Pertengahan desember tahun kemarin, mas Hary kecelakaan pas bawa sepeda motor ke Ngantang. Tidak parah sih, tapi patah tulang di telapak tangan kirinya, alhamdulillah sekarang sudah pulih setelah dibawa ke sangkal putung.
Saat itu aku menyusulnya ke Ngantang. Di rumah ibu, kulihat tangannya diperban, lututnya luka. Tapi wajahnya tidak menunjukkan ekspresi kesakitan, malah terlihat tenang dan biasa saja.
"Aku nabrak sepedanya rombong bakso", katanya sambil ketawa.
"Rombongnya seperti muncul tiba-tiba, sebelumnya aku sama sekali gak lihat. Kayaknya memang begitulah kecelakaan, terjadi tanpa bisa dikendalikan", ceritanya lagi.
"Ini sudah di rontgent , patah satu tulangnya, tapi aku gak mau dioperasi, aku bilang sama dokternya kalau aku maunya ke sangkal putung saja", katanya lagi sambil tertawa, ya ikutan tertawalah aku. Melihat tangannya bengkak banget, kukira kalau aku yang mengalaminya sudah gak sempat tertawa, nangis melulu kukira.
Malam itu juga mas Hery (namanya beda huruf a dan e saja sama suamiku) mengantar kami berdua ke sangkal putung di Batu, lupa aku persisnya, tapi di seputaran Bumiaji . Mas Hery ini suaminya bu Bekti, yang guru dan pengusaha kerupuk kentang di Ngandat Batu, dulu pernah aku ceritakan di blog.
Yang paling menarik dari kisah ini adalah bagian saat mas Hary bercerita penyebab dia kecelakaan, ternyata penyebabnya adalah .....
"Ini sih rasanya gara-gara aku punya niat baik tapi gak jadi aku lakukan. Sebelumnya aku bertemu gelandangan, niatku mau tak kasih brownies, aku sudah mau berbalik untuk menghampiri gelandangan itu, tapi urung kulakukan. Yah ini tegurannya", katanya.
"Jadinya lebih mahal ya", kataku keceplosan begitu saja. Nah, aku pakai itung-itungan sama Allah. Lah wong yang membiayai kami ke sangkal putung ya Allah kok pakai ngitung. Yang penting sekarang kalau punya niat baik musti segera ditunaikan, itu mungkin pelajarannya.
Bisa jadi kecelakaan suamiku terlihat sebagai sebuah kemalangan, tapi kayaknya bagi suamiku tidak. Malah yang aku lihat, banyak saudara-saudaraku yang mendapat pencerahan , kalau punya niat baik musti segera dieksekusi, jangan diurungkan.
Dan beruntungnya suamiku, lokasi kecelakaannya tidak jauh dari balai pengobatan di Ngantang, jadi dia bisa segera ditolong, minimal luka luka yang darahnya ngucur bisa segera diobati, dan juga bisa dirontgent sehingga cepat ketemu kalau ada patah tulang di tangannya. Beruntung kali keduanya, ada saudara yang bisa mengantar kami ke sangkal putung
Nah, dalam sebuah peristiwa yang terlihat tidak enak, Allah masih menyelipkan kasih sayangNya bukan ? Bila mengingat itu semua , membuat mata ini berkaca-kaca, sungguh tidak terbayangkan betapa besarnya kasih sayang Allah pada makhlukNya.
Saat itu aku menyusulnya ke Ngantang. Di rumah ibu, kulihat tangannya diperban, lututnya luka. Tapi wajahnya tidak menunjukkan ekspresi kesakitan, malah terlihat tenang dan biasa saja.
"Aku nabrak sepedanya rombong bakso", katanya sambil ketawa.
"Rombongnya seperti muncul tiba-tiba, sebelumnya aku sama sekali gak lihat. Kayaknya memang begitulah kecelakaan, terjadi tanpa bisa dikendalikan", ceritanya lagi.
"Ini sudah di rontgent , patah satu tulangnya, tapi aku gak mau dioperasi, aku bilang sama dokternya kalau aku maunya ke sangkal putung saja", katanya lagi sambil tertawa, ya ikutan tertawalah aku. Melihat tangannya bengkak banget, kukira kalau aku yang mengalaminya sudah gak sempat tertawa, nangis melulu kukira.
Malam itu juga mas Hery (namanya beda huruf a dan e saja sama suamiku) mengantar kami berdua ke sangkal putung di Batu, lupa aku persisnya, tapi di seputaran Bumiaji . Mas Hery ini suaminya bu Bekti, yang guru dan pengusaha kerupuk kentang di Ngandat Batu, dulu pernah aku ceritakan di blog.
Yang paling menarik dari kisah ini adalah bagian saat mas Hary bercerita penyebab dia kecelakaan, ternyata penyebabnya adalah .....
"Ini sih rasanya gara-gara aku punya niat baik tapi gak jadi aku lakukan. Sebelumnya aku bertemu gelandangan, niatku mau tak kasih brownies, aku sudah mau berbalik untuk menghampiri gelandangan itu, tapi urung kulakukan. Yah ini tegurannya", katanya.
"Jadinya lebih mahal ya", kataku keceplosan begitu saja. Nah, aku pakai itung-itungan sama Allah. Lah wong yang membiayai kami ke sangkal putung ya Allah kok pakai ngitung. Yang penting sekarang kalau punya niat baik musti segera ditunaikan, itu mungkin pelajarannya.
Bisa jadi kecelakaan suamiku terlihat sebagai sebuah kemalangan, tapi kayaknya bagi suamiku tidak. Malah yang aku lihat, banyak saudara-saudaraku yang mendapat pencerahan , kalau punya niat baik musti segera dieksekusi, jangan diurungkan.
Dan beruntungnya suamiku, lokasi kecelakaannya tidak jauh dari balai pengobatan di Ngantang, jadi dia bisa segera ditolong, minimal luka luka yang darahnya ngucur bisa segera diobati, dan juga bisa dirontgent sehingga cepat ketemu kalau ada patah tulang di tangannya. Beruntung kali keduanya, ada saudara yang bisa mengantar kami ke sangkal putung
Nah, dalam sebuah peristiwa yang terlihat tidak enak, Allah masih menyelipkan kasih sayangNya bukan ? Bila mengingat itu semua , membuat mata ini berkaca-kaca, sungguh tidak terbayangkan betapa besarnya kasih sayang Allah pada makhlukNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar