Kamis, 19 September 2024

Ujian Pre Khalwat

 Pernah aku bilang pada suami dan anakku Aden, begini kataku, "Aku mau tidur di vila Aden kalau kamarnya siap."  Saat itu baru proses pembangunan lantai satu dari tiga lantai yang sudah dikerjakan strukturnya.

Apa reaksi mereka berdua? tertawa ngakak dong.  Lah wong aku punya 'sejarah' kalau bangun malam-malam dan perlu ke kamar kecil selalu membangunkan suamiku karena nggak berani sendiri, padahal rumahku di perkampungan yang ramai di pinggir jalan raya pula.  Wajar bila mereka tertawa  karena vila Aden berada di tengah-tengah kebun dan jauh dari rumah penduduk, mana di atas bukit dan banyak pepohonan rindang di sana.  Kebayang kalau malam gelap gulita dan suasana sunyinya pasti mencekam.  Dan si penakut ini mau tidur di sana sendirian!

Entah mengapa, aku sendiri tak tahu bagaimana prosesnya si penakut itu sudah berubah.  Aku hanya bilang,"Bila bersama Allah, pasti dilindungi, jadi tak perlu takut."

Suamiku sampai bertanya begini,"Kamu memutuskan untuk khalwat 40 hari itu karena nafsu atau karena panggilan Allah?"

Aku jawab,"Nggak tahu, pokoknya aku sudah nggak takut, asal bersama Allah, pasti dilindungi."  Akhirnya si ganteng mengijinkanku, bahkan dia memutuskan ikutan khalwat 40 hari di tengah keramaian.  

"Aku lebih berat loh Dek melakukannya," katanya. Ya memang lebih berat khalwat di tengah keramaian dibandingkan di tempat sepi.

Pre test pertama sudah terlewati, hatiku berbunga-bunga membayangkan tinggal di vila Aden sambil fokus mendekatkan diri pada Allah.  Rasanya begitu menyenangkan.

Tapi tak lama kemudian menyusul pre test ke dua.  

Seseorang bilang kalau di sana, banyak 'penunggu'nya, jadi dia menyarankan aku harus 'kulonuwun' dulu.  Nah, tahu 'kan kalau aku indigo dan gak usah dikasih tahu juga aku sudah tahu di tempat sesunyi itu pastilah banyak 'penduduk'nya.  Dan aku sudah mengatasinya, dengan pola pikir:

- Sebenarnya pikiran kita sendirilah yang 'mengundang', pikiran akan mendatangkan apa yang kita fokuskan dan aku sudah tidak mau fokus pada hal-hal seperti itu.  Aku mau fokus ibadah dan mendekatkan diri pada Allah dan sudah.  

- Gangguan seperti itu bisa diselesaikan dengan 'dicuekin', bila kita ada sedikit saja rasa gentar, masalah akan datang karena masalahnya ada di dalam diri kita sendiri.

- Saat kita mati, kita juga bakalan sendiri, hanya sama Allah, jadi khalwat ini adalah salah satu latihan untuk membiasakan diri hanya bersama Allah.  Alangkan indahnya diberi kesempatan oleh Allah untuk berlatih, jadi tidak perlu kaget saat nanti meninggal dunia dan menempuh kehidupan baru yang tak bisa kita prediksi ketika masih hidup di dunia.

Ketika aku sudah mengatasi hal itu, malah ada yang 'membangunkan' lagi.  Aku merasa seperti sedang ditakut-takuti (walau beliau tak bermaksud begitu).  Menjadi pelajaran juga buatku, betapa setiap kata-kata yang kita keluarkan sebaiknya dipikirkan dulu masak-masak, karena pengaruhnya besar sekali ke orang lain.  Ya seperti pengaruh omongan 'seseorang' pada diriku itu.  

Alangkah indahnya bila kalimat yang keluar dari mulut kita adalah kalimat dukungan yang membangun perasaan aman dan nyaman, juga semangat buat orang lain.

Tapi bukan dunia namanya kalau isinya tidak beraneka ragam sifat dan sikap orang.  Gara-gara pernyataan itu, aku merenung.  Aku langsung saja mengirim 'sinyal' kasih sayang ke lokasi. 

Ini kunci menghadapi makhluk tak kasat mata:

- hadapi dengan kasih sayang, mereka makhluk Allah juga loh, mereka hadir atau minggir atas ijin Allah, gunakan prinsip basmallah (buka tulisanku sebelumnya ya tentang prinsip basmallah ini)

- prinsip basmallah itu berarti tidak usah menilai / menghakimi, terima apa adanya dan biarkan 'lewat' alias dicuekin, fokus pada tujuan khalwat.

- ingat cara kerja syetan yang halus sekali masuk lewat pikiran kita.  Ketika ada seseorang ngomong sesuatu, otomatis pikiran membentuk visualisasi tertentu, lalu berkembang membentuk skenario tertentu, membangkitkan ketakutan dan rasa khawatir, padahal kenyataannya tidak ada apa-apa, aman-aman saja, dalam kasusku hanya sebuah vila yang belum selesai dengan aku sendirian berada di dalamnya.  Aku bakalan berada di tempat yang aman dan nyaman, tetapi belum apa-apa pikiran sudah beratraksi dan mengarang skenario buruk.  Segera sadari inilah cara kerja syetan, bekerja di pembuluh darah, merongrong pikiran dan perasaan, lalu menyeret dan mempermainkannya.  Aku melihat 'kekuatan jahat' ini mencengkeram otakku, seperti perakaran yang berwarna hitam yang bergerak di kepalaku seolah tanaman yang berakar di dalam tanah.  Ketika aku menyadarinya, kasih sayang Allah menolongku, dan cengkeraman hitam itu pun terlepas dengan mudahnya, kepalaku ringan dan pikiranku tercerahkan.  Aku akan selalu bersama Allah dan Allah akan selalu melindungiku.

Alhamdulillah, aku merasa persiapan mentalku untuk melakukan khalwat sudah siap.  Aku tidak mengharap ada ujian lagi, tetapi bila ada ujian lain datang, aku yakin, Allah akan membantuku melampauinya.

Terima kasih, Allah, hanya Engkaulah harapanku.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar