Dear Allah Lovers.
Masih dalam rangka ngubrul .. ups .. ngobrol tentang harta benda , anggap ini kelanjutan yang kemarin. Apakah kalian seperasaan denganku ? gini nih , aku merasa , kok banyak sekali orang silau dengan kemewahan. Rasanya itu kok ordinary banget ya ... gak unique , gak ada 'selling point'nya ... huahahahaha ... ( dasar otaknya bakul, ingatnya sama selling point mlulu ). Maksudku , manusia yang gampang silau dengan kemewahan itu tidak ada nilai lebihnya di hadapan Allah.
Yang aku maksud silau dengan kemewahan itu berarti menginginkannya, atau mengagumi kemewahan dan orang-orang yang bergelimang dalam kemewahan, atau merasa minder, kecil dan tidak bahagia karena melihat orang yang lebih mewah hidupnya dibanding dirinya. Mudah bilang 'wow' bila melihat segala sesuatu yang berbau mewah. Secara sadar atau tidak sadar mengukur / menilai orang lain dari harta / benda dan jabatan / kedudukan / karier / strata sosial yang mereka miliki.
Tidak perlu kaya untuk menjadi orang yang silau dengan kemewahan, siapapun bisa menjadi orang yang silau dengan kemewahan asalkan memenuhi definisi ala Innuri yang aku jabarkan di atas. Kata lainnya mungkin matre , tapi beda tipis sih, walau tipis tapi beda, matre itu orang yang menjadikan materi sebagai tujuan hidupnya, sedangkan silau itu merupakan sebuah reaksi manusia atas sesuatu yang dilihatnya.
Untuk menjadi orang yang silau dengan kemewahan itu gampang banget, tidak membutuhkan perjuangan sama sekali, tapi bila perasaan ini dipelihara , hasilnya hancur banget karena hati yang tidak kunjung bahagia dan hati yang susah untuk diajak bersyukur dengan apa yang dia miliki.
Lawannya silau dengan kemewahan adalah silau dengan kesederhanaan, ini baru langka dan menarik. Cirinya mudah mengagumi kesederhanaan dan orang-orang yang hidup bahagia dalam kesederhanaan mereka. Lebih jauh lagi, dia menginginkan hidup sederhana karena meneladani Nabi, para sahabat dan para saleh yang kehidupan mereka lebih mengutamakan manfaat buat orang banyak dibandingkan dengan kepuasan diri sendiri akan materi dan keduniawian. Memilih hidup sederhana juga untuk menjaga hati orang lain untuk tidak iri dan cemburu. Memilih hidup sederhana juga agar dekat dengan kaum dhuafa , agar mudah berdakwah di kalangan mereka dan agar bisa memahami persoalan mereka.
Orang yang silau dengan kesederhanaan bukanlah orang yang miskin dalam harta benda. juga belum tentu orang yang kehidupan lahiriahnya sederhana dan miskin, tapi mereka sederhana dalam ukuran mereka karena ukuran sederhana itu relatif dan personal. Mereka tidak mengukur orang lain dari harta benda / jabatan / strata sosial.
Kehidupan yang sederhana itu kehidupan yang simpel alias tidak ribet , karena ada yang lebih layak untuk diribetkan dibandingkan dengan materi dan harta benda, yaitu tugas dari Allah untuk kita kerjakan di dunia ini. Tapi inilah kehidupan yang merdeka, merdeka dari jeratan dan penjara duniawi.
Bila memilih untuk silau dengan kesederhanaan, maka kita musti berjuang dulu , berjuang untuk keluar dari penjara pola pikir materi sentris melesat menuju pemikiran yang 'Allah sentris', untuk ini banyak tantangan dan ujiannya. Tapi tenang , agar semua berjalan mudah, niatkan hidup ini untuk Allah saja, pasti Dia akan memandu kita dengan kasih sayangNya.
Lantas bagaimana cara memandang harta benda bila tidak boleh silau dengan kemewahan ? apakah lantas jadi meremehkan harta benda ? menganggapnya tidak penting hingga tidak perlu mencarinya ?
Nabi dan para sahabatnya terkenal sebagai orang yang kaya raya, tapi mereka menjadikan kekayaannya untuk berjuang di jalan Allah, bukan untuk bersenang-senang dan bergelimang dalam kemewahan. Karena mereka adalah orang-orang yang cerdas, mereka lebih memilih kesenangan dan kemewahan yang abadi di akhirat dibandingkan dengan kemewahan yang sementara dan cuma sebentar saja di dunia ini.
Harta dan segala sesuatu yang berada dalam kekuasaan kita, semua itu merupakan sarana untuk mengabdi kepada Allah, jadi gunakanlah di jalan yang Allah ridha dan Allah tuntunkan di kitabNya. Tandanya bila kita sudah bisa seperti ini adalah harta dan materi dengan segala kondisinya tidak membuat kita sedih, karena tidak ada ikatan cinta antara kita dengan semua itu, ikatan cinta kita hanya kepada Allah.
