup ini dalam menempuh perjalanan suci ini.

Hidup ini adalah sebuah perjalanan, perjalanan jiwa dalam mengeliminir segala sesuatu selain Allah, hingga perjalanan sampai pada Allah sebagai satu-satunya alasan kita hidup dan bertindak. Hidup adalah sebuah perjalanan jiwa hingga bertemu Allah dalam nafas, dalam detak jantung, dalam gerak kita.  Perjalanan ini suci dan perjalanan ini indah.


2 komentar:

  1. yang ini saya kurang mudeng yak mba, apa karena saya belum jadi manusia sepenuhnya ya atau hati saya yang belum bisa membaca. ingin sekali saya ketemu dan diskusi sama mba Innuri. semoga Allah mengizinkan. terima kasih untuk tulisan2nya. sangat bermanfaat untuk jiwa-jiwa yang kosong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak perlu mudeng mbak. Yang penting melakoni hidup untuk Allah saja.

      Hapus