Harta benda kita lihat dari segi manfaatnya untuk diri, keluarga dan orang banyak. Kita kelola sebaik mungkin agar lebih bermanfaat buat orang banyak. Dan bila melihat orang-orang yang hidup mewah , tidak perlu mengagumi atau merendahkan mereka, mereka diposisikan disitu atas ijin Allah juga, pandang saja segala hal dengan pandangan kasih sayang, pasti Allah tuntun hati kita dalam kebenaran menyikapinya.
Sebenarnya kemewahan itu tidak dilarang kok, buktinya kaum wanita masih boleh memakai emas dan sutra. Yang perlu diwaspadai adalah silau dengan kemewahan. Tapi untuk sutra, khususnya hand painted silk , bisa pesan di butikku atau lewat facebook aku ..... hahahaha ....iklan nih yeeee ! Tapi bener loh, hargaku masih bisa ratusan ribu per potongnya karena aku produsernya , kalau udah harga di butik bisa jut jutan .... hahaha ... aji mumpung nih , mumpung membahas soal sutra.
Sebenarnya segala sesuatu tergantung niatnya juga. Aku pernah ke pondok pesantren tiban di Turen Malang yang terkenal itu, terkenal dengan keindahan dan kemewahannya. Aku berkeliling pondok didampingi oleh bapak menantu almarhum pak Kiai pemilik pondok tersebut, dan beliau menjelaskan sesuatu di balik pembangunan pondok itu bagian per bagiannya. Kesimpulanku, kemewahan disana dipersembahkan untuk Allah, untuk membuat pengunjung mendekat dan kembali kepada Allah, Jadi orang-orang yang pernah kesana bukan kemewahan itu yang membuat terpukau, tapi ingatannya langsung pada kebesaran dan keindahan Allah, hingga mulut langsung bilang :"Subhanallah!".
Hidup dalam kemewahan itu tidak dilarang, asalkan hatinya tidak terikat dengan kemewahan dan materi, hatinya masih terfokus pada Allah dan tujuan hidupnya untuk mengabdi pada Allah.
Hidup dalam kemewahan atau kesederhanaan, itu pilihan, asalkan diniatkan karena Allah, maka semuanya akan selaras dan harmonis. Dan aku memilih kesederhanaan . Bagaimana dengan kalian ?
Masih dalam rangka ngubrul .. ups .. ngobrol tentang harta benda , anggap ini kelanjutan yang kemarin. Apakah kalian seperasaan denganku ? gini nih , aku merasa , kok banyak sekali orang silau dengan kemewahan. Rasanya itu kok ordinary banget ya ... gak unique , gak ada 'selling point'nya ... huahahahaha ... ( dasar otaknya bakul, ingatnya sama selling point mlulu ). Maksudku , manusia yang gampang silau dengan kemewahan itu tidak ada nilai lebihnya di hadapan Allah.
Yang aku maksud silau dengan kemewahan itu berarti menginginkannya, atau mengagumi kemewahan dan orang-orang yang bergelimang dalam kemewahan, atau merasa minder, kecil dan tidak bahagia karena melihat orang yang lebih mewah hidupnya dibanding dirinya. Mudah bilang 'wow' bila melihat segala sesuatu yang berbau mewah. Secara sadar atau tidak sadar mengukur / menilai orang lain dari harta / benda dan jabatan / kedudukan / karier / strata sosial yang mereka miliki.
Tidak perlu kaya untuk menjadi orang yang silau dengan kemewahan, siapapun bisa menjadi orang yang silau dengan kemewahan asalkan memenuhi definisi ala Innuri yang aku jabarkan di atas. Kata lainnya mungkin matre , tapi beda tipis sih, walau tipis tapi beda, matre itu orang yang menjadikan materi sebagai tujuan hidupnya, sedangkan silau itu merupakan sebuah reaksi manusia atas sesuatu yang dilihatnya.
Untuk menjadi orang yang silau dengan kemewahan itu gampang banget, tidak membutuhkan perjuangan sama sekali, tapi bila perasaan ini dipelihara , hasilnya hancur banget karena hati yang tidak kunjung bahagia dan hati yang susah untuk diajak bersyukur dengan apa yang dia miliki.
Lawannya silau dengan kemewahan adalah silau dengan kesederhanaan, ini baru langka dan menarik. Cirinya mudah mengagumi kesederhanaan dan orang-orang yang hidup bahagia dalam kesederhanaan mereka. Lebih jauh lagi, dia menginginkan hidup sederhana karena meneladani Nabi, para sahabat dan para saleh yang kehidupan mereka lebih mengutamakan manfaat buat orang banyak dibandingkan dengan kepuasan diri sendiri akan materi dan keduniawian. Memilih hidup sederhana juga untuk menjaga hati orang lain untuk tidak iri dan cemburu. Memilih hidup sederhana juga agar dekat dengan kaum dhuafa , agar mudah berdakwah di kalangan mereka dan agar bisa memahami persoalan mereka.
Orang yang silau dengan kesederhanaan bukanlah orang yang miskin dalam harta benda. juga belum tentu orang yang kehidupan lahiriahnya sederhana dan miskin, tapi mereka sederhana dalam ukuran mereka karena ukuran sederhana itu relatif dan personal. Mereka tidak mengukur orang lain dari harta benda / jabatan / strata sosial.
Kehidupan yang sederhana itu kehidupan yang simpel alias tidak ribet , karena ada yang lebih layak untuk diribetkan dibandingkan dengan materi dan harta benda, yaitu tugas dari Allah untuk kita kerjakan di dunia ini. Tapi inilah kehidupan yang merdeka, merdeka dari jeratan dan penjara duniawi.
Bila memilih untuk silau dengan kesederhanaan, maka kita musti berjuang dulu , berjuang untuk keluar dari penjara pola pikir materi sentris melesat menuju pemikiran yang 'Allah sentris', untuk ini banyak tantangan dan ujiannya. Tapi tenang , agar semua berjalan mudah, niatkan hidup ini untuk Allah saja, pasti Dia akan memandu kita dengan kasih sayangNya.
Lantas bagaimana cara memandang harta benda bila tidak boleh silau dengan kemewahan ? apakah lantas jadi meremehkan harta benda ? menganggapnya tidak penting hingga tidak perlu mencarinya ?
Nabi dan para sahabatnya terkenal sebagai orang yang kaya raya, tapi mereka menjadikan kekayaannya untuk berjuang di jalan Allah, bukan untuk bersenang-senang dan bergelimang dalam kemewahan. Karena mereka adalah orang-orang yang cerdas, mereka lebih memilih kesenangan dan kemewahan yang abadi di akhirat dibandingkan dengan kemewahan yang sementara dan cuma sebentar saja di dunia ini.
Harta dan segala sesuatu yang berada dalam kekuasaan kita, semua itu merupakan sarana untuk mengabdi kepada Allah, jadi gunakanlah di jalan yang Allah ridha dan Allah tuntunkan di kitabNya. Tandanya bila kita sudah bisa seperti ini adalah harta dan materi dengan segala kondisinya tidak membuat kita sedih, karena tidak ada ikatan cinta antara kita dengan semua itu, ikatan cinta kita hanya kepada Allah.
Harta benda kita lihat dari segi manfaatnya untuk diri, keluarga dan orang banyak. Kita kelola sebaik mungkin agar lebih bermanfaat buat orang banyak. Dan bila melihat orang-orang yang hidup mewah , tidak perlu mengagumi atau merendahkan mereka, mereka diposisikan disitu atas ijin Allah juga, pandang saja segala hal dengan pandangan kasih sayang, pasti Allah tuntun hati kita dalam kebenaran menyikapinya.
Sebenarnya kemewahan itu tidak dilarang kok, buktinya kaum wanita masih boleh memakai emas dan sutra. Yang perlu diwaspadai adalah silau dengan kemewahan. Tapi untuk sutra, khususnya hand painted silk , bisa pesan di butikku atau lewat facebook aku ..... hahahaha ....iklan nih yeeee ! Tapi bener loh, hargaku masih bisa ratusan ribu per potongnya karena aku produsernya , kalau udah harga di butik bisa jut jutan .... hahaha ... aji mumpung nih , mumpung membahas soal sutra.
Sebenarnya segala sesuatu tergantung niatnya juga. Aku pernah ke pondok pesantren tiban di Turen Malang yang terkenal itu, terkenal dengan keindahan dan kemewahannya. Aku berkeliling pondok didampingi oleh bapak menantu almarhum pak Kiai pemilik pondok tersebut, dan beliau menjelaskan sesuatu di balik pembangunan pondok itu bagian per bagiannya. Kesimpulanku, kemewahan disana dipersembahkan untuk Allah, untuk membuat pengunjung mendekat dan kembali kepada Allah, Jadi orang-orang yang pernah kesana bukan kemewahan itu yang membuat terpukau, tapi ingatannya langsung pada kebesaran dan keindahan Allah, hingga mulut langsung bilang :"Subhanallah!".
Hidup dalam kemewahan itu tidak dilarang, asalkan hatinya tidak terikat dengan kemewahan dan materi, hatinya masih terfokus pada Allah dan tujuan hidupnya untuk mengabdi pada Allah.
Hidup dalam kemewahan atau kesederhanaan, itu pilihan, asalkan diniatkan karena Allah, maka semuanya akan selaras dan harmonis. Dan aku memilih kesederhanaan . Bagaimana dengan kalian ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar